"Kita sudah menemukan lubang kuncinya. Lalu apa selanjutnya?" tanyaku.
"Menemukan kuncinya tentu saja," jawab Chart.
"Tapi kunci seperti apa yang dapat masuk ke dalam lubang yang hanya selebar goresan ini?" Giliran Luna yang bertanya.
"Tentu saja kunci yang setipis lubang ini," jawab Chart lagi.
Benda apa yang setipis goresan? Memangnya ada? Oh tunggu, aku tahu.
"Selembar uang!!" pekikku.
"Astaga Ela, selembar uang? Bagus sekali. Lalu setelah memasukkannya kita akan mendapat sekaleng minuman bersoda," respon Chart sarkastik.
"Hehehe." Aku hanya memperlihatkan cengiranku. Tapi hey, bukankah selembar uang setipis lubang itu? Aku tak sepenuhnya salah.
Kami lalu larut dalam pikiran masing-masing. Berusaha mencari tahu benda apakah yang setipis goresan.
Aku menengadah menatap langit. Berharap jawaban akan turun dari sana.
Tiba-tiba, angin berhembus kencang. Menggerakkan dedaunan hijau pohon besar ini sehingga menciptakan suara gemericik dedaunan yang saling bergesekan. Diikuti guguran daun yang mulai berjatuhan seperti hujan.
Pohon ini unik sekali. Meskipun sedang musim kemarau, tetapi daunnya tetap hijau.
Hey, tunggu. Aku tahu!
Aku masih menengadah menatap langit. Lalu kujulurkan tanganku ke atas, berusaha menangkap salahsatu daun yang jatuh.
Luna dan Chart memperhatikanku. Penasaran dengan apa yang kulakukan.
"Apa yang sedang kau lakukan, Ela?" tanya Luna.
Aku tak menjawab. Aku sedang memeperhatikan lamat-lamat daun yang berhasil kudapatkan.
Daun ini berwarna hijau muda, segar sekali kelihatannya. Bentuk tulang daunnya menyirip tetapi tidak seperti bentuk tulang daun lainnya pada umumnya. Aku belum pernah melihat bentuk tulang daun yang seperti ini sebelumnya. Ukuran daun ini sedikit lebih besar dari telapak tanganku. Daun yang unik.
"Teman-teman, bagaimana menurut kalian dengan ini?" Aku menunjukkan daun di tanganku pada Luna dan Chart.
"Bagaimana jika ternyata inilah kunci untuk membuka portal menuju dunia peri itu?" lanjutku.
"Brilian, Elara!" Chart bersorak.
"Waah, Ela. Kau memikirkan hal yang tak kupirikan," ucap Luna takjub.
"Baiklah kalau begitu, teman-teman. Haruskah kita coba sekarang juga?" tanyaku bersemangat.
"Ayo lakukan, Elara!"
Kami pun mendekati lubang kuncinya. Aku lalu memasukkan daun tadi ke dalamnya.
Bisa. Daun itu masuk.
Sesaat setelahnya, lubang itu memancarkan cahaya yang sangat menyilaukan. Awalnya hanya sebatas goresan lubang itu, namun kemudian meluas hingga sebesar tubuh kami.
Ketika cahaya itu berangsur redup, terlihat lubang sebesar tubuh kami pada pohon itu. Inikah portalnya?
"Teman-teman.." Aku masih shock. Tak tahu harus berkata atau berbuat apa.
"Kita berhasil teman-teman," ucap Chart sambil tersenyum ke arahku dan Luna. "Ayo kita masuk. Perjalanan kita baru akan dimulai."
Aku masih terpaku ditempatku. Masih belum bisa berkata apa-apa, ketika Chart sudah mulai berjalan memasuki lubang portal. Aku saling tatap sesaat dengan Luna. Tapi lalu dia menyusul Chart masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elara's Adventure: Bergelmir
Fantasy> [ON-GOING] - - - Bergelmir, hutan dengan berbagai macam bahaya di dalamnya. Semua anak-anak tahu peraturan yang melarang bermain dekat hutan itu. Tetapi Elara dan teman-temannya melanggar peraturan itu dan menemukan sesuatu yang belum pernah dilih...