Ingatan

24 1 0
                                    

Jari ku bergerak menyentuh layar ponsel ku. Membaca sebuah pesan yang baru saja masuk. Bibir ku bergetar usai membaca nya. Sedetik setelah itu aku memutuskan untuk menghubungi nomer yang sama.

"Nomer yang anda tuju sedang tidak aktif. Silahkan..."

Damn! Tidak aktif. Baik. Berpikirlah. Mungkin aku harus mengejar nya.

Semenit yang lalu aku mendapat kan pesan masuk. Tepat usai sahabat ku, Ares, pergi menemui gadis yang selama ini mengejar nya. Pesan itu bukan sekedar pesan biasa. Hati ku nyeri membaca nya. Pesan dimana aku mengerti dia mengucapkan salam perpisahan.

Aku berlari menuruni anak tangga yang sial nya lumayan banyak. Jelas nafas ku memburu setelah menginjakkan kaki ke lantai dasar. Aku berlari menuju koridor. Niat ku adalah pergi dari sekolah ini dan tak tau kapan akan balik kembali. Aku sudah memikirkan resiko apa yang aku terima nanti.

Aku melewati seseorang tanpa melihat wajah nya. Pandangan ku lurus dan pikiran ku sedang kacau sekarang. Aku menghampiri dimana mobil ku terpakir. Ketika aku membuka pintu, hendak masuk, seseorang menepuk bahu ku. Ku batal kan niat ku sementara dan aku melihat nya. Melihat wajah menyebalkan sahabat ku. Rai.

"Mau kemana lo?" Tanya nya dengan wajah penasaran dan itu sungguh menyebalkan. Aku tidak suka jika sahabat ku memasang wajah seperti itu. Cukup aku melihat nya tadi sa'at Ares memandang ku meminta jawaban gadis gila nya belajar dikelas apa.

"Cabut sebentar. Ada yang harus gue urus" Mau tak mau aku menjawab nya. Aku masuk begitu saja dan Rai mencegah ku menutup pintu mobil.

"Urusan apa?" Ku tarik nafas ku dan memandang nya seolah berbicara, -Lo gak perlu tau!- Ku lihat Rai sedikit ketakutan dan akhir nya ia tidak membahas tentang ku yang akan pergi. Melainkan bertanya "Ares udah datang?" Aku mengangguk.

"Dikelas 11-D"

Ketika Rai sibuk berpikir dan tak sadar tangan nya sudah tidak menahan pintu mobil ku, aku lansung menutup nya dan membebaskan mobil ku dari parkiran menuju gerbang yang masih dibuka. Ku lihat pak Mus yang tidak menyadari kepergian ku karena pria separuh baya itu sedang sibuk dengan coklat yang dipegang nya.

•••

Rai P.O.V

"Dikelas 11-D"

Aku berpikir keras usai Dirga memberi ku jawaban atas pertanya'an ku. 11-D? Oh... Iya aku baru mengerti sekarang. Maksud Dirga, Ares ada disana sekarang. Tapi...

"Ares disana? Ngapa... in?" Sial. Mobil nya menghilang. Hanya menoleh sedikit. Aku bisa melihat mobil Dirga yang berlalu.

Biar deh kalau Dirga tidak mau memberitau ku dia ingin kemana. Yang jelas. Aku harus segera menemui Ares karena memang dia lah sahabat ku yang tidak pergi meninggalkan ku yang malang ini. Semoga saja sehabis bertemu dengan nya, Ares tidak pergi seperti Sandra atau pun Dirga.

Koridor sepi. Ah masa bodo. Aku melangkah sesuai niat pertama ku. Berkunjung kekelas 11-D menemui Ares. Kedua kaki ku melangkah dengan santai. Tapi...

Eh! Kok ramai?

Sungguh aku gak bohong. Kelas 11-D ramai. Jangan-jangan. Apa iya Ares berkelahi? Ah tidak mungkin. Aku mengenal sahabat ku dengan baik. Ares bukan tipe siswa yang suka berkelahi. Namun, mendengar suara riuh disana pikiran ku jadi kacau. Kaya nya aku harus melaporkan hal ini pada kepsek. Baik. Aku lagi kacau dan tidak bisa berpikir benar. Tidak bisa menyimpulkan apa yang terjadi disana. Bahkan sekedar mencaritau sendiri aku tak ingin. Entah kenapa aku seperti anak linglung sekarang. Aku sampai berpikir lebih gila, dan pikiran ku terlontar lewat gumaman.

"Jangan-jangan Ares lagi cari masalah? Atau jangan-jangan Ares jadi korban bully? Gue harus lapor sama kepsek nih"

•••

Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang