39.

639 27 0
                                    

Di sebuah gedung tua yang sudah tidak terpakai lagi, ada beberapa orang yang sedang berkumpul-kumpul disana. Memakai jaket khas geng nya. Dan terdapat tulisan di belakang punggung jaket itu. 'THE BRAVE' itu lah namanya.

"Lama amat lo datengnya. Lumutan nih gue nya" ucap seseorang yang tengah duduk di sofa sembari menghisap rokok nya.

"Ya maaf atuh. Tadi gue jalan bentar sama Sanaya" balasnya.

Orang itu pun berdiri. "Jadi gimana hubungan lo sama Sanaya itu?" tanya nya.

"Baik-baik aja. Tapi gue ngerasa kalau dia udah agak mulai curiga sama gue. Curiga kalau gue bukan temen kecilnya" jawab Aksa.

Billy pun menepuk kedua pundak Aksa.

"Lo harus lebih berhati-hati". Aksa mengangguk paham. "Karena Sanaya akan kita jadikan alat buat ngehancurin Arsa" ucap Billy seraya tersenyum sinis.

"Terus rencana kita sekarang apa?" tanya Aksa.

"Yang mesti lo lakuin sekarang ialah tetap berada di samping cewek itu. Buat dia semakin yakin kalau lo temen kecilnya dia" ujar Billy. "Dan gue bakalan buat rencana lain nanti nya. Gue kepengen banget buat si Arsa hancur dan kalau bisa buat dia bertekuk lutut dihadapan gue. Gue tau betul, kalau si Arsa takut banget kehilangan teman kecilnya itu. Dan juga karena dia kakak gue mati, dan TUDUHANNYA KENA KE GUE!!!" pekik Billy emosi.

Aksa mengangguk. "Kalau itu mau lo, it's okay. Gue bakalan bantu lo buat ngebales dendam lo itu. Karena kita sepupu" ucap Aksa tersenyum ke arah Billy seraya menepuk pundak Billy.

"Yaudah gue cabut dulu. Pegel nih badan, habis jalan-jalan" pamit Aksa.

"Sok lu! Yaudah sono" usir Billy.

"Permainan ini akan segera dimulai". batin Billy.

🔹🔹🔹

"Untuk semua anak-anak kelas 10 dan 11 silahkan ke lapangan! Cepat! Jangan kayak ulat!! Cepatt!!!" ucap Pak Bambang selaku guru BK saat memberi pengumuman dari mic.

"Duhh! Ada apaan sih disuruh ngumpul begitu? Mana panas lagi ihh, kesel dah guee!!" gerutu Afifah dengan ekspresi yang jengkel.

Erika memutar bola matanya malas. "Kalau lo mau tau ya kesana, bukannya malah ngedumel disini" ucap Erika.

"Yaudah yuk ke lap aja, sambil cuci mata liat kakel gans, body goals. Yuk ahh!" Alicia pun mengajak ketiga temannya itu.

Saat mereka sampai di lapangan, sudah banyak murid yang berkerumun tapi tidak membentuk barisan.

"Rame ya?" celetuk Evan dari samping Afifah berdiri.

Afifah melirik kearah Evan. "Dih! Ngapain lo disini? Jauh-jauh sana, husss!" usir Afifah seraya mengibaskan tangannya seperti orang mengusir ayam.

Evan melirik Afifah balik. "Emang gak boleh ya gue disini? Ini kan tempat umum, siapa aja boleh disini. Mau gue disini kek, mau gue disitu kek, mau gue dihati lo kek, gak ada yang bisa ngelarang!" ujar Evan santai.

"Dih! Siapa bilang lo boleh diem di hati gue? Kalau gue si ogah ya!" Afifah memalingkan wajahnya.

Evan mencolek dagu Afifah. "Lo lucu kalau lagi ngambek" ucap Evan sembari tersenyum. Dan Afifah pun seketika menatap kedua mata Evan. Sejuk. Itulah yang ia rasakan.

ArsaSanayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang