EMPAT

39 6 7
                                    

Saat ini Geo sudah sampai di Warjo dan tengah duduk berhadapan dengan Arga yang sedang mengisap rokoknya.

Geo menatap wajah Arga yang sepertinya sedang kebingungan "Muka lo ngapa dah, kek kebingungan gitu?" tanya Geo, Arga segera mematikan rokoknya.

"Airin." jawab Arga.

Geo mengerutkan keningnya.

"Tumben lo mikirin Airin, kenapa?"

"Airin, bakal di bawa Tante nya untuk melanjutkan sekolahnya di Swiss" Jawab Arga sedikit kecewa.

"Lah Ga, seharusnya lo seneng dong Airin bakal pergi dari hidup lo."

"Kan selama ini Lo anggep Airin cuman pengganggu, kenapa Lo harus sedih?" lanjut Geo.

Arga menatap tajam ke arah Geo "Gue juga sempet mikir ke situ, tapi ga tau berat aja rasanya." jawab Arga membuat Geo melongo.

Ia tau, sebenarnya Arga memiliki perasaan lebih untuk Airin, tapi semua itu di tutupi dengan Ego.

"Dah lah Ga, gue tau kok lo kecewa dengar ini semua, tapi kecewanya Airin lebih besar selama bertahun-tahun berhubungan sama lo Ga." ujar Geo.

Arga menutup matanya untuk berfikir lebih jernih, Ia tau bahwa selama ini Airin kecewa dengannya, tapi Ia tetap saja tak peduli terhadap Airin.

"Sekarang lo ke rumah Airin, pastiin ini semua benar apa tidak," saran Geo, lalu Arga menggelengkan kepalanya.

"Kenapa?" tanya Geo.

Arga menghela nafas "Airin belum tau masalah ini, katanya biar Tante Jessi yang ngasih tau ke Airin," Geo mengangguk paham.

Tak lama suara derungan motor terdengar membuat Keduanya menoleh, ternyata Darren yang datang.

Darren memarkirkan motornya lalu berjalan santai ke arah keduanya.

"Heh burung Geo, kenapa ga bilang lo mau ke sini hah?" tanya Darren membuat Geo menaikkan sebelah alisnya.

"Udah gu-" saat Geo ingin menjawab, Darren segera menginjak kaki Geo membuat Geo meringis kesakitan.

Lalu Darren memberikan kode agar Geo tidak berbicara apa-apa tentang dirinya.

Darren duduk di samping Arga dengan santainya tanpa memikirkan Arga masih marah atau tidak padanya.

"Bu, kopi biasa satu." teriak Darren.

Bu Ninah sang penjaga warung segera mengangkat jempolnya "Siap mas bro." jawab Bu Ninah.

Geo menatap kedua temannya secara bergantian "Ga, lo-" saat Geo ingin berbicara Bu Ninah datang sambil membawa pesanan milik Darren.

"Nih Bro, kopi nya." ujar Bu Ninah membuat Geo menghela nafas kasar.

Darren mengambil kopinya lalu tersenyum kecil "Makasih bu."

"Sama-sama Mas Bro."

"Lanjut." titah Arga menyuruh Geo melanjutkan ucapannya.

Geo mengangguk "Lo ga mau kerumah si Ririn aja gitu?"

"Nanti." jawab Arga.

Darren mengangkat sebelah alisnya "Emangna si Ririn kunaon?" tanya Darren, sambil menyeruput Kopinya. (Emangnya si Ririn kenapa?)

"Mau ke Swiss, lanjutin sekolah nya di san-" jawab Geo namun belom sempat menjawab semua, Darren sudah menyemprotkan kopi nya ke Wajah Geo.

"Engga, mana mungkin Airin mau, hoax kali." ujar Darren

Geo mencoba menahan emosinya, karena sekarang Wajahnya sudah di penuhi kopi.

"Darren, bangsat lo." ucap Geo kesal.

Arga & AirinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang