Seorang gadis dengan Surai panjang nya menunduk di depan sebuah makam yang masih sangat baru. Air matanya tak berhenti berderai. Sesak di dada nya tak kunjung hilang.
Sekarang ia benar benar sendiri, tak ada lagi yang menemani. Ibu nya telah pergi. Meninggalkan nya dengan segala keterpurukan.
Ayah nya? Jangan ditanya.
Datang di hari terakhir ibu nya saja tidak ada. Ayah nya lebih memilih sibuk bersama sang isteri baru.
Venia menyeka air matanya, sekali lagi diusap nya batu nisan sang ibu lalu perlahan dirinya berdiri, berjalan keluar dari area pemakaman. Menuju suatu tempat yang mungkin akan menjadi tempat dirinya mengakhiri semua keterpurukan.
*****
Suara tawa nyaring terdengar di sebuah kelas yang masih sangat ramai di huni oleh beberapa pria.
"Cewek mulu pikiran Lo bambang" ujar salah satu pria yang memakai jaket hitam di tubuh nya. Nama nya Erik, si pria manis dengan gigi ginsul yang ia miliki. Pria paling waras di antara mereka.
"Hidup itu harus di bawa hepi Rik!" Ujar Alvin tak terima. Pria paling heboh di antara mereka. Di kepala nya cuman ada cewek! Fakboi!
"Dasar chipmunk!" Timpal Elgaran memaki Alvin.
"Engga bisa Lo berhenti manggil gue gitu?" Alvin tak terima.
"Salahin nama Lo" ujar si pria paling tampan yang ada disana. Devrans, pria tampan, tubuh tinggi tegap, rahang tegas, pintar namun nakal.
Alvin mendesah berat. Benar juga sih.
"Udah sore aja, engga ada niat pulang Lo pada?" Tanya seorang pria yang membuka semua kancing kemeja sekolah nya hingga menampakan kaus abu abu yang ia pakai di dalam nya. Andre.
"Iya nih, gue mau kencan" ujar Alvin sembarangan.
Dev dengan sengaja melempar sebuah penghapus yang tertinggal di atas meja.
"Sakit bego!" Teriak Alvin mambuat semua nya tertawa.
"Berani Lo?!"
"Ampun bos"
Lagi lagi Alvin membuat mereka tertawa.
"Cabut cabut" ujar Dev memerintah.
Semua nya sontak berdiri mendengar ucapan Dev. Mereka mengambil tas yang berserakan entah dimana. Lalu satu persatu keluar dari ruangan.
Dev keluar paling akhir. Tanpa sadar ia menoleh ke arah kanan. Dirinya tersentak saat menemukan seorang gadis menaiki tangga menuju rooftoop. Semua ekskul sudah selesai. Lalu gadis itu kenapa malah menaiki rooftop?
Dev ingin tak peduli, namun hati nya memerintahkan untuk menyusul gadis tersebut.
"Woi Dev, buruan!!"
Dev menoleh saat mendengar Alvin memanggil nama nya dengan keras.
"Deluan aja, gue ada urusan bentar" ujar Dev langsung saja pergi menyusul gadis yang dirinya lihat tadi.
Dev berjalan dengan cepat hendak menyusul gadis itu. Alangkah terkejut nya Dev saat menemukan gadis itu berdiri tepat di ujung rooftop.
Dev terpaku. Kejadian kelam masa lalu menghantui nya cepat. Tepat seperti ini.
Tanpa bicara Dev mendekat dengan pelan. Dia dengan cepat menarik tangan gadis itu yang baru saja ingin melompat. Entah dorongan dari mana, Dev memeluk nya erat.
Sedangkan gadis yang berada di pelukan Dev membeku. Jiwa nya masih berada di Awang Awang. Namun saat pria itu mengeratkan pelukan nya, baru ia tersadar.
Venia memejamkan matanya. Entah kenapa tubuh nya merasa nyaman di peluk seperti ini. Entah kapan terakhir kali ia merasa sebuah pelukan hangat.
"LO UDAH GILA?!!"
Venia tersentak saat pria itu melepas pelukan nya dan membentak nya keras.
"LO KIRA NGAKIRI HIDUP ITU BAGUS?!"
"BENAR BENAR GILA LO YA!!"
Venia terisak.
"IYA GUE UDAH GILA!!"
Dev terdiam di tempat nya. Matanya tak lepas dari kedua mata Venia yang kosong. Seperti tak ada kehidupan.
"Gue enggak mau hidup lagi!!!" Venia merasakan sesak yang begitu luar biasa di dada nya.
"Gue udah engga punya apa apa! Ibu udah engga ada!! Ayah gue bahkan engga peduli sama gue!! GUE MEMANG UDAH GILA!!!" Venia tanpa sadar mengeluarkan semua masalah nya.
Dev terpaku, bahkan masalah gadis itu sama persis dengan gadis masa lalu Dev.
"Tapi engga kayak gini cara nya!" Ujar Dev berusaha menyadarkan Venia atas perbuatan nya.
"Terus apa yang harus gue lakuin? Gue engga bisa hidup lagi!!!" Ujar Venia.
"Lebih baik Lo pergi aja!!" Ujar Venia hendak berjalan lagi menuju ujung rooftop.
Dev kembali menarik tangan Venia.
"Lo masih punya gue"
Dan entah mengapa, Venia mendapat secerca harapan dari ucapan pria itu.
*****
Hai hai para reader!!!
Suka engga sama prolog nya?
Penasaran nggak sama kelanjutan nya?
Jangan lupa vote and coment juga!!
Love you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Crossiant Love
Teen Fictionini kisah sebuah perbandingan jauh antara berlian dan batu. Devrans Wiliam, sang berlian. tampan, pintar, cerdik, tubuh berotot. namun berandalan. Venia Claristy, si batu. bukan sifat nya yang seperti batu, namun nasib nya. ia tak memiliki masalah e...