Dari jauh, Dev dapat melihat Venia baru saja keluar dari kelas sendirian. Dev diam diam mengikuti gadis itu, penasaran kemana gadis itu akan pergi tanpa teman nya.
Dev tersenyum saat pria itu dapat melihat Venia masuk ke dalam perpustakaan. Sungguh gadis yang berbeda.
Dev menengadah ke seluruh lorong. Mencari waktu yang tepat untuk masuk. Bukan nya apa, tapi ia tak ingin Venia dikenai gossip buruk lagi.
Dev perlahan mendekat ke arah pintu. Dirinya masuk dan langsung di sapa guru penjaga perpustakaan.
"Loh Dev, tumben kamu ke perpus" ujar Bu Dina. Salah satu Guru bahasa Indonesia juga koordinator literasi perpustakaan di sekolah.
"Iya nih Bu, lagi kesambet" ujar Dev ngasal langsung saja membuka sepatu nya dan masuk. lantai perpustakaan ini dilapisi dengan karpet tebal. Karena perpustakaan hanya menyediakan meja tanpa kursi. Murid harus duduk di lantai untuk membaca. Bu Dina yang melihat itu geleng geleng kepala. Dev dan tingkah nya.
Dev mencari keberadaan Venia. Namun tak butuh waktu lama Dev dapat melihat gadis itu sedang membaca sebuah novel bersampul putih, duduk di salah satu meja yang sangat sepi.
Dev mengambil asal buku disalah satu rak. Bergerak pelan menuju Venia yang sudah larut dalam dunia imajinasi nya.
Venia tersentak mendengar ada pergerakan di samping nya. Gadis itu menoleh. Alangkah terkejutnya Venia saat matanya menangkap pria tampan dengan rahang tegas disampingnya.
Venia hendak berdiri. Namun tiba tiba tangan Dev mencekal nya. Menatap ke arah nya tajam.
"Duduk!" Perintah nya tegas penuh penekanan. Namun tak ada sama sekali nada kasar di dalam nya.
Venia yang lugu hanya bisa mengerjapkan matanya lalu duduk dengan cepat. Namun dengan cepat memilih menunduk. Rambut panjang yang di gerai nya langsung menutupi. Venia dengan cepat membuka novel nya. Namun entah apa yang di baca gadis itu. Jantung nya berdegup dua kali lebih cepat.
Dev menarik satu sudut bibir nya melihat tingkah Venia.
"Lo enggak papa?" Tanya Dev tiba tiba
Walau Venia tak tahu apa maksud pria itu bertanya, namun gadis itu tetap mengangguk.
Venia sangat gugup, apalagi ia rasa Dev sangat dekat dengan nya. Ya Tuhan, kenapa Dev menyekapnya disini?!
Venia tersentak kaget saat Dev meraih rambut nya, menyingkirkan nya kebelakang telinga. Dev ingin melihat jelas wajah manis gadis itu.
Venia menoleh, membuat mata mereka bertubrukan.
Dev menatap wajah Venia yang polos. Tak ada polesan apa pun di wajah nya. Bibir nya merah muda murni. Dev tau Venia memiliki jiwa yang rapuh, polos dan naif. Dev menatap mata gadis itu. Sedikit bengkak.
"Jangan keseringan nangis" ujar Dev tiba tiba.
Venia sangat terkejut, mengapa Dev tiba-tiba mengatakan itu? Namun sialnya hal itu benar.
"Mau balik ke kelas" ujar Venia.
Venia tanpa menunggu langsung berdiri dan pergi dari sana. Dan bagusnya, Dev tak mengikuti ataupun mengejarnya.
Dev menatap punggung gadis itu yang kini sudah hilang di balik pintu.
"Cukup sulit ternyata" ujar Dev pada diri nya sendiri.
*****
"Pipip pipip calon mantu!!" Alvin bersenandung sebuah lagu yang akhir akhir ini sering kali ia dengar. Entah kenapa bisa se viral itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crossiant Love
Teen Fictionini kisah sebuah perbandingan jauh antara berlian dan batu. Devrans Wiliam, sang berlian. tampan, pintar, cerdik, tubuh berotot. namun berandalan. Venia Claristy, si batu. bukan sifat nya yang seperti batu, namun nasib nya. ia tak memiliki masalah e...