Incheon International Airport, South Korean.
Sampai di Bandara Incheon, Arsyala dan keluarga di jemput oleh Donghae, Yoona dan Jeno.
"Kamu sama Jeno ya, biar Mama Papa sama Uncle Lee dan Aunty Yoona," ujar Uncle Lee dengan bahasa Indonesia.
"Jeno bawa mobil jangan ngebut ya," disambung dengan Aunty Yoona dengan menggunakan bahasa Korea.
Untuk masalah bahasa kedua keluarga tidak terlalu mengambil pusing, karena mereka bisa berbicara dengan bahasa Inggris. Kecuali Jeno, ia bisa namun kurang lancar. Pelafalannya masih kurang untuk bahasa Inggris.
Mau Jeno ataupun Arsyala, keduanya sedang menatap satu sama lain dengan sinis. Kedua orang tua mereka masih memaklumi karena mereka berdua masih sama-sama terkejut.
"Iya Uncle Lee," sebisa mungkin Arsyala tersenyum kepada mereka semua.
Lucu ya, namanya Donghae tapi gue panggil Lee. Abis dulu waktu kecil ribet kalo panggil Donghae. Jadinya biar gampang katanya panggil Lee aja, guman Arsyala dalam hati.
Jeno tidak mengeluarkan sepatah kata, ia hanya menarik koper yang semula ada di genggaman Arsyala, lalu jalan mendahului Arsyala.
"Arsyala duluan ya Mama, Papa, Uncle, Aunty," setelah itu ia mengejar Jeno yang berjalan dengan langkah cepat.
"Hati-hati sayang," ujar Yoona.
—————
Perjalanan terasa begitu aneh, keduanya sama-sama bungkam. Tidak ada yang berusaha membuka obrolan. Bahkan radio pun tidak di aktifkan oleh Jeno. Hening, sangat hening.
"To the point ya Jen, aku sebenernya gak mau di jodohin gini."
"Lo pikir gua mau?" jawab Jeno tanpa menoleh ke Arsyala.
"Tapi hargain orang tua kamu, orang tua aku. Bisa?"
"Baru mendarat di Korea, tapi bawel banget. Gak capek?" Jeno masih fokus pada jalanan, tidak sedikitpun ia menoleh ke Arsyala.
Arsyala tidak menanggapi pertanyaan Jeno, ia lebih memilih untuk menghadap ke jendela sampingnya, menatap deretan gedung-gedung besar.
Tiba-tiba ponsel Jeno berdering.
'Jen, dimana?'
'Tunggu dorm aja, ini masih ada urusan'
'Okay'
Jeno tetap menatap jalanan di depannya, ia sama sekali tidak berminat untuk melirik kearah Arsyala.
"Nanti lo tunggu di Apartement gua, jangan kemana-mana!"
Arsyala langsung menoleh, "Lah? Siapa kamu nyuruh-nyuruh aku tunggu di Apartement."
"Gak usah banyak bantah, dengerin kata gua."
"Gak jelas," guman Arsyala pelan, bahkan nyaris tak bersuara.
"Gua gak tuli ya!"
"Ya lagi, kamu siapa seenaknya suruh-suruh."
"Gua calon SUAMI lo!" ujar Jeno dengan sengaja menekankan kata suami.
Arsyala berdecak mendengar ucapan Jeno.
Apa maksudnya bilang calon suami, waktu di Jakarta marah-marah minta batalin perjodohan, guman Arsyala.
—————
Arsyala POV
Gue ngeidolain orang kayak Jeno kayaknya suatu kesalahan deh. Palsu banget ini orang, nyebelin. Mana gue bentar lagi nikah sama dia lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Idol is My Husband [Lee Jeno - NCT]
Hayran KurguLo pikir nikah sama Idola lo sendiri enak? Sama sekali gak ada enaknya. Yang ada gue sengsara tinggal sama dia. Manusia dingin yang kalo di depan kamera selalu memancarkan senyumnya. Manusia dingin yang kalo lagi vlive di telepon sasaeng cuma senyum...