Luka itu hadir dan membawa Lara,
Luka fisik memang bisa diobati,
tapi luka batin? sekeras apapun kau mencoba, Ia akan selalu ada dan membekas di hati manusia.cLARA
°°°
"Ma" lirih seorang gadis ketika tanah itu sedikit demi sedikit menutup rapat setiap celah yang ada. Hatinya sakit, melihat orang yang paling Ia cintai meninggalkannya untuk selamanya. Jika air mata dapat bersuara mungkin dia akan mengutarakan betapa dalamnya luka yang Ia tengah rasakan saat ini.
"Kenapa? Kenapa mama pergi tinggalin Rara?"gumam Clara disela-sela kegiatannya saat prosesi penaburan bunga.
"Andai aja Rara ada disamping mama waktu itu, mungkin ga bakal kayak gini kejadiannya, maafin Rara." Clara tersenyum miris menyesali apa yang sudah terjadi. walaupun ini sudah takdirnya,tapi Ia tak bisa berhenti untuk menyalahkan diri sendiri. Ia merasa gagal untuk melindungi Ibunya, malaikatnya.
Tetes demi tetes rintik hujan mulai turun. Lihat? Langit juga seakan mengerti bahwa hari ini adalah hari kehancuran bagi Seorang gadis bernama lengkap Clara Ayodya Larasati atau yang biasa disapa Rara tersebut.
Pria itu, Orang yang seharusnya menjadi pelindung keluarga, justru merusak kebahagiaan yang bahkan belum tercipta.
Tidak cukupkah selama ini penderitaan yang Clara alami? Ia hanya Ingin bahagia seperti orang lain. Untuk merasakan masa-masa dimana hanya ada kasih sayang dan cinta yang Ia dapatkan. Tapi sayang semua itu hanya angan, Clara tak seberuntung itu.
Baginya, Rumah bukan tempat paling nyaman, bukan juga tempat pemberi cinta dan kebahagiaan, melainkan menjadi tempat dimana semua air mata berasal.
Jika dulu Clara kecil hanya akan bersembunyi didalam kamar dan menangis ketakutan, tapi sekarang gadis berusia 17 tahun itu mengerti.
Ia lelah, tentu saja. Tapi, apakah Ibunya akan bahagia jika Ia terus bersedih seperti ini? Tidak! Clara sadar, Ia tidak boleh terpuruk dengan keadaan. Bukankah Tuhan tidak akan memberi cobaan diluar batas kemampuan hamba-Nya?
Ia harus bangkit,dan berusaha mencari kebahagiaannya sendiri."Mama yang tenang disana. Rara udah ikhlasin mama kok. Rara pulang dulu ya ma, Rara bakal sering kesini. Rara sayang mama." Lirihnya pelan lalu beranjak pergi meninggalkan tempat peristirahatan terakhir sang Ibu.
***
Waktu seakan terasa membeku saat Clara berjalan melewati koridor menuju kelasnya. Anak anak yang semula ribut dan berlarian mendadak berhenti. Mereka berbisik-bisik sambil terus menatap Clara dengan tatapan benci.
"Eh, dia masih berani Dateng ke sekolah?"
"Iya tuh,kenapa ga pindah aja?ngrusak nama baik sekolah aja"
"Ga tau diri emang"
"Urat malunya udah putus kali"
"Dasar anak pembunuh"
Clara berusaha tak memperdulikan bisikan demi bisikkan yang menusuk ke indra pendengarannya. Ia semakin mempercepat langkahnya karena merasa tidak nyaman dengan banyaknya tatapan tajam yang menghunus padanya secara terang-terangan.
Beberapa langkah lagi sebelum Ia memasuki kelas, Clara menghentikan langkahnya karena tak sengaja mendengar keributan. Terlihat juga beberapa murid yang berlarian di koridor menuju arah lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
cLARA
Teen Fiction-Clara Ayodya Dia Clara, seseorang yang seringkali berteman dengan LARA. Ia tau, bagaimana rasanya ditinggalkan, apalagi oleh orang yang dicintai. Jika bagimu dijauhi, dicaci, dan disakiti menjadi hal yang menjatuhkan diri, bagaimana rasanya dengan...