Takdir>Kebetulan

70 7 17
                                    

aku aksara, milikku sendiri.

Aku aksara, yang memeluk mimpi mimpinya seorang diri.

Aku aksara, yang mempuisikan warna warnanya dalam sepi.

Aku aksara, duniaku hitam putih,

Setidaknya sampai ku temukan mata sendumu,

Tersenyum, canggung, sembari menjabatku.

Tersenyum, seulas bibir menyebut nama yang sama.

Namamu, namaku, cerita kita, Aksara yang nyata.

******************************

Hari ini hujan lagi, sudah seminggu kota kecil ini diguyur hujan yang selalu deras setiap sorenya, sebagai seseorang yang tidak begitu menyukai hujan, ini adalah waktu waktu yang menyebalkan, cucian jadi cepat sekali menumpuk, dan susah sekali kering ketika sudah dicuci. oke, ini tmi.

Namaku aksara, Januar adhi aksara, mahasiswa tingkat paling akhir yang harus mengejar gelar sebelum akhir semester ini, agar tidak drop out, dan aku, benci sekali hujan.

Sore ini, di kafe ujung jalan, yang berlawanan arah dari kampusku, aku menghabiskan waktu, membaca ulang setiap bentuk coretan revisi dari dosenku yang baru ku terima sore ini, setelah tiga minggu tidak ada kabar, tapi kembali dengan tidak luput pun satu halamannya dengan coretan pena berwarna merah yang menunggu untuk dibenahi, hadir sebagai teman untuk menghabiskan waktu di hari hariku ke depannya. Ah sial.

"resek banget pak rahmat, sekalinya balikin revisi kek bikin mo mati rasanya" jefri temanku membuyarkan lamunan,

Di hadapanku kini, dua teman yang bernasib sama denganku juga tengah menekuk wajahnya di hadapan revisian yang juga sama menumpuknya denganku, jefri dan atuy, mereka temanku dari awal masuk kuliah. satu jurusan, satu fakultas, satu organisasi, dan satu kontrakan. seringnya menghabiskan waktu bersama- sama, membuat nasib kami menjadi mirip satu sama lain, sama-sama menjadi maba, mahasiwa basi.

"punyamu gimana tuy?" sahutku mempertanyakan nasib atuy yang sedari tadi masih tak bersuara untuk protes.

"belom diperiksa sama bu sintia, jum'at suruh balik ngadep" atuy menyahuti, sambil mengambil laptop di tasnya.

"lah ini mo ngapain kalau ga revisi?" jefri ikut menimpali.

"tau sendiri klienku tuh pada cerewet" jawab atuy yang kini sudah kembali disibukkan desain grafis yang dikerjakannya, kerja sampingannya.

Tentang kami bertiga, yang sudah bertahun tahun tumbuh bersama, atuy memang satu satunya yang sudah punya pekerjaan sampingan dan punya tabungan untuk masa depannya, sebenarnya namanya Arman tri yuda, tapi entah siapa yang membuatnya dipanggil atuy untuk pertama kali, tapi begitulah kami juga akrab memanggilnya. 

Oh ya, meskipun namanya tri, atuy sebenernya anak pertama dari empat bersaudara. hanya mempunyai ibu tunggal, membuatnya mau tidak mau ikut serta menjadi tulang punggung keluarga untuk adik adiknya, walaupun sebenarnya mereka bukan dari keluarga yang kurang mampu sebab ayahnya pergi dengan meninggalkan warisan yang berlimpah, tapi bagi atuy uang hasil keringatnya sendiri lebih bisa membuatnya bangga, juga hitung hitung berlatih untuk bagaimana ke depannya, katanya suatu hari.

Sedang jefri dan aku tumbuh dari keluarga yang biasa saja, semuanya terpenuhi dengan baik, meskipun tidak berlebihan, kesamaan lainnya adalah kami sama sama dari satu kota asal. meskipun baru dipertemukan di kota rantauan ini, tapi karena alasan itu juga, yang membuat saat pertama kali bertemu, aku dan jefri jadi cepat akrab dan memutuskan untuk menyewa satu kontrakan yang sama sebelum akhirnya atuy ikut bergabung di semester kedua.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AKSARA (JOHNNY SUH (NCT))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang