kebetulan

69 6 9
                                    

Aku melihatmu, dari arah yang bahkan, mata angin tidak akan kira,

Aku melihatmu hadir dengan takdir yang menyamar menjadi sebuah kebetulan kebetulan semesta,

Aku melihatmu hadir dengan cahaya yang berwarna,

Aku melihatmu dengan ajaibnya menyebut nama,

Nama yang bagiku, tak lagi bermakna sama,

Sesaat, setelah tanganmu terulur -tidak hanya menggenggam tanganku, tapi juga menggenggam seluruh ceritaku-

Aksara-namaku, Aksara.

******************************

Namanya aksara putri, gadis bermata sendu itu mahasiswi tingkat akhir dari universitas yang gedungnya baru saja ia tinggalkan ini, langkahnya berlarian kecil saat tetesan air hujan satu persatu mulai turun ke bumi, ia tetap saja lupa, bahwa sudah seminggu, kota ini selalu diguyur hujan, ia tetap saja lupa, untuk membawa payung yang sudah disiapkan bundanya sebelum ia berangkat bimbingan skripsi di pagi hari tadi.

"ah sial" umpatnya, sambil membelokkan langkahnya mencari tempat berteduh.

Ia sadar sepenuhnya bahwa jika ia memaksakan diri meskipun dengan lari untuk sampai ke halte bus, ia tetap akan basah kuyup, maka, di sinilah ia berada, bersandar di tembok luar sebuah toko buku yang pintunya sudah ditutup sebagian, pertanda juga akan segera tutup, oleh karena itu aksara memutuskan untuk tidak masuk, ia hanya akan menunggu hujan di luar.

Satu jam berlalu, aksara meraih ponselnya, satu pesan masuk,

(langit)

"di mana? Aku belum bisa jemput, kamu engga lupa bawa payung kan?"

Ia memilih mengabaikannya, memasukkan kembali ponselnya, dan kembali menunggu hujan.

Sepuluh menit yang lalu, toko buku ini sudah tutup, pemiliknya sempat berbasa basi dengan aksara, menawarkan tumpangan payung, tetapi gadis itu menolak, ia bilang arahnya berlawanan, pemilik itu akhirnya pamit meninggalkan aksara seorang diri dan ia sekarang sedang menyesal akan keputusannya menolak tawaran itu. Ia kira hujan tidak akan seawet ini, ia kira menunggu hujan tidak akan sesepi ini.

Lima menit lagi berlalu, hujan masih saja awetnya, aksara sudah menimbang nimbang apa ia akan lari saja, atau menunggu sebentar lagi, barangkali hujan akan berbaik hati dengan sedikit mereda, membiarkan dirinya sampai ke halte bus dengan tidak terlalu basah.

Dan saat pikiran aksara sibuk menyusun rencana, seorang pemuda berpostur tinggi dari jauh terlihat menghampirinya.

"permisi" pemuda itu mendekat

"iya?" lamunan aksara terhenti, membalas sapaan pemuda tinggi itu yang sekarang sudah berdiri di depannya.

"toko bukunya udah tutup ya"

"yaa?" aksara mengernyit,

Pemuda itu menunjuk toko di belakang aksara,

"oh, maaf, iya udah tutup"

"dari tadi" aksara menambahkan.

"oke, terimakasih" pemuda itu tersenyum, lalu kemudian berbalik.

Namun belum sampai dua langkah pemuda itu pergi, aksara kembali memanggilnya,

"permisi kak"

"ya?" pemuda itu menoleh

"em, itu, apa boleh saya ikut numpang payungnya?" aksara menggaruk lehernya canggung, permintaan macam apa ini?, pikirnya.

AKSARA (JOHNNY SUH (NCT))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang