#Capt1: Takdir.

73 11 2
                                        

Aku kembali teringat kisah-kisah indah bersama Ibuku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku kembali teringat kisah-kisah indah bersama Ibuku. Ia membesarkanku menjadi anak yang baik, sopan, dan tentunya tampan. Sungguh tidak adil. Bolehkah kali ini aku membenci semesta, bolehkah aku membenci takdir Tuhan? Ah, begitu rumit.

Setelah pemakaman Ibuku, kini rumah tempat tinggalku terasa sepi. Ocehan ibuku, suara televisi yang menyala, bau pakaikan Ibuku. Ah, kini semua tinggal kenangan. Semoga, semoga kelak aku bisa merasakan bahagia setelah merasakan kepedihan yang begitu sulit. Tuhan, kumohon.

“Jisung, jangan sedih ya, ada tante sama Haechan. Kamu ngga akan sendirian kok,” ujar Ibunda Haechan. Aku sangat terharu, ternyata banyak orang yang peduli padaku. “Kamu bisa tinggal sendirian, 'kan, Nak?” tanya Ibunda Haechan.

“Tentu bisa, aku sudah dewasa.” Ibunda Haechan mengangguk paham, ia tersenyum lalu pamit untuk kembali ke rumah tempat tinggalnya.

Waktu menunjukkan pukul 18.00 WIB. Semuanya masih sama, masih terasa pedih.

Coba saja aku tidak menginginkan kue buatan Ibuku, pasti semuanya tidak akan terjadi. Ah, aku lupa, ini adalah takdir Tuhan,” batinku.

Jika waktu bisa diulang kembali
aku hanya ingin memelukmu hingga pelangi berkunjung kembali, Ibu.

Waktu berjalan begitu cepat. Kini malam telah datang. Cuaca kali ini di Jogja sedang bersahabat denganku. Mendung, seakan-akan ia tau bahwa aku sedang tidak baik-baik saja.

Sepertinya terlalut dalam kesedihan juga tidak baik. Akhirnya aku pergi untuk tidur, semoga esok lebih baik dari hari ini.

Kring....kring....kring.....

Alarm ku sudah berbunyi. Pagi telah datang. Aku kira akan lupa dengan kejadian yang menimpaku sebelumnya. Ternyata pikiran ini enggan menghilang. Ibu, aku rindu kepadamu. Semoga engkau mendengarkan apa yang aku katakan, Bu.

Hari ini adalah hari di mana aku pergi ke sekolah tanpa pamitan secara langsung dengan Ibuku. Kini semuanya benar-benar jauh berbeda. Aku bersiap-siap untuk pergi mandi, dan pergi sarapan. Untuk sarapan aku hanya memasak telur mata sapi.

Setelah berberes untuk berpergian ke sekolah, aku mengambil sepeda. Ku kayuh sepedaku, perlahan-lahan. Jarak dari rumah ke sekolah ku tidak begitu jauh, hanya menghabiskan ±10 menit. Setelah sampai aku memarkirkan sepedaku. Entah, ada angin apa teman-temanku melihatku dengan tatapan kasian. Enyahlah, aku tidak begitu suka dengan tatapan kasian ini.

Bel masuk kelas telah berbunyi, aku bergegas untuk segera masuk kedalam kelasku. Tak lama kemudian guruku tiba. Namun, sebentar, ia tidak datang sendirian. Ah, sepertinya ada murid baru.

“Selamat pagi anak-anak. Ibu guru hanya ingin menyampaikan bahwa kita kedatangan murid baru dari China. Ayo kamu, masuk,” pinta Ibu guru kepada murid baru diluar kelas. “Sepertinya anak orang kaya,” batinku. Ternyata dia anak blasteran yang terdampar di kota Jogjakarta.

 Ternyata dia anak blasteran yang terdampar di kota Jogjakarta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Nah, untuk cerita capt 1 sudah selesai. Selanjutnya akan dilanjutkan pada capt 2. Tetap sama. ©Jise tetap membutuhkan kritik dan saran dari pembaca. Niatnya untuk lebih baik kedepannya. Kurang lebihnya mohon maaf. Happy reading peeps.

Belum UsaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang