"Aku menyukaimu!"
"A-Aku juga!"
"Apa?! Sejak kapan?!"
"Sudah lama sekali..."
"Aku pikir kamu membenciku!"
"Mana mungkin?!"
"Tentu saja mungkin. Aku benci kalian~" Haechan bergumam pelan dengan muka malas sambil melewati dua orang yang sekarang tengah berpelukan di trotoar jalan itu.
Selain merusak pemandangan, bukankah kegiatan mereka sangat mengganggu ketertiban umum?
Setelah menyatakan perasaan, Haechan yakin mereka akan pacaran, lalu ke sekolah dengan bergandengan tangan dan berciㅡoh, Haechan bahkan enggan membayangkannya. Sebenarnya ia tak mau ambil pusing kalau yang melakukan semuanya adalah mereka yang berlawanan jenis, tapi jelas-jelas yang bicara barusan adalah dua laki-laki tulen yang bahkan mengenakan seragam sekolah yang sama sepertinyaㅡdan sekolah Haechan itu sekolah khusus pria.
Haechan mengamati sekelilingnya. Kalau dipikir-pikir, banyak hal aneh yang terjadi belakangan ini. Mulai dari meningkatnya jumlah siswa tampan yang belum pernah ia lihat di sekolah, saat temannya ditarik paksa oleh lelaki lain yang terlihat cemburu di tengah pembicaraan mereka, atau obrolan kotor di sekolah yang berubah dari melakukannya dengan perempuan ke laki-laki. Haechan tak mengerti sama sekali. Walau tak dipungkiri juga kalau di era global seperti sekarang ini, apalagi di kota-kota besar seperti Seoul, sudah banyak kaum muda yang terang-terangan menyatakan perasaan kepada sesama jenis. Hal ini jarang dianggap tabu lagi dan kemana pun Haechan pergi pasti setidaknya ada satu pasangan gay yang ia temui.
Namun ada hal yang Haechan tahu dengan pasti, kalau keberadaannya bisa dibilang cukup aman. Kenapa begitu? Karena ia tidak tampan. Pasti ada setidaknya satu di tiap keluarga, dan ia tidak malu mengatakannya. Dia hanya siswa yang biasa saja dengan nilai rata-rata. Dan di dunia dimana para lelaki tampan saling mendekati ini, Haechan seperti pemain figuran. Apa pun itu, sekali lagi Haechan menyadari seberapa menakutkannya dunia yang sedang ia tempati. Saat para lelaki gila jatuh cinta kepada sesamanya, Haechan bersumpah ia tak akan kalah. Karena sepertinya cuma dia yang bisa memberikan keturunan pada ibunya. Beruntung ia pikir otaknya berfungsi dengan baik karena ia masih menyukai dada besar.
♥ BL-Anti World ♥
Haechan menyandarkan tubuhnya pada kursi dengan tak semangat. Angin sepoi yang masuk melalui jendela kelas membuat surai cokelatnya berantakan, tapi ia tidak peduli. Lelaki bermarga Lee itu hanya ingin beristirahat setelah paginya terasa sangat melelahkan, dan berharap ketenangan ini dapat bertahan lamaㅡsebelum bel sekolah berbunyi, menghancurkan impian kecilnya dan Kim ssaem masuk dengan terburu-buru sambil membetulkan letak kacamatanya.
"Nah, semuanya ayo duduk dengan rapi. Kalian ini sudah SMA, apa yang kalian harapkan dengan main-main begitu, hah? Huang Renjun?"
"Aku tak melakukan apa pun!" Pria bertubuh mungil dengan rambut nyentrik berwarna merah muda nampak menyahut kesal.
"Katakan itu lagi saat kau mengecat rambutmu dengan warna hitam," balas guru mereka yang disambut seisi kelas dengan tawa. "Aku langsung mengingatmu saat masuk karena rambut gula-gulamu itu."
"Kenapa, ssaem? Renjun manis, kok," balas seorang siswa dengan rambut yang tak kalah nyentrikㅡbiruㅡsambil mengedipkan sebelah matanya pada Renjun, membuat pria yang bertubuh lebih pendek nampak malu-malu.
"Na Jaemin, satu lagi orang gila di kelas."
"Kalau begitu kalian pacaran saja. Lagi pula kelakuan kalian mirip. Lain kali pergilah ke salon dan warnai rambut kalian jadi hitam lagi bersama-sama~"
"Haruskah?" Jaemin nampak tersenyum tanpa melepas kontak mata dengan Renjun.
Haechan benar-benar muak. Bahkan guru mereka pun mendukung muridnya untuk pacaran sesama jenis, lihatlah seberapa buruknya itu?
"Dunia ini benaran kacau!"
Apa bisa semuanya jadi lebih buruk dari ini?
Bisa.
"Sekarang, cukup basa-basinya. Bapak ke sini karena punya pemberitahuan. Kelas kalian kedatangan murid baru, bantu ia mengejar ketertinggalannya selama sisa semester ini. Bocah, masuklah."
Haechan memalingkan wajahnya ke luar jendela sebelum kembali berkata, "Menyusahkan," dengan sangat pelan.
Suara langkah kaki memenuhi isi kelas yang tiba-tiba berubah menjadi sepi. Haechan memandang gumpalan awan di langit sambil menautkan alis saat para siswa di sekitarnya ribut dengan kata-kata tampan dan luar negeri.
"Hm? Lagi-lagi siswa yang tampan?"
"Kalau begitu duduklah di kursi kosong di dekat jendela. Di sebelah Lee Haechan."
"Eh?"
Haechan yang tak sadar kalau ia baru saja melamun buru-buru menoleh saat namanya disebut oleh sang guru. Ia agak tersentak saat melihat lelaki tinggi dengan rambut hitam legam yang sedang senyum lebar di sebelah pria paruh baya berkacamata itu.
"Murid baru itu, ya? Mirip orang luar negeri? Siapa namanya tadi?"
Haechan yang tak begitu mendengarkanㅡyah, atau lebih tepatnya sama sekali tak memperhatikanㅡperkenalan barusan cuma bisa tersenyum kaku saat siswa yang lumayan tinggi itu berjalan mendekati kursinya.
"Yah, siapa pun dia, asal bukan orang aneh."
"Halo," sapa anak itu duluan dengan senyum yang masih melekat pada wajahnya.
"Ya," Haechan menjawab sekenanya sambil membuka buku cetak, berusaha menyibukkan diri.
"Semoga kita bisa menjadi teman baik," saat lelaki yang ia rasa lebih tinggi darinya itu mengulurkan tangan, Haechan cuma memandangnya dengan ragu-ragu lalu kembali memalingkan wajahnya pada buku.
"Tentu," balasnya acuh tak acuh.
Haechan tahu tindakannya sangat kurang ajar untuk orang yang baru saja ditemuinya, tapi ia tak mau ambil resiko kalau-kalau murid baru ini sama gaynya dengan orang-orang di sekitarnya. Menjaga jarak tak ada salahnya.
Haechan tak bisa melihat ekspresi wajahnya, yang jelas teman sebangku barunya itu menarik tangannya lagi tanpa berkata apa-apa.
"Namamu... Lee Haechan?" ucapnya lagi setelah melihat tumpukan buku di atas meja.
"Oh?" Haechan menoleh saat sadar kalau buku-bukunya menghalangi meja lelaki itu. "Maaf, akan kupindah-"
"Lee Haechan."
"!!!"
Tiba-tiba siswa dengan kulit putih dan hidung mancung itu memegang tangannya di atas meja dan Haechan buru-buru menatapnya dengan tidak suka. Saat ia berusaha melepaskannya, genggamannya malah terasa semakin erat hingga puncaknya saat lelaki itu mendekatkan wajahnya ke telinga Haechan dan berbisik pelan.
"Namaku Lee Jeno, dan aku suka sesuatu yang tak bisa aku dapatkan."
"UWAHHH!!!"
♥ BL-Anti World ♥
to be continueExtra
"Halo, namaku Lee Jeno. Mohon bantuannya."
"Jeno?"
"Gila, tampan..."
"Jeno... Orang luar negeri?"
"Wajar wajahnya begitu."
"Oh, aku bukan dari luar negeri. Tapi namaku memang agak unik, ya? Haha," Jeno menjawab dan tertawa kecil di akhir.
Seisi kelasㅡkecuali Haechanㅡnampak diam saat Jeno tertawa. Mereka sangat memperhatikan, bahkan ada yang pipinya merona karena terpukau oleh pesona si murid baru.
Jeno masih memasang senyum khasnya sambil mengamati seisi kelas, sebelum ia menaikkan satu alis saat melihat sesuatu yang janggal. Ada satu orang yang tak memperhatikannya. Dan itu perasaan baru bagi Lee Jeno yang terbiasa punya segalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BL-Anti World | nohyuck
Fanfiction"Dengar, ada dua hal yang kubenci di dunia ini. Pertama, orang gay. Kedua, kau. Yang paling buruk? Kau termasuk dua-duanya." "Hmm?" Jeno tersenyum lebar layaknya anjing yang tak bersalah, membuat Haechan makin bergidik ngeri melihatnya. "Argh, enyah...