Chapter 10

73 9 3
                                    

"Lo nggak bisa begini terus. Kasihan Devan. Kemana sisi baik lo, Fal?"

"Apa yang lo tahu tentang gua sih, hah."

"Gua tahu semuanya, dulu lo itu temanan baik 'kan sama Devan?"

"Sok tahu lo."

Naufal pergi begitu saja meninggalkan Nela sendirian. Sedih? Tentu saja. Orang yang dibangga-banggakan dulu sekarang sudah berubah.

Tidak ada orang yang tahu apa hubungan antara Naufal dan Nela. Bukan saudara kandung ataupun tiri, melainkan sepasang kekasih.

Tapi dulu

Dan sekarang mereka seperti orang asing yang tidak mengenal satu sama lain. Bukan keinginan mereka tapi keadaan yang memaksa.

"Gua tahu semua tentang lo, Fal. Gua masih ingat semua tentang lo. Tentang masa lalu lo sama Devan. Gua masih ingat, Fal."

Nela pergi dari tempatnya dan memutuskan untuk pulang.

Tidak ada lagi kabar tentang Devan yang Nela dengar. Ia memang satu kelas bahkan satu meja, tapi ia tidak pernah lagi menginjakkan kakinya di sekolah itu semenjak pertengkaran Devan dengan Desta. Terhitung sudah berjalan dua minggu.

Ia ingin sekali mengunjunginya, tapi apa daya dengan ego yang selalu menghalanginya. Karena kabar terakhir yang ia dengar adalah Devan yang tidak ingin keluar kamarnya, itupun dua minggu yang lalu saat ia mengunjungi toko kue pemuda itu.

Dua minggu kemudian

Nela tidak bisa berdiam diri seperti ini, sudah satu bulan lamanya ia tidak masuk sekolah dan hampir kena drop out dari sekolah. Hari ini ia memutuskan untuk pergi ke sekolah, bukan apa-apa, tapi perasaannya pada Devan belum terbalaskan.

                       ****

Semua berjalan sebagaimana mestinya. Sudah tidak dihiraukan lagi oleh Devan apa yang terjadi padanya.

Sekarang saatnya bangkit. Hidup tidak melulu tentang rasa sakit karena seseorang. Hidup harus terus berjalan. Sekarang Devan akan pusatkan pikirannya pada ujian akhir yang akan membawanya pada kelulusan yang akan diadakan bulan depan.

Les sekolah dijalaninya, sudah tidak ia hiraukan lagi perkataan orang, bahkan Nela pun sudah tidak ia hiraukan. Desta menghilang, sudah tidak ada kabar darinya. Walau mereka satu sekolah, tapi Devan tidak pernah melihat Desta.

"Gua mau ngomong sama lo. Gua tunggu di taman belakang," setelah mengatakan itu Nela keluar kelas.

Tanpa sepatah katapun, Devan mengikuti Nela dari belakang.

Sampai di taman, "Apa yang gua bilang itu benar adanya, perasaan gua sama lo. Gua gak seperti Desta yang hanya ingin mempermainkan lo. Gua tahu mungkin gua gak pantas bersanding sama cowok baik-baik kayak lo, tapi gua mohon beri gua kejelasan atas perasaan gua," Nela mengeluarkan segala yang ia pendam selama ini.

"Aku udah nggak mikirin itu lagi, sekarang aku udah mau fokus sama ujian. Jangan pikirin hal-hal yang dapat membuat nilai anjlok," Devan meninggalkan Nela sendirian.

Devan benar-benar menutup hatinya untuk siapapun lagi saat ini. Terlalu takut untuk mencoba tersakiti lagi. Katakan ia lemah, tapi ia tidak sanggup menghadapi segalanya.

"Devan tunggu."

Devan menghentikan langkahnya, "Apa lagi?"

"Gua mohon, beri gua kejelasan," Nela masih memohon supaya semuanya jelas.

"Aku gak mau pacaran, aku mau fokus sama ujian bulan depan."

"Gua akan tunggu."

"Kenapa kamu keras kepala seperti ini? Aku gak suka sama kamu, aku gak ada rasa. Gimana kita bisa menjalin suatu hubungan? Yang ada, semuanya hancur."

"Van, dengerin gua. Gua memang benar-benar sayang sama lo. Gua gak peduli lo ada rasa atau nggak sama gua, gua sendiri yang akan bikin lo suka sama gua. Pegang ucapan gua, Van."

Nela segera bergegas pergi dari hadapan Devan. Dan Devan sendiri masih terdiam memandangi punggung cewek bar-bar.

"Kita lihat nanti, Nel. Apa aku bisa suka sama kamu disaat aku masih merasakan sakitnya penghianatan."

Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SAD BOY(Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang