Halo guys! Ini FF pertama yg aku buat, jangan lupa vote and comment! Semoga suka ya
Happy reading💜💜💜|•°°☆°°•|
Dengan cepat seorang wanita memasukkan semua pakaian dan barang-barangnya kedalam koper. Bahkan ia tak menghiraukan anak 7 tahun yang terus menangis disampingnya. Anak itu bukan lagi balita yang tidak paham dengan apa yang sedang ibunya lakukan saat ini. Berlomba dengan suara petir, gadis itu berteriak, berusaha menghentikan semua aktivitas ibunya.
Terakhir, wanita itu menutup resleting koper, menoleh menatap anak yang akan selalu menjadi malaikat kecilnya. Air mata deras membanjiri mereka, semakin tak sanggup ia kala pandangan mereka saling berpapasan sendu.
Namun seulas senyum tetap ia tampakkan, jangan lupa dengan lengannya yang penuh luka lebam, dan sudut bibirnya yang sobek mengeluarkan darah. Sungguh dia wanita yang sangat kuat.
Wanita itu merentangkan tangan, membiarkan gadis kecilnya berhambur kepelukannya. Berkali-kali ia kecup kening mungil itu. Berharap ia akan sanggup melalui esok tanpa putri kecilnya.
“Eomma.. Yeonmi ikut.. Yeonmi tidak mau disini bersama Appa… Yeonmi mau ikut Eomma saja..” ucap gadis kecil itu masih terus sesenggukan.
Tangisnya semakin pecah mendengar ucapan gadis itu. Ia kembali memeluk erat, mengusap rambut hitamnya beberapa kali. Sungguh sangat berat baginya untuk pergi. Sulit sekali melepas pelukan ini. Tapi tidak ada cara lain.“Jaga kesehatan ya? Jangan nakal” ucap wanita itu lembut. Gadis kecil itu semakin terisak, sesak hatinya tak menginginkan kata perpisahan dari wanita kesayangannya ini.
“ANDWAE EOMMAAA! JANGAN TINGGALKAN YEONMI! YEONMI TIDAK MAU BERSAMA APPA!” teriak anak itu ditengah tangisnya. Lengannya masih terlingkar erat pada leher ibunya. Seakan wanita itu akan menghilang jika pelukannya mengendur sedikit saja.
“Jangan lupa makan, dan rajinlah belajar. Buat Eomma dan Appa mu bangga, oke?” wanita itu masih berusaha tersenyum, walau hatinya tersayat begitu dalam.
“EOMMA! YEONMI TIDAK MAU!” gadis itu semakin terisak.
“Ssttt… Dengar, kalau Yeonmi sudah besar, Yeonmi bisa mencari Eomma. Semoga kita masih bisa bertemu lagi nanti. Eomma akan terus berdoa untuk Yeonmi.”
“Dan satu lagi, berjanjilah untuk tidak meninggalkan Appa mu dan juga rumahmu ini, ya?” gadis itu terus menggeleng, mengusak semakin erat pada pelukan ibunya.
“Andwae Eommaaa! Jangan tinggalkan Yeonmi…” rintih gadis itu. Suaranya kian melemah.
Untuk terakhir kali, wanita itu mengecup kening Yeonmi, lama. Kemudian dengan berat hati, ia melepaskan pelukannya. Menarik kopernya keluar dari rumah.
“EOMMAAAA!!!”Gadis itu berlari mengejar, tapi tertahan sampai pada pintu utama rumahnya. Ia meronta, berkali-kali ia memukul lengan ayahnya, agar ia dilepaskan. Tapi tidak bisa,kekuatan mereka sangat berbanding dan tubuhnya sudah teramat lemas.
“EOMMA!” Yeonmi membuka mata. Napasnya memburu. Peluh mengalir di pelipis, bahkan matanya terasa sedikit basah.
Mimpi lagi.
Yeonmi memejamkan mata, menarik napas dalam. Dadanya terasa sangat sesak. Seakan ia benar-benar terisak.
Lagi-lagi kejadian itu terputar dalam mimpinya. Ya. ini bukan yang pertama kali.
Ia menunduk menatap buku-buku yang masih berserakan diatas meja belajar.
Pukul 8 malam. Ia menghela napas, menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi, dilihatnya langit-langit kamar yang putih. Tak ada satupun yang menembus pendengarannya, sangat sepi.
Masih dengan pandangan yang mengarah pada langit kamar, tangan kirinya bergerak meraba meja belajar. Mencari pigura kecil yang ia letakkan disalah satu sudut meja.
Disana, terpampang foto seorang gadis 15 tahun. Ia hanya menatapnya sebentar. Bukan itu yang ingin ia lihat. Ia mengambil satu lembar foto yang terselip di belakang. Ia tersenyum simpul. Seorang gadis kecil yang sedang digendong oleh seorang wanita dengan background seekor gajah besar dibelakang. Mereka tersenyum amat bahagia.
Ia membalik foto itu, disana tertulis 15 Mei 2005. Saat pertama kali mereka pergi liburan ke kebun binatang. Yeonmi masih sangat ingat itu. Ketika ia ingin memberi makan rusa, namun tangannya malah tersangkut pada lubang-lubang pagar. Konyol memang. Tapi masih terbayang jelas dipikirannya, wajah ayah dan ibunya yang khawatir.
Yeonmi benar-benar rindu.
Terkadang Yeonmi berpikir, ia tidak mau beranjak dewasa. Ia ingin terus menjadi gadis kecil kesayangan ayah dan ibunya. Ia tidak ingin waktu berlalu, dan kehilangan ibunya. Ia sangat merindukan mereka, pada saat itu.
Tanpa Yeonmi sadari, air mata mengalir dari pelupuk matanya, dan semakin deras. Ia menunduk, semakin terisak. Dadanya terasa sesak. Ia memejamkan matanya lagi. Ingin sekali ia menumpahkan semua perasaannya. Tapi kepada siapa? Bahkan walaupun ia tinggal bersama ayahnya, ia tetap sendiri.
Teman-temannya? Tidak ada selain Seohyun. Ia tidak mau orang-orang mengetahui keadaannya, tapi disaat seperti ini ia membutuhkan teman yang mau mendengarkan drama realistisnya.
Pandangannya yang sedikit kabur terhalang air mata, menangkap sebuah cutter di sudut meja.Haruskah lagi?
¤ ¤ ¤
KAMU SEDANG MEMBACA
•Too Pain To Fine• [KTH]
Fanfiction[Hiatus] Sejak awal semuanya memang sudah buruk. Aku benci dia, aku benci takdir, dan aku benci diriku. Aku benci dia yang tanpa perasaan mengikisku. Aku benci takdir yang tanpa ampun menumbuk, menghacurkan aku. Dan aku benci diriku yang selalu kal...