Garda terdepan

22 5 2
                                    

Seumur hidupnya Rae gak pernah merasa di perolok begini. Pagi tadi dirinya di guyur air pel kotor bahkan sebelum dirinya tiba di pintu kelas.

Benar-benar sial. Rae jadi terpaksa mengungsi ke ruang UKS dan memakai seragam olahraga. Maunya sih ia segera pergi ke kelas setelah berganti pakaian dan mulai belajar dengan tenang. Tapi nyatanya suara melengking dari luar ruangan UKS ini membuat langkahnya jadi terhenti persis ketika tangan Rae menyentuh gagang pintu.

"Eh tau gak? Katanya si Rae lagi deket sama si Chenle yang tajir itulohh..."

Terdengar sahutan lain dari cewe yang entah siapa dan bagaimana bentuknya, yang jelas suaranya lebih melengking dari cewe pertama."Ngejar duitnya kali tuh cewe,hahahahaha."

"Mungkin,tadi di mading juga dia disindir-sindir gitu."

"Dasar pelakor,gak kuat liat yang tajir aja meleleh dah tu hatinya." 

"Hati busuknya maksud lo?"

Tak ada suara lain yang dapat Rae tangkap selain suara tawa dari para cewek bersuara melengking tadi,yang kemudian suara mereka semakin mengecil, hanya samar-samar kemudian hilang.

Baiklah,Rae gak tau harus tetap tinggal disini atau pergi kedalam kelasnya saja. Kemungkinan besar jika dirinya kembali ke kelas, telinga Rae bakalan penuh sama nyinyiran netizen.

Oke,dapat di putuskan. Rae akan tinggal disini sampai bel pulang nanti dan meminta anak PMR yang bertugas menyampaikan dirinya yang kurang sehat kepada guru yang bersangkutan.

Itu ide yang bagus,terdengar pas diasaat situasi genting seperti ini.

Belum sempat rae menghampiri petugas kesehatan yang lagi ngedata obat-obatan,tiba-tiba pintu ruangan terbuka keras. Disana,berdiri dengan nafas terengah-enggah Lele mendobrak pintu UKS.

Rae dan si petugas itu sontak membelokan mata,pupil mereka sama-sama membesar. Ini kenapa tiba-tiba lele bisa ada disini?

"Mana yang sakit,Re?"

Rae masih diam membeku sedang si petugas UKS kembali kepada kegiatan nya tadi--mendata obat-obatan.

"Mana yg sakit,Re?"

Rae diam membeku selama beberapa sekon sampai akhirnya ia menghambur kepelukan Lele. Menangis tersedu-sedu. Lele meringis,suara tangisan ini seakan menjelma menjadi belati tajam,menyayat,nengiris hati Lele sampai ngilu.

Tak ada yang bergerak,berbicara ataupun sekedar berdeham. Baik Lele maupun Rae.

Sampai dirasa tangis Rae melemah,barulah Lele melepas pelukan tersebut.

Rae mendongak,sempat ingin berbicara tapi Lele menuruhnya diam,"Shutttt,udah tenangin aja dirinya dulu baru boleh cerita." Rae mengangguk patuh.

"Apa yang sakit,Rae?" Tanya Lele hati-hati.

Rae tampak mengatur nafas sebelum akhirnya menjawab dengan lirih."Hati aku sakit."

"Kamu punya riwayat penyakit jantung?!"

Rae terkekeh,"Bukan,dari pisik memang aku baik-baik aja. Cuma dari mental,aku sedikit terluka.Dikittttttt aja,banget dikitnya."

Ternyata begini rasanya kalo Rae manja sama dia. Lele jadi egois pengen Rae sakit terus biar bisa manja sama Lele. Tapi yah,cinta memang bisa seegois itu.

Tunggu? Cinta?!

Apa iya ?

"Mau Lele tiup hatinya? Sebelah mana hatinya biar Lele usap juga sekalian."

"Gak gitu juga dong ,Le." Kata Rae lemas.

Tangan kanan Lele naik ke puncak kepala Rae dan mengelusnya pelan,"Jangan di ambil pusing,apapun yang kamu denger sekarang anggap aja mereka emang se-iri itu sama kamu. Bisakan?"

Kepala mungil itu mengagguk patuh,"Iya,aku coba."

"Mau masuk kelas sekarang?"

Kepala itu menggeleng lemah,"Gak mau,nanti aja masuknya."

"Yaudah,sekarang istirahat dulu." Lele celingukan,mencari si petugas UKS,"Kamu!"

Si petugas terkesiap,"Iya? Gua?"

"Iya,sini."

Si petugas mendekat,"kenapa?"

"Tolong beliin sate taichan sama rujak yang di depan sekolah,kembaliannya kamu ambil aja."

si petugas mengaga,dia lagi gak kena prank kan?

*******

tinggalkan jejak 

The king of Rich [Zhong Chenle]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang