Kesalahan dan Awal dari Semua Ini

730 100 7
                                    

️ WARNING 18+

;ㅡ Tama

Tatapan nanar Sela begitu mendapati saya akhirnya membubuhkan tanda tangannya di surat pernyataan cerai seketika berganti jadi pekikan karena tiba-tiba saya merobeknya menjadi kepingan kecil lantas mencampakkannya ke tong sampah.

"Apa-apaan, Tama?!" Sela berteriak nyalang setelah menyentak saya untuk menghadap padanya, tetapi seakan tak melakukan kesalahan apapun saya menatap tepat ke dwi maniknya.

"Saya emang enggak bisa memaksa kamu, tapi saya masih bisa mengubah keputusan kamu, 'kan?"

"Kita udah selesai, aku muak sama kaㅡ"

Sebelum Sela sempat menyelesaikan kalimat terakhirnya, saha sudah menekan bibirnya dengan milik sayaㅡmencuri ciuman pertama kami yang rasanya begitu lembut dan memabukkan. Membuat saya tak sadar jadi kelimpungan.

Namun, dengan sisa kewarasan yang meneriakkan pemberontakan, Sela terus mendorong saya tanpa belas kasih.

Meski hampir limbung karena genggaman saya yang terlepas begitu saja, sebuah tamparan tetap melayang di salah satu pipi saya karena sudah lancang menyentuhnya. Dalam tatapan nyalangnya tersirat rasa jijik yang amat sangat.

Likuid airmata serta-merta membanjiri kedua pipinya waktu pandangan kami bertemu. Menangisi dirinya yang merasa dihinakan oleh sentuh saya.

Namun, sebelum Sela sempat kabur, ia justru dikejutkan dengan merasakan bagaimana tubuhnya berakhir membentur tembok diikuti sensasi dingin yang menusuk kulitnya.

Saya mendesaknya, merebut jarak dan kewarasan yang membuatnya tetap sadar.  "Saya mau kamu," kata saya dengan nada yang dipenuhi kebutuhan mendesak.

Saya menjeratnya di bawah kurungan serta pesona saya. Membuatnya pusing dan tak berdaya, tapi lengan saya lebih dari siap untuk menariknya merapat.

"Saya ingin merasakanmu, Sela."

Nafas saya yang terdengar berat di samping telinganya berhasil mengirimkan getaran liar di sepanjang sarafnya, hampir membuatnya terpuruk dan membentur lantai keras jika saya tidak menariknya mendekat.

Dan tanpa izinnya, saya sudah menciumnya seperti orang gila. Seperti hidup saya tergantung padanya dan seolah-olah dia adalah poros hidup saya

Tangannya yang tak berdaya mencoba menyingkirkan saya agar dia tidak bertindak lebih jauh, tetapi sia-sia saja.  "Berhenti! Kamu menyakitin aku! Berhenti ㅡ"

Sela berteriak dan berteriak, tetapi saya justru semakin kalap karena telah mendapati tubuh atasnya terbuka sambil menciuminya lebih intens. Tidak lama kemudian ia ikut terbawa dalam arus permainan panas kami. Lidah saya menyelinap ke dalam mulutnya, lembut tapi menuntut, dan saya tiba-tiba mengerti mengapa orang menggambarkan ciuman seperti cokelat yang meleleh karena setiap inci persegi tubuh saya larut ke dalamnya.

Saya merasakannya — semuanya — dan terus menekannya. Saya dapat menghirup aroma pelembut kain kesukaannya, aroma menyegarkan dari sampo yang biasa menguar di kamar mandi, dan aroma ekstra dari keringat yang terasa begitu... dia.

Sela menangis dengan keras tetapi juga menginginkan sentuhan saya, jadi dia dengan pasrah membiarkan dirinya tetap di bawah kendali saya yang tengah menghancurkan saya. Pembuluh darahnya berdenyut dan jantungnya meledak dan saya tidak pernah menginginkan orang seperti ini sebelumnya. Sekalipun.

Namun, kami tahu saya telah melakukan kesalahan.

;ㅡ Sela

Saya terbangun ketika waktu masih terlalu dini dengan perasaan berkecamuk di dalam dada. Rasanya seakan ada sejuta kupu-kupu yang kembali berterbangan, atau mungkin saya memang masih belum ada di kenyataan.

DAY & NIGHT : EGIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang