"Aaaaa kang seulgi bodoh! Bagaimana bisa kau meloloskan si brengsek itu! Astaga, bodoh" Seulgi merutuki dirinya sendiri didepan cermin toilet.
Tuk...tuk...
"Seul, sudah? Aku juga mau pipis, aku tidak tahan lagi" suara Jimin dari balik pintu toilet.
"Ya, iya, sebentar" teriaknya.
Setelah mereka bergantian masuk toilet, seulgi segera mengenakan pakaiannya. Jimin usai melepas hajatnya ia keluar juga dibarengi mamakai bajunya. "Ehm, seul aku minta ma.."
"Diam, jangan katakan apapun. "
"Okay,"
Jimin sudah rapi sepertinya ia akan bergegas pergi "aku tidur dirumahku, kau..sendiri tidak apa- apa kan?"
"Tentu saja, aku sudah besar"
Jimin menganggukkan kepalanya lalu keluar dari kamar mereka.
"Kemana lagi dia, ah tunggu. Kenapa aku mau tau? Kenapa? Hei, astaga" seulgi tanpa sadar, ia penasaran akan kehidupan Jimin hanya karena satu malam yang terjadi pada mereka.
Untung saja Jimin menggunakan pengaman, jadi, setidaknya seulgi tidak khawatir apa yang terjadi selanjutnya.
Mengingat kejadian tadi malam, seulgi terlampau malu. Di usia segini, ia masih dalam keadaan perawan, ia jelas mendengar kekehan remeh Jimin. Laki- laki itu pasti sudah sering melakukannya.
"Hi nak, sudah makan?" Sapa Ibu Park, saat Jimin menyusul ibunya di dapur.
"Belum bu, tapi aku tidak lapar. Aku pulang cuma mau ngambil barang"
"Oh, lalu kau balik ke asrama lagi?"
"Iya, bu"
"Kalau begitu ibu siapkan bekal untukmu ya,"
Jimin tersenyum senang, "terimakasih bu"
.
Jimin balik kekamarnya, ia melihat seulgi sedang didepan laptop "sudah makan siang?"
"Belum" jawabnya singkat tanpa melihat Jimin.
Jimin sedikit bingung, kenapa seulgi tampak biasa saja atas kejadian tadi malam. Ia tidak mendapatkan berontakkan sedikitpun dari wanita itu.
Ia juga ingin mendengar pendapat seulgi, apa ia sehebat itu hingga seulgi malah menikmatinya alih- alih protes dan menagih tanggung jawab?
Karena, sikap seulgi dari awal ketemu Jimin berbanding terbalik dengan keadaan sekarang.
Atau, mungkin karena seulgi kira Jimin mabuk?
Jadi, ia pikir Jimin tidak sadar. Padahal Jimin tadi pagi jelas ingin minta maaf, hanya saja seulgi malah minta untuk melupakan kegiatan yang mereka lakukan.
Wanita aneh pikirnya.
"Aku bawa makanan, mau makan bareng?" Tawar Jimin.
Seulgi menoleh kearah Jimin yang sedang merenteng rantang. "Boleh"
Jimin mengambil meja bundar dan menempatkan makanan serta menyiapkan minuman. Seulgi dan Jimin makan bersama dalam suasana hening "gimana? Enak?"
Seulgi meangguk iya.
"Ini masakan ibuku"
Seulgi berhenti makan lalu memandang Jimin "oh, ini masakan ibumu, enak sekali. Apa makanan ini diantar?"
Jimin menggeleng "tidak, aku yang pulang ke rumah sebentar"
"Rumahmu dekat?"
"Dekat sih tidak, tapi tidak terlalu jauh juga."