Part 1

46 3 0
                                    


New York, USA. 01.50 PM

Keindahan New York terpampang nyata dari singgasana sang pemimpin. Aura kegelapan seakan slalu hadir diseluruh sisi ruangan sang pemimpin. Ruangan yang tak pernah ingin disinggahi oleh siapapun. Pria itu masih menatap keindahan New York dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Entah apa yang ia lihat dan ia tunggu. Tak seorang pun tau apa arti tatapan itu.

Tok.. Tok... Tok...

"Masuk" suara dingin nan datar menggema diruangan itu.

"Maaf Mr. Alexander,  10 menit lagi rapat dengan Mr. Dominik akan segera dimulai " ucap sekretaris itu sambil menunduk takut.

"Kau boleh keluar." 

"Baik Sir, saya permisi" ucap sang sekretaris. Kemudian beralalu meninggalkan ruangan sang CEO.

Dilain pihak seorang gadis cantik, berambut hitam, berusaha menyamakan langkah dengan bosnya. High-heels yang tinggi membuatnya harus hati-hati jika tak ingin membuatnya terpeleset jatuh.
Dan benar saja apa yang ditakutkan terjadi.

Bruk... 

"Aw...  Sakit..."

"Dasar Ceroboh" ucap sang bos disertai kekehan menyebalkannya. Sambil mengulurkan tangannya.

"Ini juga salahmu, tuan" jawabnya ketus. Bibirnya kini telah mencebik kedepan. Ia sangat kesal dengan pria di depannya saat ini.

"Hei nona, kau yang terjatuh mengapa menyalahkanku?" sahutnya dengan simirk menyebalkannya.

"Kau tidak peka Kevin" teriak sang gadis itu nyaring.

"Sorry princess" ucap pria yang kini tengah membantu sang gadis malang itu.

"Hei... Kau...  Ngapain ha..? Turunkan aku Kevin. Kita akan rapat kau tau?"
ucap sang gadis yang kini berada digendongan bosnya itu.

"...." 

"Aku malu Kevin. Turunkan" kekeh sang gadis sambil meronta untuk turun. Namun tak dihiraukan sama sekali. Sang bos tetap melangkah dan sang gadis masih berada digendongannya. Banyak karyawan yang memberikan tatapan aneh bahkan ada yang tertawa dan kagum.
Bayangkan saja ini di lobi perusahaan Alexander Corp ada sebuah drama yang sangat langka terjadi mengingat betapa tegasnya peraturan disini.

"Aku bisa berjalan sendiri Kevin, kumohon turunkan aku " pinta sang gadis.

"Diam atau aku cium saat ini juga" Sahut sang bos dingin.

'Mulai lagi mode dinginnya ish.. 'batin sang gadis. Ia mencebikkan bibirnya kembali dan menenggelamkan kepalanya di dada bidang sang bos karena malu.

Tibalah mereka di depan ruang rapat yang telah ditentukan.

"Kevin cukup sampai disini saja.  Aku bisa masuk sendiri."

"..."

Sang bos tetap membawanya masuk dan dengan santainya mendudukan sang sekretaris disampingnya. Menghiraukan semua orang yang menatapnya tidak percaya.
Sedang sang sekretaris berusaha mengembalikan wajahnya yang kini semerah tomat.

'Dasar Kevin sialan, Tuhan tenggelamkan saja aku di dasar jurang sekarang' batin sang sekretaris.

"Maaf saya terlambat karena ada masalah kecil tadi" ucap Kevin mengintruksi pegawai yang masih menatap gadisnya. Ia tidak suka ada yang menatap  gadisnya dengan tatapan memuja.

Di sudut meja seorang sedang menatap tajam gadis cantik yang kini tengah menunduk malu. Ia tak menyangka akan bertemu kembali dengan gadisnya.

'Akhirnya kau kembali. Tak kan ku biarkan kau pergi lagi dari pelukanku, sweetheart.' batin  seseorang dengan rahang mengeras, tatapan dingin dan hati terbakar melihat gadisnya berada di pelukan laki-laki lain.

"Ehm.. mari kita mulai rapatnya" ucap dingin seseorang itu, yang tak lain adalah sang CEO Alexander Corp.

Suara itu menyadarkan seluruh orang di ruangan rapat dan kembali membangun fokusnya masing-masing.

Deg..

'Suara ini..  Tidak tidak mungkin. Ia berada di London bukan disini.' Batin Bella mencoba untuk menenangkan hatinya. Perlahan Ia mendongakkan wajahnya untuk menatap lawan bicaranya. Dan ketakutannya pun terjadi, seolah Tuhan memberikan hukuman untuknya. Luka yang dia rasakan kembali terbuka saat kedua mata itu bertemu.

Mata hazel itu seakan mengunci dan mencari sesuatu di manik biru terang sang gadis. Hingga akhirnya sang gadis memalingkan wajahnya kearah lain.

'Berani sekali kau sweetheart ' Batin pemilik mata hazel menggeram marah dibalik wajah datarnya.

"Langsung saja perkenalkan ini sekretaris saya, Arabella Evelyn Anderson. Ia yang akan membantu saya dalam kerja sama ini." Ucap Kevin.

Selanjutnya rapatpun berjalan dengan lancar meski dua orang insan itu tengah berperang dingin dengan perasaannya.

"Semoga kerja sama kita berjalan lancar Mr Alexander " ucap Kevin sambil menjabat tangan sang CEO.

"Tentu" ucap suara dingin nan tegas.

Tibalah saatnya Bella dan Leon berjabat tangan. "Terimakasih Mr Alexander"  ucap Bella berusaha menetralkan degub jantungnya yang sedang menggila.

'Jantung sialan!' umpatnya dalam hati.

"Sama-sama Mrs Anderson, senang bertemu denganmu, sweetheart" Balas Leon dengan smirknya. 

Tubuhnya menegang mendengar panggilan itu. Bila dulu ia akan memerah karena tersipu malu kini ia memerah karena marah.

"Maaf" ucap sang gadis ketus sambil menarik tangannya terlepas dari tangan hangat itu. Tangan yang sangat ia rindukan. 
'Lupakan Bella!' dewi batin sang gadis menyadarkan.

Di satu sisi ada seseorang yang melihat interaksi aneh mereka. Ia merasa ada yang tidak beres disini.
Lihat saja sang pria menatap gadisnya seakan akan ingin memakannya hidup-hidup, sedang sang gadis masih menunduk dengan gugup dan jangan lupakan tangan yang meremas roknya itu. Tak ingin membiarkan kondisi ini berlanjut ia akan membawa gadisnya pergi.

"Kami permisi Mr Alexander" ucapnya memecah kecanggungan yang tercipta dari kedua manusia tersebut.

Kevin mendekati sang gadis lalu menggendongnya ala bridal style. Sang gadis hanya diam dengan tatapan kosong. Sedang tangannya refleks mengalung di leher kevin.
'Ada apa denganmu, Princess?' Batin Kevin. Sambil berlalu meninggalkan ruang rapat itu.

Tanpa mereka sadari ada seseorang yang menatap mereka tajam, bila saja tatapan bisa membunuh maka mereka akan mati saat ini juga. Tangannya mengepal dan kuku jarinya memutih menahan amarah.

'Aku akan mengambilmu kembali, sweetheart. Kau tak akan pernah bisa lari lagi dariku. Kau miliku! Dan selamanya akan begitu. You're mine!' Batin seseorang dengan rahang yang mengeras.

To Be Continue

Let Me Down Slowly Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang