🚫4.(AL)

7 2 0
                                    

🚫Shut Up🚫

°°°

"Apa kau nanti malam tidak ada acara?" Suara Icha memecah keheningan diantara mereka. Yah. Mereka bertiga saat ini sudah berjalan keluar kelas untuk kembali ke kediaman mereka masing-masing. Karena bel masuk sudah berbunyi sekitar 10 menit yang lalu.

"Sepertinya tidak. Memangnya kenapa?" Alea menyahuti saat mereka sudah sampai diparkiran. Menghentikan langkah mereka sejenak sebelum masuk kedalam mobil masing masing.

"Baiklah. Nanti malam kita akan main ke apartemen mu. Oke!" Seru Tiska semangat.

Alea tersenyum. Lalu ia mengangguk. "Oke. Aku tunggu kedatangan kalian." Tak kalah semangat Alea membalas. Ya meskipun masih terkesan datar dan dingin tapi bisa kedua gadis itu rasakan ada kehangatan dikalimat itu.

"Baiklah. Aku duluan, supirku sudah menjemput." Icha berjalan lebih dulu setelah berpamitan. Gadis itu berjalan menuju mobil hitam miliknya yang dikemudikan oleh supir pribadinya. Kini tinggalah Alea dan Tiska seorang.

"Apa kau pun dijemput?" Tiska menoleh kearah Alea. Lalu ia menggeleng.

"Tidak. Aku pulang bersama sepupuku. Kebetulan hari ini ia tak mendapat jadwal apapun." Jelasnya yang langsung mendapat respon anggukan mengerti dari Alea. Karena ia sudah sering melihat sahabatnya itu selalu pulang bersama sepupunya sehingga tak jarang mereka harus menunggu lebih dulu sepupu gadis itu keluar dari kelasnya.

"Apa dia sudah akan kesini? Aku akan menemanimu menunggunya."

"Tidak perlu. Kau pulang saja. Dia sudah akan keluar sebentar lagi." Sergah Tiska cepat karen merasa tak enak dengan tawaran Alea.

"Sungguh?" Alea sedikit memicing. Sedangkan Tiska pun menyahutinya dengan mengangguk mantap.

"Ya. Pulanglah. Hari semakin gekap. Kau tak mau kan terjebak macet malam hari. Cepat pergi." Pintahnya yang langsung disetujui Alea.

"Aku duluan." Ucap Alea singkat dan langsung mesuk kedalam mobil merah miliknya. Sebelum melesat pergi Alea menyempatkan diri mengklakson untuk berpamitan terakhir kalinya pada Tiska. Meskipun begitu rasanya seperti akan berpisah lama, tapi tak bisa dipungkiri mereka akan saling merindukan walau hanya sehari tak bertemu.

Alea menyusuri jalanan kota untuk menuju apartemennya. Yah. Alea memang tinggal diapartemen. Entahlah itu kemauannya sendiri. Karena kedua orangtianya yang selalu sibuk dengan pekerjaan mereka membuat Alea merasa tak nyaman dirumah dan memilih untuk hidup sendiri. Meskipun kedua orangtunya sudah menerima semua kesitimewaan yang mereka miliki, tapi Alea masih merasa menjadi beban untuk mereka. Karena setiap dirinya tidak sadarkan diri oleh makhluk seperti itu, keluarganya lah yang menjadi imbas akan ketidaksadaran nya.

Kadang pun Alea dapat membaca pikiran mereka yang merasa tak nyaman akan keistimewaan yang ia miliki. Walaupun mereka bilang mau menerima semua yang Alea punya, tapi Alea tak bisa dibohongi. Ia bisa membaca pikiran mereka yang sesekali tak menyukai keberadaannya diantara mereka.

Maka dari itu ia memilih untuk hidup sendiri disebuah apartemen yang sudah ia singgah i sejak duduk di bangku tiga sekolah menengah pertama. Dan sampai kini ia masih nyaman tinggal sendiri. Ya meskipun banyak sekali hal-hal yang mengusiknya sehingga membuatnya kerepotan dan tak nyaman, tapi itu ia jalani dengan apa adanya. Bila ia bisa menuntaskan semuanya maka ia tuntaskan. Bila tidak maka ia abaikan.

(AL)shut upTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang