-Cerita ini hanya fiktif belaka, lahir dari pemikiran gue sebagai penulisnya. Para plagiator ingat, karma itu datengnya enggak pake permisi-
***
Melalui kaca mobil yang ditumpanginya, Ify menatap gerbang besar bercat hitam yang terbuka lebar dihadapannya. Gerbang yang disangga oleh tembok batu bata merah di sisi kanan kirinya itu terlihat gagah menyangga plang hitam dengan tulisan SMA ADIJAYA di atasnya.
Melewati gerbang tersebut, mata Ify menemukan gedung besar dengan dinding batu bata bewarna merah yang dipadukan dengan cat berwana putih. Di depan gedung tersebut terdapat lapangan bundar berumput yang ditumbuhi oleh beberapa bunga, ditengah - tengahnya ada dua tiang bendera.
Satu tiang yang terlihat lebih tinggi dari pada yang lain adalah sang saka merah putih yang tengah berkibar tertepa angin, sedangkan tiang yang lebih rendah merupakan bendera berwarna biru tua-seperti seragam yang dia kenakan-dengan gambar yang Ify tidak tahu apa soalnya kibaran kainnya menutupi gambar yang ada disana.
"Ify, Papa langsung ke kantor ya. Soalnya nanti siang Papa harus berangkat ke Bali, untuk ngecek lokasi pembangunan hotel baru. Kamu mau titip sesuatu?"
Ucapan sang Ayah membuat Ify menghentikan kegiatannya yang sedang memandangi bangunan besar disekitarnya itu.
Ify mengernyitkan dahinya, "Papa enggak nganter aku ke dalem?" tanyanya, mengacuhkan pertanyaan awal yang dilontarkan Ayahnya.
Ryan-Ayah Ify-mendengus mendengarnya, "Emang kamu anak SD sampe harus Papa anter ke dalem? Waktu di Seattle aja kamu paling anti kalo Papa anter ke sekolah."
"Ya beda dong Pa, kalo di sana aku udah terbiasa. Lagian kan Papa emang enggak setiap saat ada di sana waktu itu." jawab Ify sambil cemberut.
Ryan terkekeh melihat ekspresi putrinya, tangan besar itu terulur untuk mengelus sayang puncak kepala Ify, "It's gonna be okay. Kamu tinggal masuk ke dalam terus ke ruang guru and violla, kamu bakal diarahin sama mereka."
"Waw, kedengeran gampang banget ya memang." Cibir Ify.
"Jangan skeptis gitu dong sayang. Papa tau kamu anaknya gampang berbaur," Ujar Ryan, "Yaudah turun sana, tuh lihat banyak calon temen - temen baru kamu." Lanjutnya sambil menunjuk murid - murid yang turun dari mobil mereka masing - masing.
Ify menarik dan menghembuskan napasnya perlahan, "Pa, how do I look?" tanya Ify sebelum benar - benar turun dari mobil.
Ryan tersenyum lalu mengacungkan kedua jempolnya, "Great as always. Papa berangkat ya. Pak Jaya yang nanti jemput kamu pas pulang."
"Oke, untuk menjawab pertanyaan Papa sebelumnya, aku enggak mau titip apa - apa. Aku cuma mau titip supaya Papa pulang ke Jakarta dengan selamat." Ujar Ify, "Awww, so sweet banget enggak sih kedengerannya?" tanyanya dengan mata mengerling menggoda.
Ryan tertawa saja menanggapinya, kepala lelaki itu condong kedepan untuk mengecup dahi putrinya, "Oke, have a great day sayang. Semangat!"
"Bye Pa, hati - hati!" ujar Ify sambil membuka pintu mobil, tidak lupa sebelumnya gadis itu memberikan kecupan pada pipi Ayahnya.
Sambil berjalan menuju lobby sekolah barunya, mata Ify memperhatikan murid - murid yang mengenakan seragam yang sama dengan dia-rok abu - abu selutut, kemeja putih yang dilapisi sweater tak berlengan berwarna biru tua, dasi dan juga belezer berwarna senada.
Terlihat sangat gerah memang, apalagi dengan suhu kota Jakarta yang memang dominan panas. Tapi Ify suka seragamnya, mungkin karena ini adalah kali pertamanya lagi untuk memakai seragam karena waktu di Seattle dia terbiasa memakai baju bebas untuk sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HEIRS (REMAKE)
FanficCinta itu hadir karena terbiasa. Frasa klise diatas sering Ify baca di beberapa buku fiksi remaja atau novel romansa. Ify berpikir itu hanya kalimat bualan saja, agar meromantisasi cerita yang ada. Dirinya enggak pernah menduga kalau frasa itu tern...