02. Pembuktian

31 2 0
                                    

💮💮💮 Happy Reading 💮💮💮

***

Jaemin celingak-celinguk mencari barang yang diinginkan adiknya. Kini dia sudah berada di supermarket dan sedang berhadapan dengan beberapa rak yang berisi jenis-jenis popok bayi dan popok khusus perempuan. Sebenarnya bukan popok tapi apa yah? Jaemin tidak ingat namanya.

Jaemin menimang-nimang barang yang ada di genggamannya, dia bingung memilih yang mana. Oh ayolah, Jaemin tidak pernah tahu dengan barang-barang kebutuhan perempuan seperti itu. Siapapun tolong bantu dia.

"Ngeselin banget emang si Jaerin, ini gue mana tahu belinya yang mana," gumamnya, kesal sendiri.

"Kak Jaemin?"

Jaemin tersentak di tempatnya saat mendengar suara seseorang yang memanggil namanya.

Jaemin membalikkan badannya perlahan lalu, "Eu-eh, I-irene," gugupnya saat mengetahui siapa yang tadi memanggil namanya itu.

"Kak Jaemin, ngapain di area sini?" tanya anak perempuan cantik yang sedang memegang troli belanjaan tersebut.

"Eu-anu, ini ...." Jaemin menyodorkan bungkusan pembalut yang sedang di pegangnya kepada Irene.

"Ooh, buat Erin yah?" Irene mengangguk mengerti.

"Emm iya hehe," jawabnya kaku.

"Butuh bantuan?" tawar anak perempuan berambut gelombang itu.

Jaemin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, merasa gugup dan malu untuk meminta bantuan anak perempuan di sampingnya ini.

"Gak papa kak, aku juga sekalian mau beli kok," ucap anak itu mengerti akan ketidaknyamanan Jaemin.

"Eum iyadeh, Kakak minta tolong sama kamu pilihin yang biasanya ... Erin pake," ucapnya tersenyum canggung.

"Iya kak."

Irene berjalan satu langkah ke arah Jaemin, lalu mengambil satu bungkus pembalut yang sedang dipegang lelaki itu, "ini, udah bener kok. Aku masukin ke troli kakak yah," ucap anak perempuan itu, tersenyum ke arah Jaemin.

Jaemin hanya mengangguk, tidak bisa berkata-kata karena terpesona dengan senyuman menawan yang dimiliki gadis itu.

"Kak?"

"Eh, iya?" Panggilan Irene menyadarkan Jaemin yang tadi sempat speechless melihat senyum manis teman adiknya itu.

"Ini udah aku masukin, nanti kalau mau beli lagi yang kayak gini aja," kata Irene, tersenyum ke arah Jaemin.

"I-iya, makasih yah," ucap Jaemin kaku.

"Ada yang lain yang perlu aku bantu?" tanya Irene lagi.

"Eh nggak kok, udah ini aja," jawab Jaemin tersenyum canggung.

"Yaudah aku kesana dulu yah, soalnya masih ada yang harus dibeli. Dah kak!" Irene melambaikan tangannya pelan sembari tersenyum lebar ke arah Jaemin.

Jaemin hanya menatap Irene yang sudah pergi meninggalkannya dengan binar mata bahagia, terpesona akan kecantikan seorang Irene.

*****

Ternyata sedari tadi ada yang memperhatikan interaksi antara Jaemin dan Irene, dibalik rak yang ada disebelahnya. Yah, orang itu menguping.

Seseorang yang sedari tadi geli melihat ekspresi Jaemin yang sok kalem di depan Irene itu, mengendap-endap ke arah Jaemin yang masih memperhatikan Irene yang sudah berjalan menjauh.

"Wooyy!"

Jeno meneriaki Jaemin tepat di telinga lelaki itu lengkap dengan tepukan keras di pundaknya.

Plain GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang