Suara derap langkah terdengar sedikit berderu di tengah hutan belantara. Dinginnya malam dan bulan yang menggantung di langit hitam adalah saksi biksu bagi seorang yang sedang menyelamatkan nyawa dari serbuan segerombol orang yang marah besar padanya.
Sepasang langkah yang belum menyerah untuk melarikan diri itu pun terhenti, diujung jurang sangat curam. Di bawahnya sungai mengalir deras. Hujan sehari semalam kemarin cukup membuat air sungai sekitar desa meluap.
Teriakan massa terdengar semakin dekat, sedangkan ia sudah tak menemukan jalan lain kecuali melompat ke dasar sungai. Jantungnya ikut berdebar seiring dengan banyak derap langkah yang kian mendekat.
"Itu dia!! tangkap dia dan ikat! Kita hukum dia di depan rakyat!!" sebuah teriakan dari seorang pria gagah berjanggut tebal terdengar. Wajahnya garang dengan baju aparat keamanan sebuah kerajaan melekat di tubuhnya. Sebuah pedang terhunus tajam.
Di belakang pria tersebut segerombolan orang dengan pakaian yang seragam namun berbeda warna ikut berdiri. Sebagian dari mereka membawa obor yang menyala. Sebagian lagi menggenggam pedang yang telah dikeluarkan dari sarungnya.
"Tangkap!!" teriakan tersebut membuat semua orang berseragam pun menghampiri seorang yang berdiri di ambang jurang. Dengan hanbok cantik yang ia kenakan, orang tersebut melompat ke dalam sungai dan terbawa arus sungai.
Antara ketakutan dan kedinginan, sosok yang melompat ke dalam sungai tadi berusaha berenang dan tetap hidup. Namun sayangnya arus sungai terlalu kuat untuk ia lawan dan berakhir membawa tubuhnya entah kemana.
"tolong...tolong..." ia berusaha berteriak, namun sayangnya itu hanya ada di dalam dadanya yang semakin sesak. Jantungnya pun perlahan mulai terhenti.
"Tolong...aku hanya ingin bertemu terakhir kali dengannya..." lalu hilanglah ia dari dunia ini.
***
Baek Seongeun membuka mata perlahan seraya nafasnya yang dihembuskan agak berat. Barusan ia bermimpi aneh. Bukan kali pertama baginya melihat mimpi hingga ia sendiri merasakan berada di dalam mimpi tersebut. Meski bukan Seongeun yang menjadi pemeran utama dalam mimpinya sendiri, tapi Seongeun selalu bisa merasakan bagaimana jika ia berada di posisi tersebut.
Seongeun bangkit duduk, menutup wajahnya sebentar lalu mengusapnya sekaligus rambut yang menghalangi wajah. Ia menghela nafas cepat, mimpinya barusan membuatnya ikut kelelahan seperti telah berlarian jauh.
"Kak, kuliah tidak?" sebuah kepala menyembul dari balik pintu. Itu adalah adik laki-laki Seongeun yang kini sudah memasuki masa Sekolah Menengah.
Seongeun hanya mengangguk lemas lalu memberikan isyarat gerak tangan agar adiknya segera pergi. Gadis itu turun dari kasur menuju cermin rias. Duduk di sana dan memandang wajahnya yang kelelahan. Tugas kuliah yang diberikan Dosen cukup membuat wajahnya sedikit lebih tua karena stress. Ditambah, Seongeun sering melupakan untuk merawat wajahnya sendiri ketika sebelum tidur.
"Hhhh...aku harus terima jika memang harus terlihat jelek di kampus hari ini!" keluh gadis itu dan menurunkan kedua bahunya.
Klotrak! Duk!
Sebuah hiasan meja terjatuh dari tempatnya. Seongeun menoleh dan berdiam diri, tidak bergerak sedikit pun. Ia pikir ada getaran gempa bumi, tapi sepertinya bukan. Kalau bukan karena gempa bumi, tidak ada alasan lain kenapa benda tersebut bisa jatuh. Sudah pasti...
Duk! Trak!
Sebuah benda kembali jatuh dari sisi lain kamar Seongeun. Sudah begini, Seongeun langsung yakin apa penyebab benda-benda tersebut berjatuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMEDAY - 언젠가 [COMPLETE]
Historical FictionBagi orang biasa, pasti ini akan terasa aneh. Kembali ke masa lalu dan terjebak di antara waktu. Seongeun dan Micha, dua gadis yang terkirim ke masa Joseon untuk menemukan siapa sosok yang menghantui mereka selama ini. Selama mencari jawaban di bali...