1. Virus

6 3 0
                                    

Virus itu mudah menyebar.
Ketika kamu sudah terkena, akan sulit sembuhnya.
Apalagi jika kamu tak mau melepas.
Malah semakin lama menikmatinya.

.
.
.

"Kamu masih mau sama Galza? Mau cari dosa terus?"

Zasca melempar kulit kacang sekuat tenaga. Membuat si korban pelemparan menggerutu kesal.

"Nggak usah ngotorin, kalo nggak mau bersihin. Dasar bucin!"

Hendak saja Zasca melempar bantal sofa yang didudukinya namun dengan gesit orang itu menghindar.

"Kak Ale! Bantuin aku rayu Ayah sama Bunda, dong. Nanti aku kasih uang deh!" Teriak Zasca pada kakaknya yang tidak lain korban pelemparan kulit kacang.

"Kamu tuh udah bukan bucin lagi deh. Kamu udah ke tahap parah kayak kena virus," ucap Ale mendekati Zasca. Mendudukkam diri di samping adiknya itu.

"Kak .... "

"Zas, virus itu mudah menyebar kaya kamu kena virus cinta dari Galza. Harusnya kamu cegah biar virus itu nggak menyebar di diri kamu. Tapi kamu malah nggak mau lepasin, malah nikmatin. Virus itu tuh bikin penyakit, kayak kamu bikin dosa." Ale berusaha menjelaskan.

Zasca malah memajukan bibirnya kesal.

"Kak Ale, nggak pernah ngerasain dapat virus ini, sih," keluh Zasca.

"Nggak mau juga. Udah nambah penyakit, nama dosa lagi."

"Penyakit? Buktinya aku nggak sakit, nih." Zasca menunjuk dirinya bangga.

Ale memutar bola mata malas. "Kalo nggak sakit, setiap hari ngapain minta ditemenin nangis karena sakit hati sama ucapan Galza, hah?!" tantang Ale. Zasca menciut dibuatnya.

"Tapi, kan .... "

"Kamu juga dapat dosa, Zas. Nggak kasihan sama Ayah nanggung dosa kamu?" seru Ale menyudutkan.

"Kan aku udah baligh, kak. Dosanya aku yang nanggung dong," balas Zasca.

"Iyaaa tapi kamu masih jadi tanggungjawab Ayah selama belum ada seorang laki-laki yang siap menemui Ayah dan mengucap akad memintamu untuk jadi istrinya. Belom kan?! Itu artinya Ayah masih menanggung dosa karena nggak bisa ngarahin kamu ke jalan yang benar." Ale berseru setengah kesal.

Zasca dibuat terdiam.

Benarkah? Tapi dirinya sudah terlanjur cinta dengan Galza. Tidak mungkin melepas begitu saja setelah selama sembilanbelas tahun penantian mendapatkan seorang laki-laki. Batin Zasca memberontak.

"Masih mau minta aku buat rayu Ayah sama Bunda buat nerima hubungan kamu sama Galza?" tanya Ale memastikan.

"Sekali aja, Kak. Aku juga ingin punya orang yang sayang sama aku seperti Galza."

Ale menghembuskan napas kesal. "Udah, cukup, aku nggak mau dengar apapun dari kamu. Cinta dan sayang yang kamu punya itu salah. Kalo kamu masih ingin sama Galza, silakan. Kakak nggak mau ikut campur!"

Ale berlenggang pergi. Tidak mau memedulikan adiknya yang sudah terkena virus akut itu.

Zasca seketika berteriak panik. "Kak Aleee .... ! "

***
"Galvar, ada pesanan yang harus diantar. Bian lagi ada kepentingan, kamu bisa antarin nggak?" Seru Damar yang tengah menjaga meja kasir.

Galvar yang baru saja mengantarkan pesanan ke meja pelanggan seketika berjalan cepat memenuhi panggilan Damar.

"Sekarang, Mas?"

"Besok, sana kamu bisa jalan-jalan dulu."

Mata Galvar berbinar seketika. "Wah beneran, Mas saya boleh jalan-jalan? Alham--"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Let Me Move UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang