Di lain tempat.
Seorang gadis tengah mengoles kuasnya di atas kanvas. Lukisan lelaki yang dicintainya kini telah menghiasi setengah bagian dari kanvasnya.
“Ah.. Latar belakangnya! hampir saja lupa,” ucap gadis itu pada dirinya sendiri.
Ia mengambil earphone yang berada dalam tasnya. Se Rin memainkan sebuah lagu dalam ponsel yang ia genggam. Lagu faforitnya kini telah mengalun di dalam telinganya. Se Rin bersenandung pelan mengikuti irama lagu.
Lukisan yang indah. Dia tersenyum melihat hasil karyanya. Gadis itu mengambil kertas berwarna cokelat, ia membungkus lukisan tersebut. Dia berencana untuk memberikan hasil karyanya untuk Junsu. Ini akan menjadi kejutan bagi Junsu, karena Se Rin sendiri yang akan memberikannya langsung di kantor tempat Junsu berkerja.
Entah karena terlalu bersemangat atau apa. Gadis itu meninggalkan ponselnya yang tergeletak begitu saja. Ia mengambil tas kulit berwarna cokelat di meja dapurnya, dia memakainya begitu saja dan bergegas keluar sembari membawa lukisan yang akan diperlihatkannya pada Junsu.
[Junsu POV]
Aku masih menunggu orang di ujung sana menjawab teleponku. Ahh.. Se Rin kau kemana? Aku benar-benar cemas tahu! Hari ini tepat dimana kejadian itu terjadi.
“Junsu..”
“Ne?”
“Cepat lakukan.”
Hah, baiklah. Aku harus menyeleseikan urusanku dulu. Tetapi hatiku benar-benar tak tenang. Bagaimana jika itu terjadi lagi?
Aku menatap cemas pada seluruh orang di ruangan ini. Tanpa sadar aku melangkahkan kakiku keluar dari gedung kantor ini. Berlari tanpa arah. Di mana Se Rin? Haahh.. haaahh.. nafasku tersengal-sengal berlari hanya mengandalkan instingku. Oh good!
Aku menemukannya. “SE RIN! SE RIN-AH!” Aku berteriak memanggil-manggil namanya. Yak Junsu bodoh! Mana mungkin dia mendengarku? Lihat di kupingnya saja terpasang penyumbat telinga! Maksudku earphone.
Sedikit lagi!
[Se Rin POV]
Aku menunggu lampu di depanku berubah warna. Ah, aku terlambat. Aku sedikit terkejut karena orang-orang di depanku berjalan sangat cepat.
Tanpa ku sadari ternyata ada mobil yang akan menuju ke sini tapi, itu mobil dengan kecepatan rendah. Aku hanya memperhatikannya sambil terus berjalan.
Deja vu!
Tunggu! Aku pernah merasakan ini! Tapi dimana? Aku lupa! Aku terpaku melihat mobil di belakangnya menyalip mobil tersebut. Mobil dengan kecepatan yang tinggi.
Mataku melebar, lukisanku jatuh di jalanan beraspal ini. Kertas cokelat yang melindunginya pun ikut terbuka. Kertas tersebut pergi jauh.
Dan hal terakhir yang kulihat adalah..
Junsu!
Aku terkejut melihatnya. Ia memegang lenganku erat, ia mendorong kami berdua jatuh ke jalan.
Lalu semuanya menjadi gelap.
[Author POV]
Beberapa orang berlari menuju kerumunan yang semakin ramai. Di sana sepasang kekasih yang hampir saja atau mungkin saja sudah tertabrak, terbaring dengan tubuh penuh luka dan juga kepala yang tergenang oleh darah.
Mengenaskan!
Yah itulah anggapan semua orang ketika melihatnya. Seketika suara sirine ambulans memenuhi pendengaran orang-orang disana. Mereka mulai menjauh ketika para petugas medis datang. Petugas itu membawa kedua orang tersebut memasuki mobil ambulans.
.
.
.
.
.
.
.
“Apa nyawa mereka berdua dapat di selamatkan?” tanya seorang pria setengah baya.
Dokter tersebut menggeleng. “Maaf, hanya ini yang bisa kulakukan. Aku salut dengan putra anda, sepertinya ia benar-benar mencintai wanita itu.”
Pria yang diketahui sebagai ayah dari mayat laki-laki di dalam sana, melirik sebentar sebelum akhirnya pergi meninggalkannya.
“Siapkan makam untuk dua orang.”
Tuutt..
Sambungan telepon terputus. Tanpa sadar setetes air mata jatuh menetes. Dia sangat kehilangan anaknya yang berharga. ‘Semoga kau bahagia disana nak! Doaku selalu bersamamu,’ batinnya berkata.
***
[20 Tahun Kemudian]
“Oppaaaa!!” teriak seseorang dari kejauhan. Suaranya memenuhi lorong kampus tempatnya menimba ilmu, bahkan semua orang kini memerhatikannya aneh.
Wanita yang baru saja berteriak segera berlari menghampiri orang yang di panggilnya. “Annyoung!”
Dia tersenyum senang menyapa orang tersebut.
“Ada apa Jang Yoon Ri?” balas orang yang tidak lain dan tidak bukan adalah kekasih dari wanita yang tadi berteriak.
“Yak! Kenapa kau memanggilku dengan nama lengkap? Kita kan sudah resmi ber-”
“- eummhh.. emmhs.. ”
Dengan sigap kekasihnya itu menutup mulut Yoon Ri rapat. Ia membawa wanita itu ke tempat yang aman. Dan tempat itu adalah..
“Rooftop's again?” semprot Yoon Ri setelah mulutnya bebas.
“Tidak bisakah kau menunggu hingga kita lulus?”
Yoon Ri hanya mempoutkan bibirnya, menatap sendu pada Ho Min.
Chuu~
Dan Ho Min pun sukses mencuri ciuman dari Yoon Ri.
Plak!
Sebuah jitakan keras juga sukses mendarat mulus di kepala pria bersurai cokelat tersebut. Ia hanya meringis melihat kelakuan kekasihnya yang satu ini.
“Dasar mesum!”
Yoon Ra memasang wajah mengejek, ia berlari menjauhinya.
***
Cahaya orange keemasan telah mewarnai seluruh kota Seoul. Terlihat dua pasang anak manusia tengah menikmati kehangatan musim gugur di ujung atap sebuah kampus ternama, keduanya saling berangkulan.
Sang wanita menyadarkan kepalanya di bahu sang pria. Menghirup dalam-dalam bau harum yang keluar dari badan Ho Min. Ia memandang lekat Ho Min.
Tampan.
Yoon Ra merasa beruntung telah memiliki Ho Min. Ia tidak pernah mengerti, sejak pertemuan pertama mereka yang tidak disengaja. Ia seperti sudah mengenal Ho Min sebelumnya, tapi dimana? Ia tidak pernah tahu jawabannya.
Mungkin ini adalah takdir. Mereka saling mencintai dan takdirlah yang menyatukan mereka.
Menyatukan cinta mereka yang dahulu hilang. Cinta mereka telah bereinkarnasi menjadi suatu bentuk yang tidak akan terpisahkan.
THE END
Notes: akhirnya selesai juga fiuh u,u *buang napas lega.
Buat yang udah mau baca karya jelek saya, terima kasih.
Yah.. termasuk silent readers.. terima kasih ne! Udah mau meluangkan waktunya.
고마워요!! ~ ^^

KAMU SEDANG MEMBACA
In Heaven (Short Fan Fic)
FanfictionApa kau akan kembali lagi ke dunia ini Se Rin? Apakah kau tidak merindukanku? Baiklah jika begitu aku saja yang kesana. Bagaimana? Kita akan selalu bersama. Maaf, maafkan aku.. Se Rin.