Surat

35 1 0
                                    

Ares melangkah kan kaki nya dengan malas memasuki kelas nya. Tidak seperti hari-hari sebelum nya. Kali ini Ares datang lebih awal. Sejam sebelum bel sekolah berdering. Tak heran kelas nya masih sepi serasa di kuburan. Tapi Ares tidak peduli. Pikiran nya sedang kacau sejak seminggu yang lalu.

Ares meletakkan tas nya diatas meja dan ia duduk dengan tenang dikursi nya. Walau pun pikiran nya sedang buruk. Ares tidak pernah melupakan sesuatu yang membuat hati nya sedikit lebih tenang sejak kepergian sosok yang berarti untuk nya.

Tak butuh waktu lama. Ares mengambil sesuatu dari kolong meja nya. Sebuah surat. Ares tidak heran mendapatkan surat cinta setiap hari nya. Kenapa? Karena ia tau siapa pengirim nya. Gadis yang begitu tergila-gila pada nya selama 5 tahun. Gadis yang selalu meneror nya tanpa henti. Terkadang Ares frustasi menerima segala pemberian dari gadis itu untuk nya. Mulai dari benda kecil hingga berukuran besar. Dari yang murah sampai yang mahal. Bahkan dari yang tradisional hingga modern.

From: V.I

Cintaku...
Apa kabarmu pagi ini?
Sudahkah kau membaca suratku?
Cintaku...
Taukah kamu setiap hari aku mencemaskan ke ada'anmu?
Taukah kamu setiap malam aku selalu bermimpi kau menjadi milikku dan aku menjadi milikmu?
Cintaku...
Kau harus tau aku sangat mencintaimu. Aku berharap kau membalas nya. Jika tidak. Akan ku teror dirimu terus menerus.
Salamku, untuk cintaku :*

Ares menahan geli membaca nya. Terlalu berlebihan. Tapi ia juga berterimakasih atas ini. Surat yang didapatkan nya sejak ia duduk dibangku SMP tanpa absen sekali pun. Catat: tanpa absen.

Lalu, bagaimana dengan hari libur?

Tentu itu bukan hal yang dapat dijadikan alasan untuk absen mengirimkan surat pada Ares oleh sosok V.I Surat tetap sampai ke tangan Ares lewat jendela kamar nya. Jadi, si V.I itu sudah mengetahui apa pun tentang Ares. Gak heran Ares sering frustasi. Walau Ares mengenal sosok yang terus menerus meneror nya, ia tetap kesal setengah mampus karena sosok itu tak kunjung menyerah untuk mendapatkan perhatian nya. Atau mungkin, cinta nya?

Tau deh. Ares tidak tertarik untuk memikirkan nya. Hanya buang-buang waktu. Dan ia tidak menyukai waktu yamg terbuang sia-sia.

Ares mengambil tas nya. Berniat belajar karena hari ini akan ada ulangan. Ares termasuk pria pintar di kelas nya. Tapi bukan berarti ia selalu menduduki juara 1 loh. Ares tidak begitu pintar. Di ulangi. Hanya termasuk pria pintar.

Seperti lima tahun sebelum nya. Ares memasukkan surat itu kedalam tas nya. Ia mengapai sebuah buku bahasa indonesia tebal untuk dibaca kembali. Karena ia sudah membaca nya semalam.

Baru 5 halaman -bolak-balik- ia mendengar suara famillier dari luar yang semakin mendekat ke arah pintu masuk. Suara dua pria yang sedang berbincang. Sebenar nya sih tidak masalah. Tapi yang membuat nya menjadi masalah adalah, bahan utama perbincangan dua pria itu adalah dirinya.

"Gak mungkin Ares sama Sandra punya hubungan. Punya sih. Tapi hanya sebagai saudara kan, gak lebih?" Ares menajam kan pendengaran nya.

"Gue mikir nya juga gitu Rai. Tapi ya, sejak Sandra mutusin untuk lanjutin sekolah diluar kota, Ares jadi berubah!"

"Ah. Gue tau. Lo pasti udah kemakan omongan anak lain kan? Jangan percaya Dir. Gue yakin Ares itu normal. Dia gak mungkin punya hubungan spesial dengan saudara tiri nya sendiri"

Ares menutup buku nya kasar. Sial, mereka mulai berpikir yang aneh-aneh. Rutuk nya dalam hati. Ares langsung menatap tajam dua sosok pria yang baru saja menginjakkan kaki nya masuk ke dalam kelas. Kedua nya terkejut mendapati bahan omongan nya ternyata sudah berada lebih dulu dikelas. Atau mungkin...

Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang