“Lebih cepat lagi, bodoh” Jimin berlari mendahului Taehyung, saling berlomba memasuki sebuah ruangan di sudut lorong.
BRAKK!!
Taehyung membanting pintu putih itu dan segera berguling ke sofa bekas yang memanjang didekat pintu.
Jangan tanya, Yoongi sudah lebih dulu terlelap di sofa yang lain. Disana juga sudah ada Namjoon yang sibuk membaca buku, Hoseok yang sibuk dengan ponselnya, Jin dan Jungkook yang tengah berebut makanan. Semua melakukan tugasnya dengan baik.
Mereka serentak menoleh mendengar kerusuhan dua laki-laki seumuran itu.
“Kalian bolos lagi?” tanya Namjoon, sudah terbiasa dengan tingkah nakal teman-temannya.
“Kerja bagus hari ini!” dengan bangganya mereka berdua melakukan highfive. Namjoon yang melihatnya hanya menggeleng.
Masih dengan senyum mengembang, Jimin mengalihkan pandangannya. Pertama pada Jungkook yang tengah asyik menghabiskan sebungkus snack, kemudian pada sebuah meja di samping mereka.
“Apa? Siapa yang ulang tahun?” tanya Jimin.
“Tidak ada”
“Lalu ini?”
“Milikku” Jungkook menyahut sombong. Ia kemudian melahap lagi snack coklatnya setelah memenangkan permainan suit dengan Jin.
“Semuanya?” mata Jimin sedikit membulat. Pasalnya diatas meja itu menggunung banyak sekali bungkusan makanan.
Jungkook mengangguk sebagai jawaban.
“Hey! Kau tidak boleh menghabiskannya sendiri man!” Jimin beranjak, berjalan mendekati meja itu hendak mengambil satu dari sekian banyak makanan disana. Jungkook yang sudah mengawasi gerak gerik Jimin langsung meluruskan kakinya, menghalangi langkah Jimin.
“Ya! Ya! Siapa yang mengijinkanmu Jimin-ssi?!” cegah Jungkook. Tapi tetap saja tangan Jimin masih bisa meraih satu bungkus snack dari sana. Ia mengangkat snack itu, memamerkannya pada Jungkook.
"Ya! Apa tidak ada yang mengajarimu tentang berbagi makanan?"
“Ya! Jimin-ssi!! Kembalikan!” laki-laki itu langsung melempar snack yang ia bawa ke sembarang arah lalu beranjak mengejar Jimin. Mereka berdua berlarian mengelilingi ruangan itu.
“Ya! Jin-hyung! Kenapa kau ajari anak ini untuk tidak membagi makanannya?” pekik Jimin sembari terus berlari menghindar dari Jungkook.
“Ya! Siapa yang mengajarinya?! Kenapa kau menyalahkan aku?!” jawab Seokjin yang sebenarnya sudah pusing melihat mereka berdua berlarian memutari ruangan beberapa kali.
“Taehyung-ah! Tangkap ini!” pekik Jimin, terengah. Ia melemparkan snack itu ke arah Taehyung. Dengan sigap laki-laki itu menangkapnya.
“Ya hyung! Aisshhh.” Jungkook menyerah. Ia merelakan satu bungkus snacknya untuk Jimin. Jimin tersenyum senang.
“Tidak biasanya kau mudah menyerah, Jung?” Jimin mengacak rambut hitam Jungkook kemudian mendudukkan dirinya disamping Taehyung.
“Hanya satu, aku masih punya banyak” ucap Jungkook sombong.
“Ye gomapta gomapta gomapta. Bersiaplah untuk kehilangan ototmu”
“Tidak akan. Kau pikir aku dirimu?” balas Jungkook. Jimin terdiam menganga, tak tahu harus merespon apa lagi pada adik kurang ajarnya ini.
“HAHAH! Kau benar-benar sudah kehilangan martabatmu sebagai hyung. Bagus Jung, lanjutkan.” Taehyung mengacungkan ibu jarinya sambil terkekeh mengejek Jimin yang duduk disampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
•Too Pain To Fine• [KTH]
Fanfic[Hiatus] Sejak awal semuanya memang sudah buruk. Aku benci dia, aku benci takdir, dan aku benci diriku. Aku benci dia yang tanpa perasaan mengikisku. Aku benci takdir yang tanpa ampun menumbuk, menghacurkan aku. Dan aku benci diriku yang selalu kal...