Buruk Dulu, Makin Buruk Kemudian

642 92 18
                                    

Aku bakal publish sekitar 10 bab di Wattpad, tapi waktunya lebih lama. So kalau kalian mau baca lebih cepat, langsung ke Storial aja ya. Sudah ada dua bab di sana, dan di sana udah versi revisi, semoga lebih nyaman dibacanya. ;)

 ;)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

Aresha Mahesti tidak pernah suka belajar. Baginya, lebih mudah menghitung uang saku daripada deret aritmatika, lebih praktis menambal tong air bocor daripada menghitung tekanan airnya, dan lebih seru menggambar daripada menyusun argumen untuk mendebat orang sampai masuk televisi.

Selama 12 tahun bergulat dengan berbagai kriteria untuk disebut anak pintar, Resha akhirnya percaya dirinya pun bisa menikmati proses belajar tanpa merasa terbebani begitu memutuskan masuk ke jurusan DKV. Namun menurut ayahnya, masuk ke dunia seni sama sekali tak bisa disebut belajar.

"Ayah suruh kamu kuliah, Resha. Bukan untuk main-main. Mau jadi apa kamu, hah? Tukang gambar?"

Tukang gambar. Sudah kayak nyebut kuli aja, pakai istilah 'tukang'. Resha merutuk. Untuk ukuran orang tenar yang biasanya update banyak hal, Ayah ternyata masih masuk golongan kolot. Istilah ilustrator, drawing artist, bahkan desainer kan sudah umum sekarang ini.

Menurut Ibu, Ayah hanya ingin yang terbaik untuk anaknya—untuk Resha. Dia yakin yang ingin dijaga sang ayah bukan masa depannya, tapi ego sebagai Sanjaya Maheswara, pengacara tersohor yang mendadak rehat dari dunia keadilan. Dulu, dia menganggap ayahnya seperti Power Ranger, membela kebaikan dan membantu yang lemah. Namun pemikiran itu sirna begitu ranger yang satu ini justru menghalanginya untuk mengejar apa yang dia inginkan.

Ketimbang pahlawan, Ayah lebih mirip antagonis yang menghalangi keinginan Resha. Oh, tidak. Ayahnya memang antagonis. Karena alih-alih membantu, Resha justru mendapat peringatan kemarin malam yang isinya, "Kalau masih ngotot terus sama jurusan nggak jelas itu, bayar saja kuliahmu sendiri. Jangan harap apa-apa dari Ayah."

Masalahnya dua bulan lagi sudah mau akhir semester. Tabungan dan gaji kerja paruh waktunya tidak akan mencukupi. Padahal akhir tahun ini masih ada acara P2M yang membutuhkan uang juga. Dan yang paling penting, Resha tidak berniat mundur setelah 3 semester bertahan di jurusannya.

Setelah semalam suntuk panik dan mencari penyelesaian yang sayangnya membuat kepala makin pusing, Resha memutuskan untuk meminta bantuan pada satu orang andalannya.

Begitu Resha mengirim chat pagi ini dan bilang ada yang ingin dia ceritakan soal keluarganya, sahabatnya itu bilang akan datang ke kantin Fakultas Seni Rupa, berhubung ada di bawah Fakultas Kedokteran dan Keperawatan. Begitu Resha ke kantin, Dimas ternyata sudah menempati salah satu meja dengan satu mangkuk bakso tersaji di depannya.

Ini sih dia semangat datang bukan mau dengarin aku curhat, pikir Resha. Dipastikan Dimas sengaja minta bertemu di sini karena mau makan bakso legendaris seantero kampus. Meski begitu, dia tetap diam saat menempati kursi kosong di samping cowok itu.

Fix Us Up (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang