Jadian?

41 1 0
                                    

Bel pulang berdering, menandakan kami telah usai belajar. Kelas ku mulai riuh sejak tadi. Kalian tau apa sebab nya?

Pak Damar. Guru bahasa Indonesia itu tak kunjung pergi meninggalkan kelas.

Aku tidak peduli berapa lama pak Damar akan tetap disana. Bagi ku, mau pulang lebih awal atau lambat, sama saja. Aku tetap kesepian dirumah. Semua karena aku. Aku tidak bisa mencegah kepergian nya. Seandai nya malam itu aku mencegah nya. Dia masih disini. Disisi ku. Aku gila. Kalian pasti berpikir begitu pada ku setelah apa yang akan aku bicarakan.

Ini memang terdengar cukup aneh. Aku mencintai gadis yang kini menjabat sebagai saudara tiri ku.

Sandra Mawarmita.

Umur nya lebih muda satu tahun dari umur ku. Aku berumur 17 tahun. Dia 16. Aku masih duduk dikelas 11. Aku telat masuk sekolah selama setahun. Itu sebab nya, aku dan Sandra duduk dikelas yang sama. Kelas 11-A.

Sayang, sekarang Sandra tak lagi sekelas dengan ku. Keputusan nya untuk menetap sementara waktu diluar kota, sudah bulat. Tidak. Aku salah. Awal nya Sandra bimbang untuk pergi. Ia meminta ku untuk memilih. Mencegah atau mengizinkan nya pergi. Itulah yang ia minta dari ku. Malam itu. Entah kenapa aku malah mengizinkan nya pergi.

Aku menyesal. Sangat menyesal. Tapi aku berpikir. Bukan kah itu lebih baik?

Ya... Lebih baik kami berpisah. Aku tidak mau ayah dan ibu mengetahui bahwa kami saling mencintai. Terkadang aku kecewa pada Sandra yang tidak mengerti bahwa aku telah membalas perasa'an nya. Dari sorot mata nya. Aku menangkap bahwa ia masih berharap aku membalas perasa'an nya. Bahkan hingga malam itu. Malam dimana terakhir kali nya dia menemui ku.

Sandra. Mungkinkah kamu meninggalkan ku karena aku tak kunjung membalas perasa'an mu?

Lalu, apa alasan yang kamu katakan pada ayah dan ibu hanyalah alasan semata? Bukan alasan sebenar nya? Ma'afkan aku. Aku tidak pantas menjadi milikmu. Kamu terlalu sempurna untuk ku yang tak lebih dari seorang pengecut. Aku tidak bisa mengatakan langsung bahwa aku mencintaimu. Aku tidak ingin keharmonisan keluarga kita terancam. Lebih baik aku dan kamu yang tersakiti. Jangan ayah dan ibu, atau bahkan adik kita.

"Kak..." Panggilan Sandra yang terakhir kali nya menghantui pikiran ku.

"Pergilah! Semoga kamu baik-baik saja disana"

Bagaikan film yang diputar kembali, aku mengingat kalimat yang keluar dari mulutku begitu jelas tanpa sedikit pun terlupa.

Aku menangis sedih. Tidak. Aku menangis kecewa pada diri ku sendiri yang tidak bisa mengiklaskan Sandra pergi dari sisi ku.

Aku tersadar akan suatu hal. Aku masih dikelas. Ku edarkan pandangan ku. Tampak sepi. Astaga. Aku saja tidak tau kapan kelas dibubarkan. Ini karena aku terlalu menghayati kejadian malam itu. Sandra... Sandra... Nama itu menghantui ku setiap sa'at.

"Mike! Tolong. Ya...ya. Please"

Alis ku mengernyit mendengar suara gadis memohon pada Mike -Nama teman sekelas ku-

"Taruh aja sendiri" Suara Mike terdengar. Aku tidak begitu mengenal sosok Mike. Tapi aku cukup hafal suara teman sekelas ku itu.

"Yah. Kan gue gak tau dia duduk dibangku mana. Mike please. Lo kan teman sekelas nya. Pasti lo tau dia duduk dimana"

Dari kalimat ini nih aku tau siapa pemilik suara nya. Gadis yang mengejar bahkan meneror ku dengan surat nya selama 5 tahun. Gadis yang ku anggap gila. Memang nya apa sih yang spesial dari diri ku sampai-sampai ada gadis yang bertahan menunggu ku selama 5 tahun tanpa kepastian?

Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang