Chapter 1

810 64 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bright membawa tumpukan buku perpustakaan yang ia sudah ambil untuk dibawa ke ruangan komputer

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bright membawa tumpukan buku perpustakaan yang ia sudah ambil untuk dibawa ke ruangan komputer. Perpustakaan kampus Bright memang mempunyai beberapa ruangan. Selain ada ruangan buku untuk meminjam buku, ada juga ruangan komputer untuk para mahasiswa yang ingin mengerjakan tugas di komputer. Per meja terdapat 2 komputer yang bertolak belakang. Masing-masing meja mempunyai jarak agar akses untuk menuju meja komputer lebih mudah.

Bright menghela nafas kesal saat melihat meja yang kosong jaraknya jauh dari pintu masuk. Meja itu sudah dipakai oleh seseorang yang menggunakan komputer sambil menggunakan headset namun komputer di depannya kosong. Bright menaruh buku di atas meja lalu menyalakan komputer. Bright pun mulai mengerjakan tugas.

Awalnya Bright fokus mengerjakan tugas. Jemarinya tanpa sadar sudah membuat 5 halaman tugas dalam setengah jam. Sampai akhirnya ekor mata Bright melihat orang yang di depannya menggoyangkan tubuhnya, terlihat sangat menikmati lagu hingga tanpa sadar ia menggumamkan lagu yg ia dengar. Beberapa orang menatapnya aneh, namun Bright malah tersenyum melihatnya.

Lucu, batinnya. Bright membatu, karena ini pertama kalinya Bright menganggap orang asing lucu. Bright menampar pipinya pelan. "Fokus Bright, fokus.'' Ucapnya beberapa kali kemudian melanjutkan mengerjakan tugas lagi.

Beberapa menit kemudian Bright akhirnya selesai mengerjakan tugas. Ia mengirim tugas ke email Singto, untuk diperiksa Singto tentunya, lalu merapikan buku-buku yang ia pinjam. Setelah mematikan komputer dan hendak pergi, Bright melihat orang di hadapannya sedang tertidur di atas tas Louis Vuitton kecil sambil memeluk boneka wortel. Kulitnya yang putih dan bibirnya yang berwarna merah muda membuat wajah Bright perlahan ikut memerah.

Manis, batin Bright dalam hati. Jantung Bright ikut berdetak cepat. Sungguh Bright belum pernah jatuh cinta sebelumnya kecuali pada gitar, tapi jika ini yang dinamakan jatuh cinta kenapa rasanya berbeda dengan saat ia jatuh cinta pada gitar? 

Pandangan PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang