PART. 15 - The Sorrow

43 4 15
                                    


Tiga orang yang sedang menyelamatkan diri itu berlari tak tentu arah. Yang mereka tahu adalah menghalau penghalang dan bertahan hidup hingga menemukan bantuan.

Karena lari mereka yang terpotong-potong, baik Micha atau pun Ji Hwang-Hae Jin berbelok ke arah yang tidak menentu hingga mereka tak sengaja dipertemukan kembali dan berkumpul di satu tempat. Ketiganya kehabisan nafas dengan posisi saling memunggungi. Musuh yang jumlahnya semakin banyak itu mengelilingi dan mengepung mereka. Dari luar lingkaran manusia, seorang panglima tertinggi tiba di sana menggunakan kuda.

"Pangeran," panggilan tersebut kepada Ji Hwang yang masih menghununskan pedangnya.

"Menyerahlah," ujar panglima tersebut kepada tiga orang yang telah diambang nasib buruk.

Satu persatu prajurit mulai menyerang mereka. Untung saja Micha tak membiarkan Ji Hwang mengayunkan pedang sendirian. Entah kemampuan dari mana, Micha sepeti telah hafal gerakan dan cara mengayunkan pedang pada musuh secara cepat dan tepat. Mungkin Micha yang asli pernah mempelajari seni bela diri menggunakan pedang sebagai senjatanya.

Tangan Ji Hwang sempat tertebas pedang dan menyebabkan luka besar hingga darah mengalir deras dari sana. Kini Ji Hwang hanya bisa mengandalkan satu tangan yang masih bisa ia gunakan. Akibat luka tebasan tersebut, tangan Ji Hwang tak sanggup bergerak banyak.

Panglima yang ada di atas kuda hanya diam menonton. Perintah yang ia bawa adalah membunuh Ji Hwang atau membawa tubuh itu dalam keadaan hidup atau mati ke hadapan Selir Agung.

"Kenapa kalian masih memburu kami bahkan aku tak tertarik lagi dengan kerajaan!!?" teriak Ji Hwang yang sudah berkumpul kembali dengan punggung Micha dan Hae Jin.

"Ini perintah dan aku hanya melaksanakannya saja," ucap panglima tersebut membuat Ji Hwang menggeretakan giginya lalu kembali melawan prajurit yang gugur satu datang seribu.

***

Di tempat Hyunsik, ia baru tiba ke tempat dimana tadi Seongeun melihat mayat yang tergeletak di sana. Kedua mata Hyunsik membelalak kaget ketika melihat mayat-mayat tersebut dan mendekati untuk memperjelas pengelihatannya bahwa mayat tersebut adalah prajurit istana. Tanpa memakan waktu lama, Hyunsik segera pergi dari sana dan mencari istrinya yang ia yakin dalam bahaya. Nyawa Seongeun juga terancam jika di sana telah tertumpah darah.

Sedangkan di tempat Seongeun, gadis itu masih berlarian sembari mengangkat hanbok-nya agar tidak terinjak. Keringat di pelipisnya telah mengucur deras. Ia telah mencari jejak Micha dan kawan-kawan, tapi tetap tidak diketemukan.

"Tidak!!!!"

Sebuah suara terdengar dari arah belakang. Seongeun menoleh cepat dan mengetahui bahwa suara tersebut milik Hae Jin. Dua tukai Seongeun tancap gas dari sana menuju sumber suara yang menggema entah berasal dari mana. Ia hanya mengikuti instingnya lalu Seongeun bersembunyi di semak-semak ketika ia menyadari kedatangan beberapa orang dari sekitarnya.

Seongeun sembunyi sambil menutup mulut. Ia tak ingin suara deruan nafas karena lelahnya bisa terdengar prajurit yang berlarian tersebut. Ia mengintip di antara sela dedaunan semak tempat ia sembunyi dan melihat banyak parjurit yang pergi ke satu arah. Seongeun lalu yakin bahwa teman-temannya ada di sana. Seongeun menimbang sebelum memutuskan apa ia akan menyusul atau menunggu sebentar hingga sedikit aman. Ia coba melihat keadaan kembali dari sela dedaunan semak dan begitu terkejut ketika ada yang membalikan paksa tubuhnya.

"Ssssst," itu Hyunsik. Satu tangannya membekap mulut Seongeun dan satu tangannya lagi mengacungkan telunjuk di depan bibirnya.

"Kau dengar teriakan yang tadi, kan? Mereka butuh bantuan!" cerocos Seongeun dengan suara tipis setelah menyingkirkan tangan Hyunsik dari wajahnya.

SOMEDAY - 언젠가 [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang