Epilog

610 30 6
                                    

SELAMAT MEMBACA

VOTE DAN KOMEN JANGAN LUPA 😊


"Ayah, kok beda sebelah lagi! Kata Lintang juga apa, nggak usah dikucir dua. Nggak sama kanan dan kirinya!" Lintang sepagi ini sudah merengek. Protes keras dengan hasil Ayahnya, dan kembali lagi jika dikucir dua seperti sekarang, hasil kanan dan kirinya tidak akan sama.

Sudah sembilan tahun. Waktu beranjak cepat. Bulan saling berganti, membentuk satu tahun penuh. Hingga tahun-tahun berikutnya, tanpa terasa duka dihapus waktu.

Rinai benar, Lintang adalah cahaya untuk orang tuanya. Bahkan ketika Langit sendiri sudah terjebak dalam gelap dunianya, Lintang hadir, memberikan cahaya itu, untuk kembali bangkit dari keterpurukan dan melanjutkan hidup.

"Bagus kok. Itu trend jaman sekarang Lintang." Langit membalas.

"Iya deh iya..," Lintang pasrah.

Tepat sebelum keluar penuh dari kamar itu, Langit mengecup dulu foto Rinai yang terpajang begitu besar di kamarnya. Langit berseru, Lintang sudah berjalan keluar lebih dulu.

"Lintang, hayo lupa!" ucap Langit. Hingga membuat Lintang kembali memasuki kamar.

"Iya Ayah." Lintang membalas.

"Bunda, Lintang pergi ke rumah nenek dulu. Love you Bunda..," ucap Lintang. Setelahnya dia mengecup foto itu.

Langit dan Lintang akan menuju suatu tempat. Rumah Dira.

***

Kedatangan Lintang dan Langit disambut antusias. Apalagi Mala, dia langsung mencubit gemas Lintang.

"Sakit Kak Mal!" Lintang membalas dengan jengkel. Mala malah semakin gencar menggoda gadis kecil itu.

Hari minggu ini, keluarga itu akan mengadakan acara makan-makan. Perayaan ulang tahun Audia, adik Mala yang ke-11 tahun. Audia cenderung pendiam, sedangkan Mala, dia lumayan cerewet. Gemar menggoda  Lintang, seringkali Lintang menangis karena ulah Mala. Alhasil, Lintang mengadukan ulah Mala ke Langit.

"Nenek udah masakin yang enak-enak buat Lintang. Ada ikan bakar, gede banget," ucap Dira seraya menggendong Lintang.

"Kak Mala punya es krim, mau nggak? Tapi syaratnya Lintang tidur di sini sama Kak Mala," ucap Mala.

"Nggak mau, wek!" balas Lintang. Gadis itu memang sering mengejek Mala. Tingkah Mala dan Lintang memang sering menjadi sorotan keluarga mereka jika sedang mengumpul seperti ini.

"Nenek bentar. Masih ada yang belum dateng." Lintang menghentikan langkah neneknya. Langit heran, siapa yang Lintang tunggu?

"Assalamualaikum...," seseorang berucap di luar sana.

"Nah, itu pasti Om ganteng udah dateng..," seru Lintang semangat. Dia turun dari gendongan neneknya dan berlari lincah membuka pintu rumah.

Langit menepuk jidatnya. Lintang selalu saja semangat jika sudah bertemu dengan Raga. Semua orang yang ada di dalam rumah menyambut hangat kedatangan Raga.

Seiring berjalannya waktu, Langit dan Raga bisa berteman cukup dekat. Ada kerjasama bisnis juga yang sedang mereka lakukan.

Lintang pertama kali bertemu Raga saat di pemakaman Rinai, lelaki itu begitu khusyuk sedang berdoa. Hingga Lintang penasaran, gadis kecil itu bertanya ke Ayahnya, siapa lelaki yang datang ke makam bundanya?

Langit memberikan penjelasan kalau lelaki itu adalah Raga, teman Bunda Rinai. Dan dia juga penyanyi terkenal. Lintang hanya terperangah, tidak percaya, Bundanya sehebat itu bisa punya teman penyanyi yang terkenal.

"Makasih ya Om ganteng udah mau dateng." Lintang bergelayut manja di lengan Raga. Mala yang melihatnya menjadi jengkel. Bagaimana pun, dia fans Raga.

Raga hanya terkekek kekeh. Dia lalu menggendong Lintang.

"Lintang, jangan centil ih!" protes Mala.

"Biarin wekk!" balas Lintang.

Seisi rumah tertawa, termasuk Langit. Putrinya ternyata mewarisi sifat bundanya, yang tidak kenal malu.

***
Ada yg rindu seseorang? Sampaikan rindumu lewat doa 😊

Semoga cerita Patah&Hati berkesan buat kalian

Sampai bertemu lagi dengan cerita baru aku

See you 💜

Patah & Hati (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang