#Capt1

97 14 1
                                    

Hari ini adalah hari yang bahagia menurutku. Bagaimana bisa tidak bahagia? Hari ini adalah di mana Ibuku akan membuatkanku kue untuk ulang tahunku nanti.

"Jisung, selamat ulang tahun. Semoga panjang umur, sehat selalu, dan kamu bisa menggapai cita-cita mu," kata temanku. Ia adalah Lee Donghyuck, panggil saja Haechan.

Aku tersenyum padanya, lalu memeluknya. "Kamu sangat gerak cepat sekali, huhu. Terimakasih banyak, jangan lupa datang kerumahku untuk merayakan ulang tahunku ya!"

"Tentu itu, aku sangat menunggunya. Tidak sabar untuk mencicipi kue buatan Ibumu," balasnya. Haechan tersenyum sumringah.

Tak terasa ternyata waktu berlalu begitu cepat. Jam istirahat sudah selesai. Banyak siswa-siswi berlarian menuju kelas masing-masing. Begitupun aku dengan Haechan.

Jarum jam berlalu dengan cepat. Akhirnya tepat pukul 1 siang jam pulang sekolah telah datang. Ini adalah waktu yang aku tunggu-tunggu. Kue buatan ibuku. Setelah berberes, aku berdoa mengikuti instruksi dari sekolahku. Setelah berdoa aku bergegas untuk pergi ke tempat parkir sepedaku. Sungguh, aku sangat tidak sabar.

Namun, setibanya aku di rumah, mengapa ini sangat ramai? Banyak tetangga yang masuk ke dalam rumahku, tissue tissue berhamburan. Ibu Haechan juga ada didalam, sebenarnya ada apa ini? Tuhan. Aku memakirkan sepedaku lalu aku bergegas untuk masuk.

"Ibu Haechan, di mana Ibuku? Aku akan menagih hutangnya untuk membuatkan ku kue Ulang Tahun. Di mana dia?" tanyaku kepada Ibu Haechan. Namun, Ibu Haechan menatapku dengan mata yang sendu, matanya memerah. Ia tidak menjawab.

"Hei semuanya, tolong jawab aku, di mana Ibuku??!!"

Tidak ada satupun yang menjawab. Aku kembali bingung, sebenarnya ada apa ini.

"Masuklah kedalam, Nak. Di sana kamu akan menemukan Ibumu," suruh Ibunda Haechan. Lalu aku bergegas pergi ke kamar. Dan tiba-tiba, deg-
Tolong katakan bahwa ini cuma sekedar ilusi, tolong katakan bahwa ini cuma sekedar khayalanku. Kemana perginya? Kemana Ibuku? Mengapa ia tidur terlalu lama, dan mukanya begitu pucat?

"Ibuku kenapa? Kenapa Ibuku tidak membuatkanku kue?" tanyaku.

"Ibumu telah tiada, Ibumu telah berada di sisi Tuhan, Nak."

Tidak, ini tidak benar. Mengapa jadi seperti ini? Aku hanya ingin meminta kue buatan Ibuku. Aku tidak ingin ditinggalkan sendiri oleh Ibuku. Tuhan, tolong aku, ini sangat perih. Aku tak sanggup, mengapa semua nyawa orang tuaku kau ambil? Mengapa kau tidak adil padaku?

Aku tidak bisa menahan air mataku mengalir deras. Ini sangat perih. Rasanya untuk sekarang dunia sudah tak berpihak lagi padaku. Dunia telah membenciku.

Nah, capt 1 sampai sini dulu ya, akan ©Jise lanjutkan di halaman berikutnya. Tolong berikan ©Jise kritik dan saran agar lebih baik kedepannya. Tetap gunakan bahasan yang sopan, ya! Happy reading peeps!

Belum UsaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang