[02] Kau Membuatnya Berantakan

945 157 5
                                    

Pintu kamar kembali terbuka di lain hari. Chan melangkahkan kakinya lemas, menghela nafas lalu memegang kepalanya yang terasa lebih sakit dibanding hari-hari sebelumnya.

Penderitaannya tidak berakhir di sana. Kamar pribadinya pun berantakan, dengan buku-buku yang keluar dari tempatnya, seprai kusut juga tirai jendela yang berantakan. Kamarnya berubah menjadi kapal pecah.

Walau begitu Chan tetap mengabaikan. Kakinya melangkah di atas kertas-kertas yang berserakan. Tubuhnya ambruk begitu sampai di atas kasur.

"Kenapa kau melakukannya?" tanya Minho yang posisinya sedang duduk di tepi ranjang, membelakangi Chan yang berusaha mengabaikan.

Berdebat dengan Minho membuat udara di dalam kamar semakin sesak. Apalagi Chan masih tidak mau membuka jendela kamarnya. Chan memeluk bantalnya, berusaha menutup mata dalam upaya memaksa diri untuk cepat pergi ke alam bawah sadar. Namun sayang, gerakan Minho lebih cepat.

"Jangan tidur,"

Minho membalik badan Chan yang tengkurap agar kedua mata lelaki itu dapat melihat benda yang tengah dipegangnya.

"Masih banyak hal yang harus kau lakukan,"

Chan masih mengerjap bingung sementara Minho memaksanya untuk menggenggam sebuah tongkat baseball.

"Dengan tongkat ini, aku menghancurkan itu! Itu! Dan itu!" pamernya sambil menunjuk-nunjuk meja belajar yang berantakan, pintu lemari pakaian yang hampir lepas dan tiang penggantung tirai yang bengkok. Alasan sebenarnya dibalik kamar berantakan ini.

Chan tidak peduli, dilihatnya jendela yang masih utuh, figura yang bersih dan gitar yang masih berada di tempatnya membuat lelaki itu menghela nafas lega.

"Aku melakukannya untuk mengusir serangga. Mengganggu." gumam Minho, disertai ekspresi aneh-nya.

Tiba-tiba saja posisi Chan berubah karena Minho menyeretnya sampai ke depan jendela. Tanpa diberitahu pun Chan paham akan akhir dari konversasi ini.

"Tadi juga ada serangga disini, coba angkat tongkatmu lalu ayunkan."

Suaranya terdengar dingin. Terasa sangat dingin sekalipun udara di dalam kamar masih panas. Chan membeku dibuatnya.

Minho mendecih kesal. Ia membantu Chan untuk mengangkat kedua tangannya. Senyum mengembang begitu tahu Chan hanya mengikuti tanpa menolak.

"Sekarang ayunkan! Buat efek 'woosh'!"

Minho menaruh harapan besar. Keseluruhan isi kamar sudah berantakan akibat ulahnya, "Kenapa tidak sekalian memecahkan jendelanya saja?" pikir lelaki itu.

Sayang sekali harapan itu terpatahkan karena Chan menahan tangannya, melawan sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari Minho. Jatuh kemudian ketika Ia berhasil melempar tongkat itu jauh-jauh.

"Chan, aku tahu kau merasa lebih lelah juga lebih panas hari ini. Ayo buka jendelanya, Chan." rayu Minho, tidak menyerah untuk membujuk Chan.

Kepala Chan menggeleng. Tubuhnya gemetar ketika rasa sakit kembali menyerang kepalanya. Tapi Minho sama sekali tidak membantu. Lelaki itu berjongkok di depan Chan dengan beberapa barang di tangannya.

"Hancurkan salah satunya, tapi seperti biasa aku memintamu untuk menghancurkan yang satu ini."

Minho tetap pada pendiriannya untuk meminta Chan menghancurkan figura yang melindungi foto bunga. Sedangkan untuk ponsel dan gitar, Minho yakin bahwa Chan tak'kan menghancurkan kedua barang itu.

Tapi sesuatu di luar perkiraannya terjadi.

Ponselnya hancur lebur begitu membentur meja belajar. Pelakunya tak lain adalah Chan, Ia yang melempar ponsel itu tanpa pikir panjang.

Me, My Room and That Boy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang