BAB 30 : Sebuah penawaran

2.2K 206 4
                                    

Happy Reading

Efek kebahagiaan setelah kemarin dirinya melepas rindu bersama Vanilla masih Sean rasakan hingga hari ini. Senyuman terus terukir kedua sudut bibirnya. Semua yang ada pada Vanilla membuatnya semakin mencintai gadis itu kian dalam. Tidak ada kata cukup rasanya jika bersama Vanilla. Ternyata menyenangkan sekali rasanya jatuh cinta apalagi orang yang kita cintai merasakan hal yang sama.

Sean begitu menikmati makan siangnya kali ini dengan ditemani Dion seperti biasa meskipun Dion hanya berdiri tak jauh dari Sean berada. Dion akan sigap membantunya jika Sean membutuhkan sesuatu.

Dion merasa ada yang aneh dengan tingkah Sean sejak ia bangun dari tidurnya tadi. Dion heran dan bingung, sebenarnya apa yang membuat Sean terlihat bahagia sekali? Apa itu karena Dokter cantik itu?

Tak lama terdengar suara bariton seorang pria yang paling enggan Sean temui. Pria itu datang dan pergi sesuka hatinya.

"Hai Nak, boleh kami bergabung?" sapa Michael. "Kebetulan kami juga belum makan siang," lanjutnya lagi.

Sean menaikkan sebelah alisnya karena Michael membawa serta Katie bersamanya.

"Siang Sean. Wah kebetulan sekali kau sedang menyantap makan siang mu," sapa Katie sambil mengeluarkan tiga kotak box makanan berlogo restoran bintang lima favorit Sean. "Nah.. Ini tante bawakan lauk tambahan," sambungnya lagi.

Sean hanya diam seolah tak ada yang mengajaknya berbicara.

Katie dan Michael pun bergabung bersama Sean menikmati makan siangnya tanpa mendengar persetujuan Sean. Michael menghela nafas, lagi dan lagi Sean mengabaikannya. Suasana hening pun tercipta di sana.

Setelah cukup lama berada dalam keheningan, Sean pun mengakhiri makan siangnya. Sean bangkit dari duduknya hendak berlalu dari sana namun..

"Papa senang karena kau sudah ada kemauan ingin bekerja," aku Michael tulus.

Sean mendelik menatap tajam Dion. Sean yakin ayahnya tahu dari Dion.

Dion yang menyadari arti tatapan tajam Sean padanya, segera menggelengkan kepalanya membantah bahwa bukan dia lah yang memberitahu Michael.

"Bukan Dion yang memberitahu Papa. Papa tahu sendiri," dalih Michael setelah melihat tatapan mengintimidasi putera nya pada Dion.

"Itu bukan urusan Papa!" dengus Sean tak suka.

Michael membalasnya dengan senyuman, "Sampai kapan kau akan bersikap seperti ini pada Papa? Papa akan sangat senang jika kau tertarik membantu Papa mengurus perusahaan bersa—"

"Sayangnya aku tidak tertarik. Lebih baik aku bekerja di perusahaan lain daripada aku harus membantu Papa."

"Kenapa Sean? Kau bisa memulainya dari bawah jika kau belum memahami seluk beluk perusahaan. Akan dengan senang hati Papa membantumu," ucap Michael penuh harap.

"Aku bilang aku tidak tertarik. Apa itu kurang jelas?" nada suara Sean mulai meninggi karena tak hanya sekali ini saja Michael memaksanya membantu mengurus perusahaan.

"Nak, tanpa skill dan pengalaman kau akan kesulitan mendapatkan pekerjaan, kau akan kalah dengan orang-orang hebat yang berpengalaman. Tapi.. bagi Papa kau tidak membutuhkan semua itu, kau cukup datang ke perusahaan dan membantu Papa. Perusahaan akan selalu terbuka untukmu."

Sean tersenyum sinis. "Ya.. Papa benar. Aku memang tidak memiliki skill, pengalaman atau apapun itu selain hanya bisa menikmati harta Papa. Itu kan arah pembicaraan Papa?"

"Sean. Kau salah—"

"Apa Papa kini menyesal memiliki putera seperti aku?" Sean tertawa, lebih tepatnya menertawakan dirinya sendiri. "Tidak ada yang bisa dibanggakan dariku."

I LOVE YOU MY SUNSHINE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang