Chapter 6

443 38 2
                                    

Suasana kantin saat istirahat siang sangat ramai. Meski demikian, karena banyak meja dan kursi yang disediakan kampus masih ada beberapa meja yang kosong. Bright sudah duduk di salah satu meja kantin bersama teman-temannya. Bright duduk di paling pinggir, Singto dan Gunsmile duduk di sebelah Bright lalu Tay dan Gulf duduk di hadapan Singto dan Gunsmile. Kursi depan Bright sengaja dikosongkan agar yang Bright nanti bisa duduk di hadapannya. Mereka sudah memesan makanan, kecuali Bright. Sedari tadi ia menjaga meja dan sibuk melihat jam tangannya.

"Jam tangan lo gak akan kemana mana, Bright." ucap Gunsmile sambil duduk dan menaruh makanannya.

"Iya gue tahu.." jawab Bright kembali melihat jam tangannya lalu melihat sekitar.

"Kok lo gak tenang gitu sih, takut Win gak datang ya?" tanya Gulf.

"Iya, udah 15 menit.... Win!" wajah Bright langsung ceria begitu melihat yang dinantikan berjalan mendekati meja kantin mereka. Teman-teman Bright langsung menoleh ke arah pandangan Bright dan melihat Win sedang berjalan sambil membawa ransel Louis Vuitton nya. Win tersenyum lebar begitu melihat Bright sedang melambaikan tangan ke arahnya.

"Oi.. maaf ya Bright lama, tadi ada sedikit halangan.." Win langsung duduk di depan Bright sambil tetap tersenyum. Bright terpikat dengan senyuman Win. Ia seakan tidak bisa melihat sekitarnya karena yang ia lihat hanyalah senyuman Win.

"Ohh.. kayaknya gue tahu halangannya apa." ucap Singto sambil tersenyum melihat belakang Win, membuat Gulf dan Tay membalikkan badannya untuk melihat ke arah pandangan Singto. Win menghela nafas kecewa, Bright jadi penasaran dan ikut melihat ke belakang Win. Win menutup wajahnya dengan satu tangannya ketika ia sadar wajah Bright menjadi pucat.

"Apa itu..." Tay berkata karena tidak percaya dengan yang ia lihat. Tak jauh dari mereka ada seorang pria memakai baju tanpa lengan, kacamata hitam, dan topi yang menutupi sebagian wajahnya. Orang-orang yang melewatinya menatapnya dengan wajah takut karena badan pria itu termasuk ukuran besar ditambah dengan tato yang terlihat di lehernya.

"Iya itu Babeh gue.." jawab Win pasrah, membuat teman-teman Bright tertawa sedangkan Bright semakin pucat.

"Gila Bright, kencan pertama dan lo udah diawasi calon mertua??" tanya Gulf di sela tawanya.

"Oii jangan pucat gitu mukanya... tuh lihat Win ampe sedih gitu liat reaksi lo." kata Singto yang membuat Bright kini kembali menatap Win.

"Maaf ya Bright..." ucap Win dengan wajah memelas, terlihat sangat lucu di mata Bright.

"Ooh... maaf Win, gue cuma gak nyangka aja Babeh lo sampe ikutin lo buat makan... gak papa." kata Bright sambil tersenyum, membuat Win ikut tersenyum. "Mau makan apa? Gue beliin.." Bright lalu bangun dari duduknya.

"Bareng aja yuk, biar lo juga gak repot bawanya.." Win ikut berdiri lalu berjalan mendekati Bright. Bright dan Win kemudian pergi meninggalkan meja untuk membeli makanan.

Teman-teman Bright yang melihat mereka pergi kemudian mendekatkan tubuh mereka di tengah meja. "Kalian lihat Babeh nya Win?" tanya Singto.

"Bener cok, tampangnya sangar gitu. Galak kelihatannya." sahut Tay.

"Udah badan kekar, tato an lagi.. Kok beda banget ama Win ya? Bapak kandungnya kan ya?" tanya Gunsmile.

"Heh, lambemu dijaga. Lo salah omong, lo nya yang dalam bahaya." ucap Singto mengingatkan. Gunsmile langsung menutup mulutnya lalu membalikkan badannya untuk melihat ke meja tempat Pavel duduk tadi. Sayangnya ia tidak menemukan Pavel.

"Woy, babeh nya Win gak ada." ucapan Gunsmile membuat yang lainnya ikut melihat ke meja tempat Pavel duduk tadinya.

"Wah, kok ngilang?!" ucap Tay panik. Mereka pun melihat sekeliling untuk mencari dimana Pavel.

Pandangan PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang