1. Lavender (Sellen)

377 27 7
                                    

Pagi itu, rasanya sangat dingin bagi Park Serim.

Hawa dingin yang ia rasakan seperti menusuk begitu dalam hingga raganya.

Demi menghangatkan dirinya, Serim bergelut dengan selimut yang ia pakai agar tetap hangat ditengah rinai hujan.

“Allen mana ya? Kok belum pulang juga?”

Serim menggelengkan kepalanya pelan. Berusaha menghilangkan pertanyaan dikepalanya.

Ah, sudah tidak usah memikirkan si kecil, Allennya ada dimana.

Dia percaya, pasti Allennya akan pulang. Mungkin Allen sedang lembur, hingga menghubungi dirinya pun lupa.

“Pokoknya nggak boleh mikir aneh-aneh tentang Allen.” Batin Serim.

Serim menggeliat dalam selimut tebalnya, ditemani aroma terapi harum lavender kesukaan Allen.

Walau tidak ada Allen pagi itu, cukup dengan harum lavender kesukaan Allen, Serim rasa sudah cukup.

“Aku tidur dulu deh, sampe nanti siang kalau hujannya udah reda.”

“—sebelum Allen pulang, aku mau beli bunga lavender kesukaannya.”

°♥°


Honey, kamu udah dirumah masih aja ngerjain kerjaan kantor. Nggak capek?”

“Nggak kok. Ini project penting—harus aku selesaikan secepatnya.”

Lawan bicaranya hanya diam. Menatap si kecil yang atensinya masih fokus pada laptop kantor itu.

Si kecil merasa tidak nyaman jika dirinya dilihat terus seperti itu.

Sepertinya ia harus segera menyelesaikan pekerjaannya dan harus memberikan perhatian lebih pada bayi besarnya itu.

Sudah dua hari ia tinggalkan bayi kecilnya itu kedinginan ditengah musim hujan sendiri di apartemen besar milik mereka berdua.

“Len, kalau udah selesai bilang ya. Kita sekalian keluar cari makan.”

Allen menampakkan senyum simpulnya seraya menganggukkan kepalanya, tanda setuju atas ajakan tersebut.

“Aku pending dulu buat penyelesaiannya. Yuk kita makan, aku udah lapar.”

Allen menutup laptopnya dan menaruhnya rapih diatas meja, lalu berdiri berjalan menuju kamarnya.

Sesampainya ia masuk ke dalam kamar nuansa putih miliknya itu, Ia melihat ada karangan bunga lavender tergeletak diatas kasurnya.

Romantis sekali bayi besarnya ini.

Allen melangkahkan kakinya kembali menuju pintu kamar. Kemudian memperlihatkan bagian kepalanya saja agar terlihat dari orang dari luar kamar itu.

Thank you bunga lavendernya, love.”

“Apa sih yang nggak buat Allenku?”

Allen Being The Y/NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang