2. || ZELLO

34.2K 2.8K 56
                                    

K A T A R A H A T I S A
...

2. Zello

Zelli meneguk air mineral dibotol itu hingga habis. Kepananasan, sudah pasti. Dia terus berjalan tanpa beban. Dirinya begitu puas ketika memberi pelajaran pada cowok barusan. Yang terpenting sekarang adalah ia bebas dari tas tanpa alamat itu.

"Kak! Kak!"

Didengarnya seseorang berteriak, tapi tak dihiraukan sama sekali. Mungkin saja orang lain yang dipanggil orang itu.

"Kak! Kakak!" suara itu lagi.

Begitu ingin memasuki kelas, netranya menangkap seorang cowok sedang melambaikan tangan dari jarak yang cukup dekat. Terlalu melas untuk meladeni, Zelli langsung melangkah memasuki kelas tanpa menoleh.

"Dari mana aja lo?" tanya Rega, teman sekelasnya. Dia duduk dibangku paling depan depan bersama anak cowok yang lain. Itulah kerjaan mereka. Duduk nongkrong dikelas.

"Cari duit," balas Zelli berbohong.

"Udah ketemu?"

Zelli menganguk lalu duduk dikursi guru sembari mengipas-ngipas dirinya dengan tangan.

"Permisi."

Zelli baru istirahat dan seseorang memasuii kelasnya. Cowok berkacamata itu lagi.

Zelli menautkan kedua alisnya saat menatap Bian. "Kenapa ngikutin gue?" tanyanya lemas.

"I-itu kak. Kak-"

"Tarik napas dulu Dek. Baru ngomong," potong Rio cepat.

Bian menarik napas perlahan lalu memperbaiki kacamatanya yang hampir jatuh. "Saya disuruh Kak Zello buat panggil Kakak ini," tunjuknya pada Zelli.

Zelli berdehem pelan. "Kasih tahu ke Katara, gue udah maafin dia."

Bian tampak kebinggungan dan menatap Zelli seakan tak mengerti apa maksud gadis itu. "Katara itu siapa?"

"Katara itu Zello. Anak IPS 2 yang tadi airnya gue ambil. Udah ngerti?!" Nada bicara gadis itu sedikit mencengkram. Dia malas jika cowok dihadapannya saat ini menganggu ketenangannya.

"Tapi..., Kakak disuruh ke kelasnya Kak Zello sekarang. Kak Zello marah besar tadi," ujar Bian semakin meyakinkan.

Alih-alih menuruti perintahnya, Zelli malah menopang tangannya dimeja dan menyandarkan kepala. "Demi apa pun gue capek bener."

"Tapi, Kak Zelo itu-"

"Pergi nggak?!" bentak Zelli tiba-tiba. Seisi kelas ikut kaget dibuatnya. Sementara Bian menganguk cepat lalu berbalik dan melangkah keluar kelas.

Semua tatapan kini beralih pada Zelli yang tampaknya baik-baik saja, tanpa dia tahu bahwa dirinya dalam masalah besar. Apalagi sampai berurusan dengan seorang Zello.

"Kenapa?" tanya Zelli dengan tampang bodoh begitu melihat tatapan tak meyakinkan dari beberapa orang dikelas.

"Lo abis ngapain sama Zello?"

"Lo ngak kenal Zello?"

"Lo cari masalah sama dia?"

Zelli menatap lesu teman sekelasnya begitu banyak pertanyaan yang dilontarkan dan itu akan membuatnya pusing berkepanjangan. Sambil memijat pelipisnya yang kini semakin pening, Zelli mengomel, "Lo pada nanya satu-satu dong! Gue pusing, nih!"

"Gila. Gila. Berani banget lo sama Zello. Ngeri gue," ucap Rio pelan. Dia takut jika ada yang mendengar dan mengadu pada Zello.

Zelli mengerutkan kening, bingung. "Maksud lo?"

Rega mengeleng tak percaya. "Zell, sumpah lo cari mati."

"Kalian ngomong apa, sih?!" tanya gadis itu semakin kebingungan karena kedua temannya yang masih tidak juga memberi jawaban.

"Hatisa, dia itu Zello. Z-E-L-O, Zello!" sambung Elin yang kini sudah berada disamping Zelli. Entah dari mana datangnya anak itu Zelli sendiri tidak tau.

Dengan gerakan cepat Elin mengeluarkan hp-nya dari kantong baju sembari mencak-mencak tak sabaran. Dapat dilihat jika teman Zelli yang satu ini baru saja mendapatkan gosip terbaru.

"Berita lo udah nyebar ke seluruh sekolah. Lo ngak tau?" tanya Elin serius.

"Berita apa?" tanya Zelli semakin dibuat binggung. Perasaannya mulai campur aduk menjadi satu, walau dia tau jika dirinya tak berbuat sesuatu yang menghebohkan sama sekali.

Elin memutar video yang memperlihatkan Zelli sewaktu berada dikelas Zello. Semua murid dikelas kini mengerumuni meja guru hanya untuk melihat video tersebut. Zelli kaget begitu melihat wajah orang yang tadinya ia pukul menggunakan tas, ditunjuk didepan mata, dan yang lebih parahnya lagi, ia mengambil air minum Zello. Video terjeda saat Zello mengumpat kasar.

Mereka semua memandang Zelli. Membuat gadis itu mengelus dadanya pelan. "Itu, bukannya orang yang paling menakutkan itu ya? Yang sok berkuasa, suka nge-bully, berantem, dan mesum...?"

Sebagian dari mereka menganguk, ada juga yang berteriak frustasi karena sikap Zelli yang terlalu nekat. Mereka tak pernah berpikir jika gadis yang mereka andal-andalkan kini mencari masalah bagi mereka semua.

Zello memang sudah terkenal dikalangan STRITA dan sekolah lainnya karena paras tampannya dan juga sikapnya. Siapa yang tidak kenal Zello? Dia Zelli, orang yang tidak mengenal Zello. Orang-orang memanggil cowok itu dengan nama 'Zello'. Sedangkan Zelli mencari orang yang bernama 'Katara', tanpa tahu bahwa Katara dan Zello adalah orang yang sama.

Gadis itu terlihat cemas sembari berpikir. "Gue nggak tau kalau Katara adalah sosok Zello yang biasanya kalian cerita dan gue juga udah lupa sama dia. Gue juga nggak sempat liat wajahnya. Jadi, gue nggak salah, kan?"

Masih sempat-sempatnya Zelli bertanya seperti itu. Apakah anak itu benar-benar tidak tahu apa yang sedang menimpa dirinya?

Separuh dari mereka kini berpindah tempat untuk melihat ulang video itu. Bahkan masing-masing dari mereka membuka ponsel sendiri untuk mengunduh video tersebut. Sungguh, ini kejadian langkah. Seorang Zello, dilawan oleh Zelli.

"Gue yakin. Lo bakal dibully sama dia," ucap Rio menakut-nakuti.

"Jadi, gue harus apa?"

"Ya, minta maaf."

"Lo, sih! Ceroboh banget jadi orang," sambung Rega. "Dia nggak mungkin biarin lo gitu aja."

Zelli berdesis lalu bangkit berdiri dan melangkah mengambil tas dibangku. "Mending gue kabur!"

"Zell, lo ngak niat buat minta maaf?" tanya Elin.

Pertanyaan itu membuat Zelli semakin frustasi. Ia tanpak tak peduli lalu memakai tasnya dipundak. "Oiya, siapa yang nyebarin video itu?" tanyanya pada Elin

"Lala."

Zelli memegang erat tali tasnya sebelum kembali bertanya. "Lala yang mana?"

Elin memutar bola matanya malas. Temannya yang satu ini benar-benar kudet. Pintar sih pintar, tapi kalau kudet, kan bahaya. Lihat saja sekarang, Zelli sudah kalang kabut karena ulah sendiri.

"Ciri-cirinya?" tanya Zelli lagi.

"Pokoknya kecentilan."

"Kelasnya?"

"Ips 1."

Zelli mengingat kembali kejadian tadi, saat berhadapan dengan para senior kepo. "Pake bando biru, bukan?" tebaknya.

Elin mengangguk.

"Sialan!" umpat Zelli dalam hati.

***

Jangan lupa vote teman-teman🌟

See you next chapt❤

966

KATARA HATISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang