BAB 38 : Haruskah aku menyerah?

2.5K 212 11
                                    

Happy Reading

Sejak tiba di kamarnya, Sean terus saja menatap undangan pernikahan yang terdapat foto prewedding Vanilla dan Dean yang tengah tersenyum bahagia seolah menertawakan dirinya.

Sean bertanya-tanya dalam hati, apa secepat itukah Vanilla melupakannya dan berpaling darinya? Apa benar Vanilla lebih mencintai Dean dibanding mencintainya?

Sean memejamkan matanya teringat kembali pada kisah manisnya bersama Vanilla yang baru terjalin beberapa bulan belakangan ini. Dadanya begitu sesak mengingat sebentar lagi Vanilla akan dimiliki pria lain. Air mata tanpa henti mengalir di pipinya apalagi saat mengingat ucapan Sam tadi.

Sean menatap pantulan dirinya di cermin yang terlihat begitu kacau dan menyedihkan. Sean tahu Vanilla akan menikah tapi tidak secepat ini dan alasan dibalik semua itu tak lain pasti karena Sam yang tidak menyukainya.

Sean geram pada dirinya sendiri di pantulan cermin. Ia meninju cermin dihadapannya hingga pecah menjadi beberapa bagian.

Prangg!!

Darah segar mengalir di setiap pecahan cermin itu. Sean membenci dirinya sendiri. Jika saja ia tidak seperti ini, mungkin Sam akan menerimanya dengan mudah seperti Sam menerima Dean.

Sean menyesal telah menyia-nyiakan hidupnya selama ini untuk hal yang sia-sia yang sama sekali tidak berguna dan malah menghancurkan hidupnya.

Sean memejamkan matanya dengan berderai air mata sembari terus menggumamkan nama Vanilla.

Sean bimbang, kadangkala pikiran jahat terus menghantuinya untuk membawa Vanilla pergi. Haruskah Sean membawa gadis itu kabur dan pergi jauh bersamanya? Apakah Vanilla sudi pergi dengannya? Saat tadi melihat Vanilla menghindarinya, Sean jadi ragu apakah Vanilla masih menyimpan perasaan cinta untuknya?

Dion berlarian menghampiri Sean setelah ia mendengar suara pecahan kaca di kamar Sean, "Tuan muda anda tidak..."

Dion melangkah menuju kotak P3K yang berada tak jauh dari sana, kemudian langsung memberikan pertolongan pada Sean dengan membantu mensterilkan dan mengobati luka di kepalan tangan Sean.

Sean masih memejamkan mata menahan perih dan juga sakit di hati dan tangannya. Sean merintih lalu membuka matanya kala Dion masih mengobati luka itu.

"Apa kau juga membenciku karena sikapku yang semena-mena padamu selama ini?" tanya Sean penuh selidik dengan pandangan mata yang terlihat penuh rasa kecewa.

Dion mengernyitkan dahinya lalu menghentikan aktifitasnya. Dion heran kenapa tiba-tiba Sean menanyakan hal seperti itu padanya?

"Jawab aku!"

"em—"

"Katakan dengan jujur dan jangan tutupi apapun lagi dariku. Aku tahu selama ini aku sudah berlebihan padamu."

"Tuan muda kenapa anda tiba-tiba menanyakan hal itu? Saya sudah bekerja belasan tahun lamanya jadi saya sudah menganggap anda seperti anak saya sendiri," jawab Dion lalu kembali mengobati Luka ditangan Sean.

Sean menatap tajam Dion, "Bohong! aku tahu selama ini kau kesal dan menyimpan dendam padaku karena sikapku."

Dion menghela nafas, "Ya... rasa kesal itu pasti ada, saya tidak menampik hal itu tapi tidak ada dendam sedikitpun di hati saya... Tuan muda," ucap Dion jujur.

"Aku ingin bertanya. Jika kau memiliki seorang putri dan aku menyukai putrimu, apakah kau akan merestui hubungan kami? meski kau tahu sendiri reputasi ku begitu buruk," Sean tertunduk lesu.

I LOVE YOU MY SUNSHINE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang