Namaku Asfhananta Gheana Hann, biasa dipanggil Asfha. Umurku 16 tahun kurang 3 bulan, dan aku saat ini sudah menduduki bangku kelas satu SMA. Sekolahku tak jauh dari rumah yang saat ini kutinggali. Aku tinggal disalah satu kota di Jawa Tengah, sebut saja kota R. Ayahku adalah seorang pegawai negeri dengan berbagai kesibukan yang setiap hari mengelilinginya, dan Mamaku adalah seorang ibu rumah tangga biasa namun dia sangat hebat menurutku, dan aku, adalah anak tunggal dari pasangan Fatur dan Eny.
Kehidupanku dikota ini tak terlepas dari peranan ayahku yang sering berpindah tempat kerjanya. Sebenarnya aku lahir di Sukoharjo, namun karena ayahku mendapat tugas untuk berpindah ke kota ini, maka sekeluarga pun harus mengikutinya.
Aku tinggal dan dibesarkan di kota R ini dengan keluarga yang penuh dengan rasa cinta dan kasih sayang. Kota ini tak terlalu besar dibanding dengan kota tetangga lainnya, namun cukup ramai untuk seukuran kota kecil lainnya. Sebenarnya aku tak terlalu suka dengan kota ini, mengapa?
Menurutku, selain kota ini tak terlalu besar, kehidupan disini sangatlah tidak stabil. Apakah kalian tahu bahwa masyarakat disini mayoritas suka sekali dengan kehidupan yang sedikit kotor menurutku. Mulai dari mereka yang sering sekali mabuk dengan dikelilingi berbagai minuman keras dan juga berada di tempat yang tak seharusnya digunakan untuk melakukan kegiatan minum-minum seperti itu, para orang tua yang sering melabeli anak mereka dengan kata 'bodoh' dan sering sekali menghujat anaknya ketika anak tersebut melakukan kesalahan. Bukannya dibimbing, mereka justru asyik dengan mengungkit kesalahan anak mereka dan suka sekali membandingkan anaknya dengan orang yang jauh lebih baik darinya. Juga dengan kegiatan tak pantas yang sering sekali dilakukan, adalah berjudi. Dan itu benar-benar bisa dilakukan disembarang tempat layaknya itu adalah hiburan yang sangat menyenangkan. Benar-benar kehidupan yang tak terlalu sehat menurutku. Tapi entahlah, mungkin karena terbiasa, aku lama-lama menjadi tidak terlalu mementingkannya, selama itu tak menggangguku.
Aku, tinggal di desa paling pinggir di kota R. Desa yang sebenarnya sangat penting namun desa ini pelosok menurutku. Penting? Ya, desa ini adalah salah satu penghubung, antara Jawa Tengah dengan Jawa Timur. Meskipun ini desa, namun jalan provinsi disini juga lumayan ramai. Beberapa kendaraan besar yang seharusnya melewati jalan pantura lebih suka lewat melewati desaku, karena jalannya yang tidak seramai jalan pantura yang besar dan sangat padat. Namun kukatakan desa ini pelosok juga mempunyai alasan. Desa ini tidak memiliki banyak fasilitas umum yang memadai, jalan yang tidak semulus jalan-jalan lainnya, beberapa toko kepentingan sekolah dan perkantoran disini juga sangat minim, sekolah disini juga menurutku tidak terlalu maju, namun cukup baik untuk standar di desa. Dengan tingkat pembullyan yang rata-rata terus meningkat setiap tahunnya, rasanya aku enggan sekali untuk bersekolah disini. Namun aku harus bagaimana? Tak mungkin aku meninggalkan keluargaku diusiaku yang masih sangat dini ini, aku terlalu takut untuk menjalani kehidupan sendiri diluar sana tanpa bimbingan orang tuaku.
Aku mempunyai rahasia yang tak semua orang mengetahuinya. Apakah kalian mau tahu apa itu? Tapi berjanjilah bahwa kalian tak akan menceritakan ini kepada siapapun, cukup aku yang bercerita kepada kalian dan kalian mendengarkan, tak perlu menceritakan kembali kisah ini.
Aku bisa melihat yang kalian tak bisa lihat dengan biasa!
Aku bisa berbicara dengan mereka yang terkadang tak kalian anggap ada!
Ya, aku bisa. Dan itulah rahasiaku.
Lalu, apakah kalian ingin mengetahui bagaimana kisahnya? Jika ya, simak kisahku dengan baik, tak perlu kalian membayangkan apalagi menginginkannya. Semua tidaklah semudah yang kalian ekspetasikan.
Sekarang, aku akan bercerita tentang rahasiaku ini!
Semua ini bermula ketika aku menginjak kelas satu SMP, saat itu aku adalah bocah ingusan yang sok-sokan sekali. Benarkah? Yaa! Dengan segala kebanggaanku aku sudah memasuki sekolah menengah pertama, aku sering sekali pergi bermain ke tempat teman-temanku. Pergi kesana-kemari, dan jarang sekali berada dirumah. Hingga akhirnya, satu tahunku berlalu sebagai siswa baru, ayahku memarahiku karena aku sering sekali pergi dan jarang dirumah. Semua fasilitas pribadiku disita, mulai dari motor, handphone, hingga aku hampir dikeluarkan dari sekolah karena terlalu asyik berkeliaran tak kenal waktu. Jangan kaget, mengapa umur 13 tahun aku sudah menaiki motor, semua itu berasal dari desa pelosok yang longgar sekali peraturannya. Jadi aku lumayan bebas juga disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Albert Van Henver Wijck
General FictionKau tahu Fa? Aku adalah temanmu, dan teman akan selalu berada disisimu. Aku akan menjagamu, hingga waktu berprosesku tiba, karena sejauh ini, aku hanyalah menunggu. Menunggu waktu untukku melanjutkan keabadian. ~Albert