Sikap peduli memang kadang bisa membuat seseorang salah mengartikannya.
cLARA
°°°
Clara membolak-balik bukunya tidak minat. Biasanya ketika waktu istirahat, Ia akan menghabiskan waktunya di kantin bersama kedua sahabatnya.
Tapi Ia sadar, keadaannya sekarang sudah berubah. Maka dari itu, Ia lebih memilih pergi ke perpustakaan. Mungkin kesunyian juga akan menjadi temannya setelah ini.Ia tak pernah membayangkan, kalau semua ini akan terjadi padanya.
Kenapa Ia harus menanggung akibat dari kesalahan seorang Ayah yang bahkan tak pernah menganggapnya? Ia sekarang dikucilkan, dijauhi. Bahkan kekasih dan sahabatnya pun enggan berhubungan dengannya lagi."Hufttt,,," Clara menghela napas pelan. Ia menelungkup kan wajahnya diantara lipatan tangannya dimeja.
Matanya perlahan mulai memberat. Ia merasakan kantuk yang memaksanya untuk memejamkan mata.
"Ini...dimana?" Tanya Clara bingung. Ia berada ditempat asing namun Ia akui disini begitu indah. Dia kini berada di sebuah taman yang banyak di hiasi tanaman dan bunga berwarna-warni. Ditengah taman ini juga ada danau yang sangat besar. Airnya begitu jernih hingga Ia bisa melihat ikan ikan yang sedang berenang didalam sana.
"Rara sayang" Panggil seorang wanita paruh baya yang memakai pakaian serba putih.
Clara membalikkan badan. "Mama?" Lirih Clara yang langsung berlari menghambur ke pelukan mamanya.
"Rara kangen"ucap Clara mengeratkan pelukannya. Ia rindu, sangat merindukan pelukan hangat ini.
"Rara mau disini aja sama mama. Ga ada yang sayang Rara. Mereka pergi ninggalin Rara gitu aja. Cuma mama yang sayang Clara"ungkap Clara.
Mamanya melerai pelukannya lalu menatap Clara lembut.
"Shhttt...ini belum waktunya sayang.""Tapi–"
"Dengerin mama, Jangan pernah ngerasa Rara sendiri. Mama selalu ada dideket Rara. Disini."ujarnya sambil menuntun Tangan Clara untuk menyentuh dadanya.
"Mama selalu ada di hati Rara" Clara menganggukkan kepala lalu tersenyum mendengar kata-kata menenangkan dari Mamanya.
"Seperti hujan, walaupun ada yang tidak menyukainya, Ia akan tetap membawa pelangi pada akhirnya."jelas mamanya yang tidak Clara mengerti.
"Sebentar lagi,,"lanjutnya.
Alis Clara saling berpautan. "Maksudnya ma?"
"Kamu akan tau nanti, biar waktu berjalan semestinya" Ucap mamanya tersenyum sebelum Cahaya putih menyilaukan itu datang dan menarik kembali kesadarannya.
"MAMAAA!" Teriak Clara dengan nafas tidak teratur. Ia mengusap peluh yang membasahi keningnya. Mimpi itu terasa sangat nyata.
Sebenarnya apa yang mau mama sampaikan ke Clara? Batinnya.
Clara melirik jam di pergelangan tangannya. "Astaghfirullah"kagetnya sembari menepuk jidat. Ini sudah sore. Bagaimana bisa Ia ketiduran hingga selama itu?
Dengan cepat, Ia segera membereskan buku dimeja lalu bergegas kembali ke kelas untuk mengambil tasnya.
Kelas sudah sepi, Setelah selesai urusannya, Ia langsung bergegas untuk pulang.***
Cuaca sedang tidak bersahabat. Hujan tiba-tiba turun dengan derasnya.
Clara yang kini sedang berada di halte terus menggerutu karena Sedari tadi tidak ada satupun bis yang lewat.
Sekarang Ia menyesal karena lupa tidak membawa payung ataupun jas hujan. Sebelumnya Ia tak pernah lupa seperti sekarang. Entah apa yang Ia pikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
cLARA
Teen Fiction-Clara Ayodya Dia Clara, seseorang yang seringkali berteman dengan LARA. Ia tau, bagaimana rasanya ditinggalkan, apalagi oleh orang yang dicintai. Jika bagimu dijauhi, dicaci, dan disakiti menjadi hal yang menjatuhkan diri, bagaimana rasanya dengan...