Tujuh Bintang di Langit Luas

25 3 8
                                    

Rajendra menuntun Sila ke kamarnya. Sila terus berpikir apakah yang ingin Rajendra lakukan atau tunjukan. Sila cukup sadar reaksinya terhadap Rajendra, yaitu gugup dan mudah luluh. Ditengah rasa cemasnya, Sila cukup mempercayakan pada Rajendra apapun yang terjadi nanti.

Setibanya di kamar, pertanyaan dalam otak Sila  buyar begitu saja ketika ia dipersilahkan duduk di atas kasurnya. Kemudian Rajendra mulai membuka baju seragam dengan seksinya. Sila bisa melihat otot Rajendra tertarik megikuti gerakan tubuh, kulitnya yang kuning langsat dan absnya yang sempurnya membuatnya berkali-kali menelan ludah.

Setelah itu Rajendra mengambil gitarnya yang tersimpan di antara celah lemari dan dinding, lalu mengambil kursi dan duduk di hadapan Sila yang masih terpana melihatnya.

Rajendra mulai memetik gitar perlahan sambil mencoba mengatur not nada sambil membakar rokonya lalu menghisapnya. Asap rokok yang mengebul dihadapannya membuat mulut Sila menganga dengan mata yang membulat lebar.

Rajendra tidak memalingkan pandangannya pada Sila, ia menatap sangat dalam sambil tersenyum tipis pada gadis di hadapannya yang kini nampak sangat amat kaku. Sesungguhnya bukan hanya kaku, Sila juga merasa melayang dibuatnya.

Rajendra mulai membuka suara baritonnya beriringan dengan suara gitar yang ia petik. Menyanyikan lagu berjudul Perempuan Yang Sedang Dalam Pelukan dari band Payung Teduh yang kini menjadi favoritnya setelah melihat mereka manggung di acara Pensi sekolah 2010 tahun lalu.

"Tak terasa gelap pun jatuh.
Diujung malam, menuju pagi yang dingin.
Hanya ada sedikit bintang malam ini.
Mungkin karena kau sedang cantik-cantiknya.

Lalu mataku merasa malu.
Semakin dalam ia malu kali ini.
Kadang juga ia takut.
Tatkala harus berpapasan ditengah pelariannya,
Di malam hari, menuju pagi,sedikit cemas, banyak rindunya."

Sungguh siang itu Rajendra telah membuat Sila mabuk kepayang dengan cara Rajendra menghayati menyanyikan lagu itu sambil menghisap roko dan sesekali melirik tajam mata Sila sambil melemparkan senyum.

Saat itu juga Sila sadar akan sesuatu hal. Suara dan petikan gitar yang samar-samar ia dengar ketika pertama kali menghuni rumah ini, persis dengan apa yang baru ia dengar dan saksiskan tadi. Kini ia yakin suara yang membuatnya jatuh hati adalah milik Rajendra.

"Ya beginilah gua, Sil. Gua bukan anak baik-baik yang seperti orang anggap."

"Tunggu deh, jadi itu semua elo?"

"Maksudnya?"

"Roko yang gue bilang itu punya pak Samin ternyata punya lo? Dan suara yang gue denger pada malam itu juga, itu suara lo?"

"Hah? Gua gak ngerti Sil."

"Gue emang baru tahu kalau lo ngerokok semenjak hampir kepergok Nyokap lo waktu itu, tapi gue gak ngeh merknya."

Mungkin Ranjendra tidak sadar, namun saat ini Sila sudah benar-bener yakin. Pertama, roko yang pernah ditanya Samin itu ternyata milik Rajendra. Dan kedua, suara yang membuatnya jatuh hati pada malam pertama kali ia menginjakan rumah ini adalah juga milik Rajendra. Sila menggerutu dalam hati, seharusnya ia sudah bisa menyadarinya sejak awal.

Kini Sila tidak tahu harus bagaimana, perasaannya pun campur aduk ketika otaknya bekerja setelah mengumpulkan bukti bukti yang ada. Ditambah jantungnya masih berdegup tak karuan. Rajendra sungguh telah membuat Sila hampir gila. Terkuaklah Rajendra dibalik kamarnya.

"Lo kaget ya?" Tanya Rajendra yang mulai heran melihat ekspresi Sila.

"Jadi lo di kamar begini?"

"Lebih banyak begini?"

"Seperti yang tadi gua bilang, gua nyiptain lagu, nyanyi, main gitar, rekam video cover gua."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Very Ordinary Friendzone 2012Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang