Part 1

1.1K 45 0
                                    


Di suatu tempat, di waktu saat kita bersama-sama, Aku melihat kembali ke masa itu, melihat kembali kenangan di saat kita bersama, melalui hari dengan penuh suka cita, hanya ada tawa dan kebahagiaan, bahkan tak pernah sedikitpun terbesit kata untuk berpisah ataupun pergi meninggalkanmu.

kini semua seolah-olah aku bisa menyentuhnya, masa di mana yang tak akan pernah aku lupakan, masa di mana aku bisa melihatmu dari jarak dekat, masa dimana aku bisa memegang wajahmu dengan bebas, semua yang kita lakukan selama ini seolah-olah itu baru terjadi kemarin.

Setiap saat aku berpikir tentangmu, bagaimana kabarmu, sedang apa dirimu dan dengan siapa dirimu disana, apakah kau masih mengingatku, apakah kau masih mengingat tempat yang sering kita datangi, selalu saja suara itu yang diam-diam berdering dengan nada rendah, seakan memberiku kekuatan untuk menunggumu disini.

kau mirip dengan sinar matahari musim semi yang mampu menyinari bumi, Kau selalu bersinar dengan cerah di hariku, membuat perasaan ini selalu menghangat, walaupun sudut hati ini merasa kosong akan ketidak hadiran mu di sisiku, ingin ku ulang waktu, apakah aku bisa? mengulang kembali semuanya yang telah terjadi.

Akhir musim dingin yang misterius, Aku pikir, aku benar-benar mencintaimu? Seluruh poros hidupku berpusat padamu, debaran jantung yang aku rasakan selalu mengarah terhadapmu, apakah ini masih sama seperti di saat kita bersama.

Di suatu tempat, di waktu kita bersama-sama, Aku melihat kembali ke masa itu.

Setiap saat, aku berpikir tentangmu selalu saja suara itu yang diam-diam berdering dengan nada rendah, suara yang selalu menghantuiku, suara yang bahkan tak akan bisa aku lupakan, melihatmu menangis terisak dengan air mata yang jatuh tak tertahankan, membuat hatiku sakit, haruskah kita berpisah seperti ini, haruskah semua ini terjadi.

Kenapa semua harus terjadi, kenapa diriku yang dulu harus lemah tanpa bisa melakukan apapun untuk menenangkan mu, maafkan aku, jika aku tahu ini bakal terjadi apakah aku masih bisa bersamamu, apakah kita bisa seperti dulu lagi.

Bahkan kenangan sekecil apapun masih begitu jelas berputar di ingatanku, seakan film yang belum aku tahu endingnya seperti apa, apakah happy ending atau sebaliknya.

Dimana kita? Apakah dirimu berada di belahan Negara lain, Aku melihat kembali semua kenangan,Apakah kita bahagia? Aku merindukanmu. Sungguh aku sangat merindukanmu. Hanya perasaan yang  tidak dikenal tetap di tempat yang sama.Setiap saat, aku berpikir tentangmu.

*******

JAKARTA , 10 JULY 2020

Ladies and Gentlemen, we shortly will be landing at Soekarno-Hatta International Airport in Jakarta. The local time now is 20 minutes past 11 a.m. The time in Jakarta is 5 hours ahead of Amsterdam. Please fasten your seat belt against your seatback into the outbreak position and locks your table securely. Place your phone back and video monitor in place also keeps your window safes open during this time. Passenger who are Using laptop and other entertainment devices, please switch them off now. We would like to remind you that carrying narcotics and drugs in Indonesia is the violation of the law, Thank you.

Akhirnya sampai juga, pantat gue sakit banget elah.  Duduk selama 13 jam lama lama tepos nih pantat gue,  Sekarang ambil barang dulu habis itu gue harus nyari sepupu laknat gue, awas aja dia sampai lupa jemput gue. Gue jual tuh anak di pasar loak.

Huuhh.. lama banget rasanya gue gak pernah hirup udara di Jakarta, terakhir waktu gue masih SD dan sekarang gue baru bisa nikmatin lagi. Si Joss mana sih lama amat tuh anak datangnya, coba gue telfun dulu tuh anak, jangan bilang dia masih molor.

Kringgggg……!

“ Halo, ini siapa sih masih pagi sudah ganggu aja”.

“Eh monyet, Pagi pala lu,  cepetan jemput gue di bandara, gue tunggu 30 menit dan gak mau tau”.

“ Bentar ini siapa dah, kenal sama gue lo, main nyuruh aja,” ucap Joss yang matanya masih setengah terpejam.

“Tay Tawan Vihokratana” ucapnya dengan penuh penekanan.

“Hahh… Tungguin gue bentar ini mau otw”.

Tuuut…

Tanpa aba-aba Joss langsung mematikan telfun tersebut, tanpa mendengar Tay yang masih berbicara kepadanya.

“Sialan banget tuh anak, awas aja gue mutilasi ntar”, gumamnya sambil terus berjalan keluar bandara sambil menyeret koper yang dia bawa.

Bruughh….!

Belum juga reda rasa kesalnya kini sudah di tambah lagi dengan dirinya di tabrak oleh seseorang yang dia tidak kenal.

”Aduh siapa sih jalan main nabrak aja, gak punya mata atau gimana”

"Maaf mas saya tidak sengaja," tapi maaf juga saya buru-buru ucapnya tanpa membantu Tay sama sekali.

"Imut" ucap Tay tanpa sadar melihat orang yang baru saja menabraknya.

"Maaf mas bilang apa barusan?"

Namun yang di tanya tetap diam dan tak bergerak sama sekali.

"Udahlah, saya permisi kalau begitu mas," ucapnya tanpa memperdulikan Tay yang masih diam mematung di tempatnya.

Namun tiba-tiba dari belakang datang Joss sambil berlari menuju ke tempat Tay, namun naas Tay lagi-lagi terjatuh dengan tidak elitnya di depan orang banyak.

"Enyah kau Joss", ucapnya dengan penuh penekanan.
.
.
.
.
Oke sekarang kita sudah sampai, untuk sementara sebelum bonyok lu balik ke Jakarta, lu tinggal di rumah gue, gak ada penolakan ucap Joss sambil membantu Tay turun membawa barang-barangnya.

"Kenapa juga gue harus serumah sama orang kayak lu", seru Tay merasa tidak terima dengan keputusan orang tuanya.

"Eh masih mending gue mau nampung lu, ketimbang lu jadi gelandangan".

"Maaf seorang Tay Tawan jadi gelandangan, it's in your dream", serunya sambil melenggang masuk kedalam rumah Joss.

"Eh monyet barang lu bawa nih, ngapain lu main pergi aja".

"BODO AMAT, I DON'T CARE".

Untung gue baik kalau enggak udah gue buang tuh Monyet di jalanan, biar di tembak pemburu sekalian, yang punya barang dia yang susah gue.

****

Akhirnya gue merasakan nikmatnya kasur, seru Tay sambil berguling ke sana kemari dia atas kasur.

"Eh Monyet ngapain lu di kamar gue, kamar lu di sebelah, barangnya juga sudah di sana".

"Aduh mager gue, mau tidur dulu bentar".

Gue gak peduli, mau mager kek, mau kanker kek kagak peduli gue, kalau lu gak mau turun gue seret lu, ucap Joss sambil menarik kaki Tay agar berpindah dari tempat tidurnya.

"Astaga bawel amat lu dah, iya gue pindah sekarang, puas lo". Seru Tay sambil melangkahkan kakinya menuju kamar yang di sebelah.

Kayak gitu kek dari tadi, kan gue gak perlu repot-repot. Gue mau lanjutin aktivitas molor gue dulu sebelum di ganggu ama si monyet.

Songong amat tuh anak, awas aja ntar gue bales biar tahu rasa, ucap Tay sambil melangkahkan kakinya menuju kamarnya yang baru.

Huftt mending gue tidur aja dulu, capek banget gue, dengan perlahan Tay sudah menjelajahi dunia mimpinya.






TBC

Tinggalkan jejak dengan tekan tombol bintang, dan beri saran di kolom komentar

Thank you 💙💙
🐌🐌

RETURNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang