Taeyong menatap kosong ranjang itu.
Ayahnya terlihat terbaring tak sadarkan diri, dan sudah tiga hari seperti ini. Adiknya Hangyul bahkan mengatakan jika Donghae; Ayah mereka belakangan waktu ini memang begini, sering hilang kesadaran.
Tapi kenapa ia baru tahu sekarang?
Yoona, sang Ibu mengatakan jika mereka mengkhawatirkan study Taeyong yang baru saja selesai ujian. Niatnya mereka memang akan memberitahu sekalian meminta Taeyong untuk pulang kerumah. Tapi Donghae kembali terjatuh dan kini dinyatakan koma.
"Noona, apa kau sudah makan?"
Taeyong menggeleng kepada Hangyul.
"Kau harus makan, Noona. Biar aku yang menjaga Appa."
"Bagaimana aku bisa makan?" Taeyong menatap Hangyul dengan matanya yang berkaca, "Appa saja bahkan sampai sekarang tidak juga membuka matanya."
Hangyul duduk di sebelah Taeyong, tangannya merangkul kakaknya itu untuk menenangkan. "Kita harus percaya.. Appa akan kembali sehat, Noona."
Taeyong hanya terdiam, sungguh banyak hal yang ia pikirkan sekarang. Apalagi semalam ia tak sengaja mencuri dengar pembicaran pengacara keluarganya dengan sang Ibu. Ayahnya membutuhkan pengganti sementara untuk pemimpin perusahaan.
Tak mungkin Hangyul, adiknya itu bahkan masih bersekolah.
"Omma dimana?"
"Omma menyiapkan berkas yang diminta Dokter tadi pagi.." Hangyul menunjuk bungkusan makanan yang sebelumnya diberi oleh Ibu mereka, "Kata Omma jangan sampai kita melupakan kesehatan juga. Appa akan sedih jika ia tersadar nanti melihat kita mengurus seperti lidi."
Sontak Taeyong tertawa kecil, setetes air mata menetes di pipinya. Air yang sedari tadi ia tahan-tahan untuk jatuh menyuarakan kesedihannya. "Omma, benar-benar.."
"Kau tahu benar Noona, jika ada yang patut ditunjuk siapa yang paling sedih atas kondisi Appa saat ini tentulah jawabannya adalah Omma kita.." Hangyul mengelus pundak Taeyong dengan lembut, "Selama ini bahkan Omma juga mengurus perusahaan Appa."
Taeyong kembali teringat percakapan pengacara keluarganya dengan sang Ibu. Terbersit di hatinya saat ini untuk membantu kendala Yoona.
"Hangyulie.."
"Ya, Noona?"
Taeyong menghela napasnya. "Bagaimana jika mulai sekarang aku yang menggantikan Omma dan Appa untuk mengurus perusahaan kita?"
"Kau serius, Noona?"
"Ya.." Taeyong kemudian menatap Hangyul, "Aku rasa sekarang aku tahu alasannya kenapa Appa memintaku untuk kuliah mengambil fokus Manajemen dan Bisnis. Jika terjadi sesuatu seperti ini, aku bisa membantu Appa mengurus Perusahaan kita."
Jaehyun menatap bangunan besar di depannya.
Si tampan ini terlihat mengulum bibir tebalnya, ia sedang memberi motivasi bagi dirinya sendiri untuk memantapkan hati melakukan semua ini; mencari pekerjaan baru.
Jaehyun tak ingin mencoba bergabung di perusahaan yang rekan-rekannya miliki. Selain rasa malu dan juga karena ia tak ingin merendahkan dirinya, ia pikir ia sanggup menghadapi semuanya ini seorang diri.
Biarlah dari bawah, asal ini bisa menjadi tolak ukurnya ke depan nanti untuk mengembangkan bisnis pribadi jika akhirnya ia dapat mengumpulkan dana.
Jaehyun memiliki prospek untuk dirinya.
Jaehyun bukanlah pria bodoh, ia tamatan cumlaude dari Universitas Boston. Grafik nilainya bahkan selalu tinggi dan stabil tidak pernah jatuh ke bawah. Meski ia tidak dapat membawa ijazahnya karena benda itu bahkan ada di rumahnya, Jaehyun percaya ia dapat memikat calon Bosnya dengan kecakapan dan kepintaran yang ia miliki.
Menarik napas sambil meyakinkan diri, si tampan kembali mengingat seseorang yang menjadi alasannya untuk melakukan semua ini; sosok indah Lee Taeyong.
* Tbc *
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN - JAEYONG [GS]
RomancePertemuan pertama biasanya adalah kebetulan. Pertemuan kedua biasanya adalah keajaiban. Lalu pertemuan ketiga, bukankah namanya takdir akan masa depan? Jaehyun selalu merasa poros dunianya hilang saat menatap manik mata coklat itu. Wajah wanita itu...