5. Run (Gongllen)

153 18 0
                                    

"Kamu tau, ironinya jika si a mencintai si b, si b kadang malah akan mencintai si c. Sungguh ironi yang menyebalkan." Decak Woobin.

"Nggak bisa digeneralisasi dong—tanggapan kayak gitu biasanya buat orang yang lari dari kenyataan, kalau cintanya bertepuk sebelah tangan." Jawab Allen lugas.

Woobin mendengar jawaban Allen hanya melihat malas.

Pendapatnya selalu saja berbeda dengan Allen. Tapi entah kenapa hingga saat ini mereka masih bisa berteman baik.

Kemudian hening melanda.

Kelas mereka terasa sepi karena saat ini sedang jam makan siang.

Baik Allen maupun Woobin malas sekali untuk ke kantin, karena pasti akan ramai dengan lautan orang-orang di sekolahnya itu.

Tap tap tap

Terdengar bunyi langkah kaki yang mendekat.

Bagaimana bisa suara langkah kaki tersebut terdengar begitu jelas? Apa orang itu memakai pantofel hingga suara langkahnya terdengar hingga dalam kelas?

Krek

"Eh maaf aku numpang masuk kelas ini dulu ya."

Woobin hanya diam melihat lelaki itu masuk ke dalam kelasnya. Sedangkan Allen mengangguk pelan.

Lelaki yang baru masuk itu duduk dengan napas yang masih terengah-engah.

"Eh, Allen?"

Allen membulatkan matanya. Merasa dirinya dipanggil oleh lelaki itu.

"I-iya?"

"Loh lupa sama aku?" Tanya lelaki itu.

Allen berusaha mengingat paras lelaki yang duduk dikursi dekat pintu kelasnya itu.

"Oh! Taeyoung?"

Lelaki bernama Taeyoung itu tersenyum lebar mendengar namanya disebut.

"Siapa, len?" Bisik Woobin, pelan.

Allen menghembuskan napasnya pelan, "Temen mainnya Serim."

"Gue denger ya!" Ucap Taeyoung dengan suar agak keras.

Allen dan Woobin, keduanya menghadap Taeyoung yang memasang senyuman penuh sarkas.

Allen kemudian menangkupkan kedua tangannya dan memperlihatkan senyumnya, terlihat seperti orang yang sedang meminta maaf.

Taeyoung yang melihat itu hanya memejamkan matanya. Kemudian menundukkan kepalanya diatas meja.

Tanpa mereka ketahui, Taeyoung tersenyum kecil.

°♥°

"Len?" Tanya seorang laki-laki yang berdiri didepan sana.

"Eh-Serim..." Jawab Allen gugup.

Serim tersenyum tipis melihat Allen gugup. Rasanya ingin sekali memeluk Allen yang notabennya lebih kecil dari Serim.

"Gapapa, apa kabar? Maaf ya, sejak pertandingan futsal kemarin kita jadi jarang ngobrol."

"Iya, gapapa kok."

"Oh iya, Len. Kalo nanti pas pulang sekolah—"

Belum sempat Serim melanjutkan ucapannya, Allen langsung membalikan badannya dan berlari menjauh dari Serim.

Serim yang bingung akhirnya berlari mengikuti Allen.

Setelah Allen berbelok, saat itu juga Serim kehilangan jejak Allen.

Allen Being The Y/NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang