agustus

288 62 48
                                    

[ 8 ]

_

Lagi lagi aku harus kembali melakukan pengecekan rutin.

Kondisi jantungku yang lemah masih sama seperti biasanya. Tidak boleh terlalu capek, tidak boleh makan makanan yang berlemak, tidak boleh ini itu- sampai bosan sendiri aku mendengarnya.

Derap langkah itu kian mendekat.

"Selamat pagi, Fiona."

Seperti biasa, dokter Jeonghan menyapa diriku terlebih dahulu sebelum memulai pengecekan rutin.

"Selamat pagi juga dok," ujarku cicit.

Mungkin bagi beberapa orang, mendapatkan dokter muda dengan tampang bak malaikat merupakan sebuah mukjizat, namun bagiku itu biasa saja. Nyatanya, sosok seorang dokter Yoon sudah kuanggap seperti kakak kandungku sendiri. Mungkin karena faktor terlalu lama berdiam di bilik rumah sakit, rasanya semua yang berbau medis sudah seperti darah dagingku sendiri.

"Apakah area dadamu masih terasa nyeri apabila melakukan aktifitas berat?"

"Udah nggak kok, dok. Udah lebih mendingan juga dari sebelumnya," jawabku jujur.

Dokter Yoon hanya tersenyum sumringah sembari menganggukkan kepalanya.

"Baguslah kalau begitu. Jangan terlalu lelah. Mungkin sebentar lagi kamu sudah bisa pulang," ujar lelaki bernamakan Yoon Jeonghan itu sembari menuliskan beberapa kata yang kuyakini adalah keadaan tubuh ku saat ini.

Setelah mendengar penuturan dokter Yoon, dunia ini serasa berhenti. Aku tidak pernah menyangka bahwasanya Tuhan masih memberikanku suatu keringanan.

Akhirnya aku bisa kembali hidup normal. Akhirnya aku  bisa merasakan kembali rasanya udara luar. Akhirnya, aku bisa sembuh.

Mataku memanas dan seketika itu juga butiran butiran air mataku terlepas. Sungguh, diriku ini benar benar bersyukur.

"Eh, jangan nangis dong. Masa udah mau sembuh malah nangis sih," cibir dokter muda itu sembari menghapus air mataku yang tengah menggenang.

"Udah, jangan nangis lagi. Selamat ya, Fiona."

Kira kira itulah kalimat terakhir dokter Yoon sebelum dirinya  memutuskan untuk undur diri dari ruangan ini.

Baru saja aku tersenyum mendapatkan kabar baik, tapi sedetik kemudian rasanya duniaku hancur berkeping keping begitu saja.


"Soonyoung...."

Manik mataku kembali memanas melihat sosok lelaki yang kucintai itu sedang bergandengan tangan dengan begitu mesranya bersama dengan wanita lain.

Hatiku sakit. Sangat sakit. Ku remas dadaku erat beriringan dengan jatuhnya butiran air mata yang kini telah membasahi pipiku.

Kenapa Tuhan setidak adil itu? Kenapa ketika aku sudah mulai merasakan kebahagiaan, kebahagiaan itu harus kembali dirampas dari diriku?

Kenapa....

Aku pun menangis sejadi jadinya; hingga semua berubah gelap.

Kini aku sadar bahwasanya aku telah menaruh hati pada seseorang yang salah di waktu yang tidak tepat.



"Mencintainya adalah suatu kesalahan, dan kini aku menyadarinya."

-

Moon Man | Kwon Soonyoung [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang