(2) Terima Kasih, Bunda!

13 1 2
                                    

Adzan maghrib telah dikumandangkan, setelah berbuka puasa aku pun mengambil air wudhu’ dan mengenakan mukenaku. Tepat pada hari ini, sudah dua tahun peringatan meninggalnya bundaku. Bunda memiliki penyakit tukak lambung, beliau sering kelelahan walau hanya bekerja sedikit.

Kakakku kuliah diluar kota, dan ayahku bekerja seharian. Dan aku menjalankan full day school pada masa SMA-ku ini. Karena terlambat untuk ditangani dokter, bunda pun menemui ajalnya. Aku tak pernah lupa suasana saat bunda meninggalkan kami untuk selamanya.

“Ya Allah, berilah bunda kelapangan di alam kubur, ampunilah segala dosanya, dan kuatkan kami walaupun bunda sudah tidak disisi kami lagi, ya Allah,” isakku menahan air mata. Ayah pernah bilang, berlarut-larut dalam kesedihan itu tidak baik. Tapi, aku tak kuasa untuk menahan air mata kerinduan pada bunda, aliran hangat itu selalu membasahi pipiku saat aku mengingat bunda.

“Khaira, ayah pulang, kamu udah buka puasa, kan?” tanya ayah di luar pintu.

Ternyata ayah sudah pulang, ayah sedang mengurus tentang pensiunnya dari pekerjaan, aku pun mengusap air mata dan membuka mukena, bersiap untuk makan bersama dengan ayah.

“Ayah hari ini pulang lebih cepat ya? Kenapa tidak kabari Khaira dulu, kan bisa Khaira siapkan takjil.” Aku sibuk menyediakan makanan ke atas meja, ayah terlihat lelah dengan kantong mata yang tambah membesar.

“Gak usah, ayah udah buka puasa tadi di masjid, pengurusnya menyediakan takjil untuk berbuka bersama, ngomong-ngomong besok katanya Aisyah pulang, ia sudah mulai libur untuk menyambut idul fitri,” ujar ayah tentang kabar kepulangan kakakku, dan aku mengangguk paham.

Kami pun mulai makan dan seperti biasa makan dengan ketenangan, hanya dentingan sendok yang terdengar.
“Alhamdulillah,” ucap Ayah setelah makan dan menuju ke kamarnya, terdengar suara serak ayah yang sedang melantunkan ayat suci Al-qur’an. Aku membereskan meja makan dan mencuci piring. Ayah tidak membahas perihal peringatan bunda sedari pagi, aku pun tak sanggup untuk mengganggu kesibukan ayah. Dan, hari itu berlalu begitu saja.

Esoknya, kakak datang dengan muka lelahnya. Apalagi kalau bukan deadline tugas kuliah yang menjadi penyebab. Aku memijat kecil kaki kakak setelah perjalanan panjang.“Dek, kamu udah ziarah belum?” tanya kakak pelan. Aku menggeleng dan kakak mengelus kepalaku lembut, kakak bertanya padaku apakah ayah lupa tentang itu, aku mengangguk kecewa.

“Ya udah, nanti kita bilang ke ayah ya, ayah mungkin sangat sibuk, wajar kalau ayah lupa, oke!” ajak kakak dengan senyum dan lesung pipi di sebelah kiri.

Tak lama setelah itu, ayah datang dan benar kata kakak bahwa ayah tidak mengingatnya, ayah lupa melihat kalender kemarin. Kami pun bersiap untuk mengunjungi makan bunda, sesampainya di makam bunda, aku dan kakak membersihkan rerumputan liar yang menutupi makam bunda. Ayah membersihkan batu nisan bunda dari debu-debu, setelah itu kami berdo’a untuk bunda.  Lalu, setelah semua urusan beres kami pulang dan menjalankan kegiatan ramadhan seperti biasa.

Saat sudah mencapai penghujung bulan ramadhan, aku dan kakak sudah membuat beberapa kue lebaran, membeli baju baru untuk merayakan hari besar islam. Kakak dan aku membersihkan rumah dari sudut ke sudut, menata ruang tamu dan mengisi toples dengan kue-kue. Semuanya sama setiap tahunnya, namun dua tahun terakhir berbeda karena tidak ada bunda.

Hari raya pun datang, setelah melaksanakan shalat idul fitri banyak keluarga yang datang ke rumah. Karib kerabat saling bersalaman dan mengucapkan minal aidin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin. Aku bermain dengan keponakan-keponakanku, tiba-tiba paman dan bibiku mengajak aku, kakak dan ayah berbicara hal penting.

“Begini Aisyah, Khaira, ayah kalian ingin meminang salah satu teman bibi untuk mengisi posisi ibu rumah tangga di rumah ini, beliau janda yang memiliki satu anak laki-laki yang sudah bekerja, jadi-” Bibi memegang tangan aku dan kakak lembut. Aku tau arah pembicaraan ini, ayah ingin meminta persetujuan aku dan kakak.

CCP (Cerita-Cerita Pendek)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang