Bab 1

25 4 0
                                    

Seorang wanita berambut hitam legam dengan zirah yang berderu memacu kudanya dengan napas teratur.

Tatapan matanya tajam dan tak tergoyahkan, ia mengayunkan pedangnya dengan ringan. Menembus dada pria di hadapannya.

"MUNDUR!!!!!"

Teriakan musuh mendominasi padang tandus yang bersimbah darah dan mayat. Kemudian suara orang berlari tergesa gesa bertalu talu. Bendera putih di angkat dari seberang menandakan kemenangan di pihaknya.

Verona menghentikan kudanya, membuat semua orang ikut menghentikan semua geraknya. Ia menatap matahari jingga di barat sana.

" HAIL THE KING!" Teriaknya keras diikuti seluruh pasukannya.

***

Verona memasuki tenda tempatnya bermalam selama perang berlangsung. Ia melepaskan baju zirah yang ia kenakan dari tubuhnya hingga menyisakan kemeja putih tipis dan celana kain ketat yang membalut tubuh rampingnya.

Ia duduk di tempat tidur yang sama sekali tidak empuk, membersihkan pedanganya dengan seksama. Pikirannya kalut dan juga penuh. Ini adalah perang paling berat yang pernah ia lakukan, walaupun wilayah yang ia menangkan sangat sepadan Verona tidak merasakan apapun. Ia hanya diam.

Sedangkan di luar tendanya hiruk pikuk dari pesta tentara akan kemenangannya memekakan telinga.

Saat Verona mengelap pedangnya dengan serius seseorang memasuki tendanya tiba-tiba, ia langsung mengarahkan pedangnya ke leher orang itu.

" Wowowow, easy Nona Letnan." Ujar pria itu.

" Maafkan saya Jendral." Verona berkata sambil menurunkan pedangnya.

" Bukan masalah, aku salut dengan kewaspadaanmu seperti biasa. Omong omong, kenapa tidak bergabung dengan yang lain di luar?" Tanya Hugo Hesses, Jenderal Besar kekaisaran yang sepertinya barusan datang karena mengurus daerah di selatan.

" Saya tidak sedang ingin di keramaian, Sir Hugo." Verona memasukkan pedangnya ke sarung pedang lalu meletakkannya di sebelah baju zirah.

" Panggil aku Hugo saja, seperti biasanya."

" Ini masih dalam situasi perang, saya tidak bisa."

" Kau sangat ketat ternyata, baiklah Nona Letnan. Nikmatilah waktu istirahatmu." Hugo berbalik ke arah pintu.

" Anda Juga."

Hugo tiba tiba berhenti," pakailah baju yang lebih tebal, bagaimana pun kamu adalah wanita di belantara laki laki, akan sulit melupakan fakta itu." Ucapnya tanpa berbalik, kemudian Hugo keluar dari tenda milik Verona.

Verona memandang bajunya. Kemejanya longgar, sangat tipis bahkan hampir tembus pandang dan bisa menampakkan seluruh lekukan tubuhnya.

Sejujurnya Verona tidak begitu perduli dengan kata-kata Hugo tapi ia agak malu dengan fakta Hugo baru saja melihat tubuhnya di balik kemeja itu.

Dengan tenang ia mengambil rompi kain tanpa lengan dan memakainya. Ia kembali ke tempat tidurnya, memejamkan mata dan terlelap di alam mimpi.

Paginya semua pasukan mengemasi barang-barang mereka. Verona sudah bangun sejak tadi, ia telah berdiri di samping kudanya memakai baju kebesarannya yang berwarna hitam dan putih, rambut ikal panjangnya ia gulung rendah. Ia siap untuk kembali ke Pusat Kerajaan.

" Semuanya sudah siap Nona Letnan." Lapor anak buahnya. Verona mengangguk ia naik ke atas kudanya.

" Mari kita berangkat."

Seluruh pasukan bergerak menuju Pusat Kerajaan.

Verona hanya diam dan berwajah dingin. Kuda Hitamnya pun sama diamnya, aura gelap dan miaterius mengelilingi presensinya.

The Poisoned FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang