7. Skripsh!t (Tangllen)

130 13 7
                                    

Suntuk sekali rasanya bagi Allen untuk menjalani hari-harinya yang tidak jelas ini.

Kenapa tidak jelas? Karena dirinya harus menunggu jawaban dari dosen pembimbing atas koreksian skripsinya.

Allen Ma, seorang mahasiswa disalah satu Perguruan Tinggi Negeri yang cukup diketahui oleh orang banyak. Siapa kira dirinya akan berakhir mengerjakan skripsi selama 1 tahun dan harus mengganti tema skripsinya setelah 6 bulan mengerjakan.

Hal yang paling pahit lagi adalah mendapatkan dosen pembimbing 1 yang baik namun moody, dan dosen pembimbing 2 yang killer.

Mimpi apa Allen sehari sebelum pembagian dosen pembimbing.

Apalagi karena kondisi pandemi, Allen terpaksa harus kembali ke rumahnya di Ibu Kota dan mengerjakan skripsinya secara daring.

"Kak Allen? Gimana kabarnya?" Tanya seseorang diujung telepon.

Allen berpikir sejenak sebelum menjawab telepon tersebut.

"I'm okay... Maybe?"

Laki-laki diujung telepon itu tahu, jika Allen sulit sekali untuk berbohong, pasti lelaki bermarga Ma itu ingin menyembunyikan kondisinya sekarang namun ia tidak ingin berbohong.

"Kak.... Skripsi lagi kah masalahnya?"

Allen terdiam.

Ia sebenarnya tidak ingin membahas ini.

Cukup pahit rasanya ia harus menjalani 1 tahun lebih mengerjakan skripsinya. Ia mengerjakan apa yang harus dikerjakan. Ia kerjakan sesuai waktu yang disediakan. Ia sudah berusaha keras.

Malangnya faktor lain yang menghambat ini semua.

Apa lagi kalau bukan dosen pembimbingnya.

"Seongmin," panggil Allen.

"Aku lelah, sungguh. Aku harus bagaimana lagi? Keluarga aku juga menuntut aku untuk lulus. Diriku dicap bodoh. Aku tahu ini masalah durasi kuliah untuk dibawa saat nanti kerja, tapi akupun nggak bisa memaksakan untuk bisa lulus saat ini juga. Kamu tahu kan dosbingku seperti apa?—Argh, aku rasanya ingin mati saja." Lanjut Allen merancau.

Benar-benar kacau pikiran Allen sekarang. Dirinya sangat merasa tidak berdaya dengan keadaannya ini.

Seongmin diujung telepon berusaha tenang sembari memikirkan kata apa yang baik untuk diucapkan pada kakak kesayangannya ini.

"Kak, aku tahu. Kata semangat mungkin udah nggak bisa dicerna dengan baik sama kakak. Aku cuma berharap kakak bisa menjalani hidup sekarang sewarasnya, apa lagi sekarang sedang pandemi, aku takut kesehatan kakak juga terganggu."

Tetes demi tetes air mata Allen jatuh.

Benar apa yang dikatakan Seongmin. Dia sekarang butuh kewarasan.

Tapi sungguh, sulit bagi Allen untuk merasakan ketenangan dalam jiwanya.

Gila sudah ia rasakan.

"Aku sudah berusaha sekuat tenagaku untuk menghadapi ini semua dengan tenang, tapi aku.... Aku.... Aku... "

Allen menangis sejadi-jadinya, ia terpaksa mematikan telepon dirinya dengan Seongmin.

Ia tahu Seongmin pasti khawatir dengan dirinya sekarang.

Tapi Allen tidak kuat menahan rasa sedih ini. Ia butuh melampiaskan kesedihannya itu.

Kemudian ingatan buruk mengenai hubungan ia dan pembimbingnya mulai muncul.

Ia ingat pertama kali menemui dosen pembimbing 1 dengan senang sudah memegang draft proposal. Ia yakin, ia sudah paham, dan semua sudah dikerjakan dengan baik.

Allen Being The Y/NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang