/4/

22 6 5
                                    

Fresta berjalan tergesa -gesa menuju kelasnya. Mungkin bukan lagi nerjalan melainkan lari kecil sambil sesekali menoleh ke belkang memastikan bahwa apa yang ada dibenaknya tidak benar.

"Dasar sinting,.
.
.
.
Ngimpi apa semalem ketemu manula ( manusia langka) kek gitu. " sambil kakinya terus menyusuri koridor, bibirnya juga tak berhenti mengomel.

Sesampainya di depan kelas pintunya tertutup. Fresta berhenti sejenak kemudian merogoh saku roknya untuk mengambil ponsel.

Line

FrstaHdita_

Woii kelas ada guru gak?

SisiliaB_
Gada,
Lu dmn dah?

(Read)

"Lah si bangke cuma di read doang. "
Bunga yang sedikit kesal karna pesannya tidak dibalas oleh fresta meletakkan Hp nya diatas meja.

Tak lama kemudian ia melihat pimtu kelas terbuka menampilkan sosok fresta dengan muka yang cukup awkwrd. Yang langsung menarik bangku disebelah bunga lalu duduk dengan sedikit kasar.

"Lo kenapa dah, dateng-dateng mukanya kek pakean kering belum disetrika. "

Fresta masih menelungkupkan wajahnya di meja dengan tumpuan lengan.

" semua gara-gara lo. "

Bunga yang bingung menunjuk dirinya sendiri.

" gue? Kenapa gue? "

Fresta yang mulai terbawa emosi mengingat kejadian tak menyenangkan tadi langsung mengangkat kepalanya menghadap bunga.

"Ya lo, coba aja lo gak tinggalin gue sendirian dan ngajak gue kekantin tadi. Pasti gue gak bakalan ketemu sama orang gila itu. "

"Ehh, babii. Yang nyuruh gue ninggalin lo tadi siapa? Yang nyuruh gue buat kekantin aja tadi siapa? Kenapa jadi salah gue, gara-gara gue. " tandas bunga yang tak mau kalah.

"Tapi tadikan harusnya lo balik lagi bawain gue minum. Kenapa malah kekelas duluan. " jawab fresta dengan sewotnya.

"Ehh anjir, iya lupaa.. Hehe" bunga yang teringat pesanan fresta pun hanya bisa tersenyum malu menampilkan sederetan giginya yang putih.

"Sorry ya. Tadi gue beneran lupa. Soalnya tadi di kantin ada pertunjukkan seru. Sayang kalo gak diliat. Takut mubajirr. "

Sekarang giliran fresta yang mengerutkan dahinya bingung.

Bunga yang paham dengan ekspresi penasaran fresta berusaha menjelaskan.

"adik lo sama gengnya bikin ulah lagi.

Sebenernya sih adik lo diem aja dia cuma liat doang. Yang bullying sih cuma temennya, si karin,isabelle sama anggita. Tau gak mereka bully siapa? "

Fresta menggeleng.

" si andien. Dia disiram sama jus jeruk dua gelas lagi, cuma gara-gara gak sengaja pas jalan si andien nyenggol salah satu dari mereka, katanya sih yang disenggol isabelle. Dan parahnya lagi si andien gak ngelawan. Dia cuma nunduk doang"

" terus? "

"Terus...

.. Gubraakkkkk, nabrak tembok deh. "

Fresta yang mendengarnya berdecak kesal.
Matanya menatap tajam melihat bunga yang cekikikan melihat ekspresi serius fresta.

Bunga yang sadar, kemudian memelankan suara tawanya.

"Sorry, sorry. Komuk lo ngakak anjir pas lagi serius gitu. " ucap bunga sambil. Menahan tawanya.

Fresta hanya bisa memutar bola matanya dengan sangat malas.

"Gue lanjutin nih.

Terus pas ribut-ribut itu tiba -tiba kak abi sebagai ketua osis yang bijaksana . Dia misahin dah tuh mereka. Trus si isabelle dan antek-anteknya termasuk adik lo mereka dibawa gatau deh kemana, Maybe konseling. Gue yakinnya sih bakalan di skors, secara si andien kan anak pemilik sekolah ini. Ya kalo gak di skors minimal dipanggil orang tunya "

"Ah bodo lah bukan urusan gue. " fresta mengalihkan pandangannya ke depan, menatap kosong papan tulis.

"Bukan urusan lo matamu. Adik lo dibawa ke BK lo bilang bukan urusan lo?! "

"Sesekali dia harus ngerasain keadilan. Gak semua apa yang dia mau bisa dia dapetin dengan seenaknya. Kali ini gue gamau ikut campur. "

"Tapi kali ini kan adek lo cuma diem aja. Gak ikutan nyiram jus kebadannya si andien. Klo tante yunita tau gimana? "

Fresta menoleh sebentar ke bunga kemudian kembali menatap lurus kedepan.

"Biarin aja. Dia harus terima konsekuensi temenan sama orang-orang jahat kek mereka. Gue udah peringatin dia berkali - kali dan gak pernah didengerin. Malah di belain terus sama mama..

Mama juga harus tau gimana kelakuan anak kesayangannya disekolah yang gak sebaik dirumah."


Bunga yang melihat raut datar dari sahabatnya ketika membahas mengenai keluarganya pun menepuk bahu fresta pelan, mencoba menyalurkan ketenangan melalui tangannya.

"Lo masih diperlakuin gak adil sama tante yunita ya? " tanya bunga lirih.

"As always. "

"Sabar ya, lo tau kan tuhan itu gak tidur. Suatu saat nanti mereka bakalan dapet ganjarannya. "

Fresta yang mendapat perlakuan itu dari sahabatnya, tersenyum.

Selama ini hanya bunga yang bisa menguatkan dirinya. Walau terkadang membuatnya kesal setengah mati karna tindakannya yang ceroboh dan mulutnya yang ceplas ceplos. Namun justru dengan itu ia bisa melupakan masalah tentang keluarganya. Mungkin sedikit.







PrayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang