Prolog

178 20 1
                                    

  Berjalan kaki adalah rutinitas, minum kopi adalah prioritas. Apakah kalimatnya terbalik? Atau memang mereka setara? Tapi menurut pria lesung pipi ini, kalimat itu benar ko. Baiklah baiklah tidak perlu kalian pikirkan. Dia menyebrang dengan lengan yang penuh bawaan.

"Wah Bang Tama hari ini bawa apa?"

"Asikkkk banyak banget, kira-kira aku kebagian apa yaaa hahay"

"Kalian jangan rusuh dulu dong, kasian Bang Tama jauh jauh bawa barangnya pasti berat"

Pria lesung pipi yang di panggil Tama itupun tersenyum, melihat mereka yang antusias membuat rasa lelah nya hilang begitu saja, seperti tertiup angin. Wush~

"Abang hari ini bawaaaaa apa yaaa." Kata Tama

"Apa bang apa, kita penasaran pake banget. B A N G E T"

Tama tertawa, sangat lucu ya mereka.

"Abang bawakan baju baru, sama buku-buku baru buat kalian"

Mendengar itupun, mereka langsung berjoget asal, ada yang bernyanyi meniru Rhoma irama, ada yang bersyukur nya sambil teriak "Alhamdulillah Ya Allah rezeki anak Sholeh"
Lagi-lagi Tama tertawa, lesung pipi nya makin terlihat saja. Manis sekali.

"Abang pulang dulu ya, Insyaallah besok kesini lagiii"
Lalu, Tama menggerakkan pergelangan tangannya menyuruh mereka mendekat. Dengan cepat mereka berlari ke arah Tama, bahagia. Tama menaruh telunjuknya di bibir, menandakan 'diam jangan berisik' dengan kompak mereka menganggukkan kepala.

Sambil berbisik, tetapi suaranya tidak terlalu kecil tidak juga terlalu besar, dia berkata "Besok. Kita. Akan. Belajar menggambar. Dan. Menghitung" kalimat yang sengaja di putus-putus itu membuat suasana menjadi... Ricuh kembali.
"Asikkk senangnya~"
"Kira-kira besok aku gambar apa yaa”
"Aku mau gambar Monas ahh siapa tau diliat pak gubernur hasilnya xixi"
"Kalau apel ditambah dua apel jadi tiga kan ya"

"Haha ya sudah, sekarang abang beneran mau pulang nih, jangan lupa istirahat ya.. Dadah semua"

"Dah Bang Tamaaaa"

Baru berapa langkah Tama keluar dari area bawah rel itu, tiba-tiba seseorang menabrak nya. Tama dan seorang perempuan yang menabraknya itu terjatuh. Dua duanya meringis.

Was-was, itu yang Tama lihat dari ekspresi perempuan yang menabraknya. Tama berdiri, hendak menolong perempuan itu dengan memegang kedua bahunya. Perempuan itu rada berontak sambil terus melihat ke sekelilingnya.

"Lepasin bangsat"

Perempuan itu hendak berlari, tapi masih ditahan oleh Tama. Hendak bertanya, tapi Tama kehilangan keseimbangannya. Lalu perempuan itu lari tanpa sengaja menarik kalung name tag milik Tama.

• • • • •

"Udah tua sok-sokan ngejar gue, ketinggal jauh kan mereka, cih"

  Raina, perempuan itu mencak mencak setelah berlarian agar tidak tertangkap.

"Hampir aja gue ketangkep, sialan tuh cowok pake nahan gue"

"Eh btw tadi gue narik sesuatu gitu kan ya?" Raina bertanya pada dirinya sendiri, sambil melihat barang yang diambil nya tadi.

"Name tag doang, gue kira barang apaan gitu"
"Eh tapi cakep juga ni cowok"

Raina melihat name tag itu sedetail detailnya, apalagi bagian foto. Ganteng soalnya.

"Arya Pratama, oh jadi ini nih yang tadi nahan-nahan bahu gue, cakep sih tapi nyebelin"

  Ini awal kisah mereka, bukan awal kisah Tama, bukan awal kisah Raina. Tapi awal kisah Tama & Raina

•••••

Jum'at 17 Juli 2020
00.29

Semoga kalian suka ceritanya
Jangan lupa VOTE kalau boleh COMMENT juga yakk hehe

Terimakasih ♡

๑ HAPorSAD ending ๑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang